20

12.9K 2.3K 171
                                    

"ketua kelas."

"ketua kelas."

"ketua kelas."

"argh!"

jeno mengerang kesal. suara keras itu berhasil memenuhi koridor kampus yang hening, membuat orang-orang yang semula diam sontak menoleh ke arahnya. hanya ada beberapa mahasiswa di sana, sepertinya sedang menunggu kelas mereka mulai.

kedua mata itu menatap jengah kumpulan kertas berisi soal dan jawaban hasil ujian pelajaran mark minggu lalu. memasang raut merengut seiring langkahnya kembali ke kelas.

"suruh saja aku terus, mentang-mentang aku itu ketua kelas. dasar, kak mark menyebalkan. dosa apa yang dulu aku lakukan sampai harus menyukai pemuda kutu buku itu?" ocehnya. "kesal, kesal, kesal!"

tidak tahu sejak kapan jeno baru sadar jika saat berada di dalam kelas, mark menjadi super menyebalkan. selalu memerintahnya untuk melakukan ini-itu. selalu memanggilnya ketua kelas hanya untuk mengambil barang dari ruang dosen, perpustakaan, atau yayasan.

"jangan-jangan dia sengaja menyuruhku supaya aku tidak menyukainya lagi? cih, lihat saja. kau akan menyukaiku, kak mark. pasti."

bibir tipis jeno terus berkomat-kamit mengeluarkan umpatan, gerutuan, dan cibiran untuk mark. suaranya dibuat semakin kencang ketika pintu kelasnya mulai terlihat. sengaja, biar pemuda lee itu dengar.

"menyebalkan!" serunya, sembari membuka pintu kelasnya. namun, bibir yang sebelumnya mengerucut maju itu segera membentuk garis lurus begitu sosok mark tertangkap oleh kedua matanya, lengkap dengan kurva di bibir dan sorot mata hangat.

"hai." pemuda itu sok menyapa dengan senyum tipis. "sudah?"

"ini!"

dengan gerakan kasar dan wajah ditekuk, jeno menyerahkan kertas-kertas tersebut pada mark yang tengah begitu fokus mendengarkan presentasi dari murid kelasnya. kening itu mengerut ketika pemuda lee itu justru menatapnya lurus, alih-alih mengambil kertas tersebut.

"jeno," panggil mark.

jeno mengerjap cepat, sedikit salah tingkah. "apa?"

"tolong bagikan kertasnya."

"ck, iya iya."

satu helaan napas lega keluar begitu saja seiring kakinya bergerak mengelilingi kelas, membagikan hasil ujian mereka. merasa kesal karena bisa-bisanya ia gugup hanya karena tatapan teduh dari mark.

sehabis melakukan perintah dari kakak tingkatnya itu, jeno kembali duduk. memberikan gelengan dan senyum sesal ketika haechan kembali memintanya untuk pergi bermain sepulang kuliah nanti.

netra badam itu memandang senang hasil ujiannya. nilai a, seperti yang waktu itu mark janjikan. tentu saja kerja kerasnya belajar semalam penuh terbayarkan. namun, kedua mata itu sontak menyipit ketika menangkap ada tulisan kecil di samping huruf kapital tersebut.

dengan cepat jeno menoleh ke belakang, mendapati mark tersenyum begitu tampan ke arahnya hingga dekik unik yang selalu ia sukai muncul di pipi tirus itu. anggukan keras ia berikan pada asisten dosen tersebut, sebelum kembali menghadap teman sekelasnya diikuti bibir yang mengembang lebar.

bunga-bunga kembali bermekaran ria di dalam dadanya. dengan penuh rasa bahagia, jari panjang itu mengusap lembut tulisan tangan yang tercetak di sana.

"mark lee menyebalkan," dengus jeno pelan meski tetap saja sekuat apapun ia menahan, kedua sudut bibirnya terangkat naik.

kertas ujian bernilai a dengan pesan singkat yang tertera, berhasil membuatnya semakin jatuh cinta pada sang pemuda.

hai, jeno
ayo kita berjalan-jalan sebentar
jadi, pulang bersamaku ya?
—mark

the warmest things i've foundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang