18. Kehidupan itu ...

344 45 8
                                    

Tekan 🌟 dulu, biar aku tahu kalo kalian suka sama cerita yang aku buat. 🙂

Jangan lupa follow aku ya. 🖤

🍑🍅

Kau ingin pergi atau meninggalkanku, Hime?

Apakah kau tidak tahu sebesar apa keinginanku untuk memilikimu?

🍅🍑

Sasuke bukan pecinta hewan sebenarnya, tapi dia memiliki seekor elang hitam dengan bagian kepala putih yang sepertinya menempel padanya seperti sekarang.

Saat ke dua kaki Sasuke menginjak di halaman kecil di depan paviliun rumahnya. Elang itu terbang dengan cepat dan mendarat dengan mulus di lengan Sasuke yang telah dibentangkan.

"Kau darimana saja?"

Tidak ada sahutan tentu saja, namun elang itu menatap Sasuke dengan tajam seolah menyampaikan sesuatu yang sangat penting.

Sasuke mendesah lelah, ia meletakkan elang yang terasa semakin berat di atas pohon yang Sasuke tidak tahu namanya. "Kau melihatnya bersama anak anjing itu?"

Sasuke memilih duduk di kursi ukir dari besi yang dibelinya saat sedang berlibur di Italia. Menyesap teh herbal yang mungkin diletakkan Karin di meja kecil di samping kursi, Sasuke memejamkan mata meresapi desau angin malam yang sedikit lebih dingin. Untung saja ia telah memakai sweater tebal dan kaos kaki tentu saja.

"Dia ingin pergi dariku, begitu?" Seolah sedang bercakap denga teman lama, Sasuke seolah mendengarkan elang-nya berbicara dalam bahasa yang hanya dia mengerti.

"Kenapa kau tidak bersuara seperti gagak peliharaan Itachi, hn?"

Sasuke terkekeh geli, lebih pada dirinya sendiri yang berbicara denga elang itu. "Kalau begitu, mari kita lihat saja sejauh mana dia akan lari menjauh. Bukan begitu, Hana?"

Elang itu mulai bersuara, seperti siulan yang memekakkan telinga. Lalu dengan sekali kepakan sayap, ia terbang meninggalkan Sasuke sendirian.

Ah, sendiri lagi.

Sasuke menyentuh dadanya yang di bawah tapaknya, jantungnya berdetak dengan tenang namun terasa menyakitkan.

Hinata ...

"Tuan ... "

Sasuke membuka mata, ia mengalihkan pandangan saat di hadapannya sosok Karin dan Pain menatap dengan cemas.

"Jangan menatap seperti itu."

"Apakah kau ingin aku menyiapkan air hangat dengan herbal seperti biasa?"

Sasuke mendengus, sejenak kemudian ia terbatuk dengab keras. Pain segera menyentuh leher Sasuke dan mengelus tengkuknya dengan lembut.

"Hentikan. Jangan perlakukan aku seperti orang penyakitan."

Pain mengacuhkan perkataan Sasuke, ia tetap mengusap tengkuk lelaki keras kepala itu dengan lembut. Dan dengan telaten, Pain mengambil sapu tangan hitam dari tangan Karin dan mengusap cipratan darah di dagu dan tangan Sasuke.

Hime, Please Stay. (Masashi Kishimoto Sesajen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang