susu cokelat hangat
ke seratus tigapuluh tiga untukmu
terima kasih atas waktunya, kak
aku akan berhenti menyukaimu
— j.mark menghela napas berat.
bahunya yang semula terangkat naik, saat mendapati botol susu itu ada di depan pintunya, kini terjatuh begitu saja. sorot mata itu menyendu sehabis membaca pesan singkat yang tertulis rapi di atas memo kuning tersebut.
"kenapa jadi seperti ini?" ia berdecak keras lalu mengacak kasar helaian surai hitamnya. "jeno, kau benar-benar membuatku pusi—"
cklek!
suara pintu terbuka di hadapannya membuat mark sontak menoleh, membiarkan secercah harapan bahwa seorang jeno akan muncul dari balik sana mendadak melingkupi hatinya. namun, lagi-lagi bahu itu harus terjatuh lesu ketika na jaemin dengan warna rambut yang berbeda muncul dari dalam.
ia tersenyum kecut. "halo, jaemin."
"halo, kak!" balas jaemin ceria, sebelum merenggangkan tubuh dengan penuh semangat. "hari pertama musim dingin! wow, pasti menyenangkan! sehabis kuliah, aku akan menginap di rumah renjun. kami akan memasak dan berpelukan sepanjang hari—astaga, aku jadi tidak sabar!"
ocehan kembaran jeno itu hanya masuk lalu dengan cepat keluar lagi dari telinganya. ia tidak mendengar apalagi menyimak cerita dan rencana pemuda na tersebut bersama kekasihnya di musim dingin ini. ia tidak peduli, karena saat ini hanya ada satu hal yang sibuk berkeliaran di pikirannya.
"jeno," mark menggenggam erat botol susu cokelat di tangannya, menatap serius tetangganya tersebut, "di mana?"
kerutan dalam di dahi muncul pada wajah pemuda na itu. ekspresi bahagia saat bercerita tentang kekasihnya, kini berganti menjadi raut bingung. "oh? kak mark mencari jeno? aku pikir jeno pergi ke apartemenmu?" tanya sang pemuda.
"tidak, aku belum melihatnya sejak tadi," jawabnya sembari menggelengkan kepala.
"sepertinya jeno berangkat duluan." jaemin mengangguk-anggukan kepala lalu berdecak kesal. "ck, anak itu. selalu saja meninggalkan kembarannya yang tampan ini."
seulas senyum mark paksakan hadir di wajahnya. memberi anggukan kecil atas jawaban dari kembaran jeno tersebut, meski tetap saja sorot kecewa dari kedua netranya tak bisa disembunyikan.
"oh, okay," balasnya pelan.
"ada apa sampai mencari jeno, kak?" tetangganya itu bertanya lagi.
ia menggelengkan kepala. "bukan apa-apa. terima kasih jawabannya, jaemin," jawabnya lalu berniat pergi.
namun, baru saja empat langkah mark lakukan, suara berat tetangganya itu berhasil membuatnya berhenti. berbalik dan menemukan jaemin tengah menatapnya dengan mata penuh keseriusan.
"terkadang kita berharap agar orang lain sadar akan perasaan kita di saat kita sendiri tidak melakukan hal tersebut. jujur pada perasaan sendiri itu paling penting, sebelum kita meminta orang lain memahami diri kita. aku harap kau mengerti, kak."
ucapan jaemin entah mengapa berhasil menohok hati mark. oleh karena itu, ia hanya diam ketika pemuda na kembali tersenyum lebar dan membungkukkan tubuh padanya sebelum berjalan pergi meninggalkannya di tengah koridor apartemen.
ia menundukkan kepala, menghela napas sembari memandangi karpet yang melapisi koridor dengan tatapan kosong. beberapa detik setelahnya, barulah ia kembali merajut langkah untuk pergi ke kampus.
hari ini adalah hari pertama musim dingin. kepingan-kepingan salju berjatuhan memenuhi jalanan membuat semua orang berjalan dengan penuh hati-hati. nyatanya, salju-salju dingin itu bukan hanya ada di jalanan, tapi juga di dalam hati mark yang mulai kehilangan kehangatannya karena tak ada sosok jeno di dekatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
the warmest things i've found
Fanfictionmark selalu menemukan sebotol cokelat hangat di depan pintu apartemennya.