Rapuh

Bagian ll

karena keterbatasan ekonomi, ibu memintaku untuk berhemat. Mengingat bahwa ketiga adik-adikku masih kecil dan butuh biaya banyak untuk kedepannya. Terlebih lagi, kemarin bapak sudah mengeluarkan banyak uang untuk biaya sekolah kakak perempuanku yang nomor dua. Ia masuk sekolah smk kesehatan. Biaya pendaftaran nya saja mahal. Belum lagi SPP nya perbulan. Sementara kakak perempuanku yang pertama sudah berkeluarga empat tahun yang lalu. Tapi, sayangnya sampai saat ini ia belum diberi keturunan. Jadi, ia yang membantu ibu untuk mengantar jemput adik bungsuku sekolah TK. Karena tidak ada pelajaran. Ibu meminta kami untuk menata kursi dan merapikan buku-buku yang berserakan didalam kelas.
"Kamu zhafira adiknya mbak zianna?"
"Iya. Kamu adiknya mbak selli?"
"Iya"
"Ohh. Dari sekolahmu berapa anak yang masuk smp sini?"
"Lima orang. Tiga dikelas 7a dan sisanya dikelas 7b."
"Oh laki-laki sama perempuan itu?"
"Iya. Kalau dari sekolahmu?"
"Banyak. Ada dikelas a, kelas b dan kelas c. Tapi, ada yang pindah sekolah."
"Loh kenapa? gak betah ya?"
"Bukan. Gak dibolehin sama papanya."

Tett,tett,tett. Bel sudah berbunyi. Waktunya kami bersiap-siap untuk pulang. Semua siswa berhamburan keluar dari kelas masing-masing menuju tempat parkiran sepeda motor. Hari kedua masuk sekolah masih sama. Sekedar perkenalan dengan guru-guru dan wali kelas. Hanya ada tambahan menulis jadwal pelajaran, jadwal piket serta pemilihan ketua dan anggotanya. Seketika kelas menjadi sangat ramai seperti pasar. Beberapa dari kami saling tunjuk.
Setelah selesai voting akhirnya terpilih ketua kelas dan antek-anteknya. Haha. Ibu surti meminta kami untuk membuat struktur kelas menggunakan kertas karton berukuran besar.

Selama tiga hari masuk sekolah tidak pernah ada pelajaran. Sekedar pengenalan lingkungan sekolah dan guru-guru. Pada hari ke empat pelajaran mulai aktif. Aku mengeluarkan buku dan beberapa alat tulis lainnya. Pelajaran pertama adalah bahasa inggris. Dan Kebetulan wali kelas kami sendiri yang mengisi materi pada jam pertama.