14

14K 2.6K 247
                                    

"pagi!"

mark yang baru membuka pintu segera mendelik ketika sapaan riang tersebut memasuki kedua rungunya. ia melirik pintu di depannya, menemukan jeno baru keluar dari sana dengan kaus putih dibalut jaket jeans merah.

wajah jeno terlihat kaget. namun, cepat-cepat memasang ekspresi cerah yang mark pikir tidak berhasil menutup raut mengantuknya.

"hai, haechan. sedang apa?" balas pemuda itu, sepertinya tak sadar jika ia tengah berdiri tak jauh dari mereka.

haechan menepuk-nepuk pelan kepala jeno, yang dibalas dengan seulas senyum senang dari tetangganya itu.

"memastikan kau baik-baik saja setelah mengerjakan esai sampai malam. jaemin bilang, kau tak kembali ke apartemen kalian, jadi dia berangkat sendiri tanpa menunggumu. kau tidur di apartemen kak mark ya?"

"aku—"

"jeno menginap sebentar di apartemenku."

haechan menoleh, menatapnya dengan tatapan begitu datar. "oh, okay," balasnya cuek sebelum beralih atensi pada pemuda na di dekatnya. "ayo berangkat, jeno!"

"iya iya." jeno terkekeh, kemudian memandangnya lurus. "eum, kak mark."

kedua mata mark mengerjap cepat, menunggu ucapan yang akan keluar dari belah bibir jeno. "ya?"

sebuah botol berisi susu cokelat tiba-tiba disodorkan oleh sang pemuda, membuatnya sontak mengerutkan dahi bingung.

mengapa botol itu ada di jeno?

lirikan kecil diberikan kepadanya sebelum jeno berdeham dan berujar pelan, "aku menemukan ini di depan pintumu tadi. takutnya kau tak lihat."

oh.

"eh, bukannya—" haechan sempat berbicara, tapi lebih dulu disela olehnya.

dengan cepat, mark meraih botol itu. entah mengapa merasakan ada sengatan kecil yang dirasakan tubuhnya ketika tangannya tanpa sengaja menyentuh ujung jari-jari lentik jeno.

"thanks, jeno," ucapnya, diikuti senyum tipis.

pemuda na itu mengangguk, lalu membentuk sebuah kurva manis di wajahnya. "iya, kak. ayo berangkat, chan."

haechan membungkukkan tubuh pada mark sebelum ikut melangkah mengekori jeno yang sudah berlalu lebih dulu. melingkarkan lengan di sekeliling leher sang pemuda dan menariknya menuju ke lift, mengabaikan omelan dari yang ditarik karena rangkulannya terlalu erat hingga membuat sesak.

bahkan hingga tubuh mereka sudah menghilang di balik benda keabuan tersebut, ia masih dapat mendengar gelak tawa dari suara yang ia yakini milik jeno.

mark terdiam, memandangi koridor yang sempat dilalui oleh kedua adik tingkat sekaligus muridnya tersebut dengan bibir membentuk garis lurus.

sepanjang waktunya mengajar dan menjadi tetangga pemuda na itu, tadi adalah pertama kalinya mark melihat jeno tersenyum sebahagia itu. dan penyebabnya adalah seorang lee haechan.

salahkan mark jika ia merasa iri?

the warmest things i've foundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang