26. A Nightmare

833 53 4
                                    

Rencana awal aku bikin ff ini sebenarnya pengen bertema paranormal, perdukunan, atau sejenis itu. Hehehe.
Tapi mungkin di bab-bab sebelumnya kalian cuma nemuin cerita yang biasa aja dan engga terlalu menguras tenaga. Hehehe.

Komen di sini dong, gimana kesan kalian pas baca FF ini. 🥺

***

Seorang lelaki yang ditaksir berumur 30-an awal ditemukan pingsan di tepi danau tak terurus di pinggir kota Konoha. Dia adalah putra dari pemilik Namikaze Group yang belum lama ini mengalami kebangkrutan. Tidak ada luka parah, hanya saja korban masih tidak sadarkan diri selama 13 jam usai ditemukan ..........

Hinata tertegun, ia menerawang. Tidak terganggu dengan ocehan presenter dan Ino yang sibuk berbicara dengan Tenten.

Mereka bertiga sedang menonton berita di Instagram resmi Konoha. Hinata bahkan tidak bisa bertanya-tanya mengapa Naruto ditemukan di tempat itu?

.... Kemungkinan besar sang Namikaze muda linglung hingga nekat menceburkan dirinya ....

Hinata menyentuh lengan Tenten dan Ino saat terasa tubuhnya gemetar. Air matanya berjatuhan dengan perlahan, ia sendiri bingung kenapa ia menangis jika tidak tahu sebabnya. Naruto tidak meninggal ...

... Korban sedang dirawat di rumah sakit Konoha ...

Samar-samar Hinata masih mendengar suara itu. Ia tidak tahu mengapa namun hatinya mengatakan bahwa ia sedang kacau balau.

"Aku harus bertemu dengan Naruto." Ungkap Hinata tiba-tiba, hal itu membuat Ino dan Tenten tersentak. Mereka segera meletakkan handphone dan memberi perhatian penuh pada Hinata.

"Kau sudah gila? Sasuke tidak mungkin mengizinka kita bertiga keluar dari rumah ini, Hinata." Ungkap Ino.

Hinata mengerutkan kening, "kenapa kau berbicara seperti itu, Ino? Apakah ada sesuatu yang kau tahu tapi aku tidak menyadarinya?"

Ino melirik Tenten dan pintu kamar yang terbuka. "Sebaiknya tidak kuceritakan di tempat ini."

"Kau tidak pandai menyembunyikan sesuatu yang mencurigakan, Ino. Aku bisa menilai dari setiap suku kata yang kau gunakan."

"Hinata, tarik nafas dan keluarkan ... " Perintah Tenten, "sepertinya, emosimu sedang tidak stabil. Kau mandilah dulu dan kami akan menunggu, kita bisa menjenguk Naruto-senpai bersama-sama."

Hinata mengangguk, ia bangkit dan meraih handuk lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Setelah merasa segar dan dapat berpikir jernih, Hinata segera keluar dari kamarnya menuju kamar Sasuke. Ia melangkah dengan pelan saat mendengar suara kemarahan dari sang pemilik rumah.

"Bukankah aku sudah bilang untuk tidak membunuhnya dengan cara menjijikkan seperti itu? Kalian pikir aku sedang melakukan tidak kriminal secara terang-terangan!?"

Hinata tersentak. Ia memilih tetap berada di tempatnya dan tidak mengetuk pintu yang terbuka itu.

"Apa!? Kau belum melakukannya!? Bahkan kau tidak tahu di mana keberadaan Naruto!?"

Hime, Please Stay. (Masashi Kishimoto Sesajen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang