1. Hanya Naruto-Ku

1.9K 111 2
                                    


🍑

Hyuga Hinata menatap ke dalam mata safir kekasihnya yang sedang mengunyah sushi buatannya dengan nikmat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hyuga Hinata menatap ke dalam mata safir kekasihnya yang sedang mengunyah sushi buatannya dengan nikmat. Sesekali, ia akan tersenyum dan menjawil hidung Hinata dengan gemas.

"Ne. Naruto-kun. Apa hari ini kau tidak bisa menemaniku ke toko buku? Ada beberapa kertas dan spidol warna yang harus kubeli untuk Hanabi." Ujar Hinata lembut. Ia berkata setengah memaksa, memang. Mengingat kekasihnya itu sedang sibuk karena UAS akan segera dimulai dalam beberapa Minggu. 

"Kurasa tidak bisa, Hinata. Kenapa kau tidak pergi bersama Ino atau Tenten? Aku rasa mereka akan dengan senang hati menemanimu."

Suara Naruto yang biasanya menangkan sedikit menjadi aneh di telinga Hinata. Ia menghela nafas pelan lalu mengangguk.

"Jaa. Aku harus segera menemui Tsunade Sensei di ruang rektorat. Kau mau ikut atau langsung pulang?"

Hinata tersenyum tipis sambil merapikan buku-bukunya. "Aku akan pulang. Hati-hati, Naruto-kun."

Naruto tertawa lembut dan mengacak rambut Hinata dengan pelan. Setelah mendaratkan ciuman kilat di pipi Hinata yang merona, ia beranjak pergi dengan segera.

"Hei. Hinata. Jadi, kau tidak mau mengikutinya untuk mencari kebenarannya?"

Sekali lagi, Hinata hanya menghela nafas panjang saat ke-dua sahabatnya datang dengan wajah kesal.

"Aku yakin Naruto hendak menemui Sakura. Dia pasti memanfaatkan Sakura agar lebih dekat dengan Tsunade Sensei agar mendapat rekomendasi untuk segera lulus." Ucap Ino sambil merentangkan kedua tangannya dan duduk di samping kiri Hinata.

"Aku sependapat. Kita semua juga tahu, sudah berapa tahun Naruto tidak cepat lulus kuliah. Entah apa yang ada di pikirannya. Bukankah dia satu angkatan dengan Neji senpai?" Timpal Tenten setelah memilih berbaring di samping kanan Hinata. Ia menatap dedaunan yang berjatuhan menimpa tubuhnya.

"Tidakkah bukti-bukti yang kau kumpulkan cukup untuk meminta putus darinya, Hinata?" Ino berkata hati-hati sambil menyodorkan permen rasa anggur padanya.

Hinata menggeleng pelan, menolak permen asam dari Ino tersebut, "entahlah, Ino. Aku juga tidak yakin Naruto akan memilihku jika tahu keluargaku sudah tidak sekaya dulu."

Tenten terkekeh geli, "Hinata. Kau itu bodoh atau memang tidak bisa berpikir? Kau kira dari mana Neji senpai mendapat uang jika tidak dari perusahaan ayahmu?"

"Perusahaan ayahku sudah diambil alih sejak beliau meninggal, Tenten." Hinata menatap tautan jemarinya yang lentik, "ada satu keluarga yang membiayai kami semua. Juga panti asuhan yang dikelola Neji-Nii dan teman-temannya."

Hime, Please Stay. (Masashi Kishimoto Sesajen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang