Selama satu minggu aku menemani cacha kemanapun ia pergi. Bahkan aku sering menginap dirumah cacha. Dirumahnya terdapat banyak piala dan piagam penghargaan. Ia terlahir dari keluarga yang cukup kaya dan bersosial tinggi.
Selain wajahnya yang cantik, ia juga anak yang cerdas dan baik hati. Aku tidak pernah menyangka akan mengenalnya sedekat ini. Kami mulai saling terbuka. Ia mulai mengetahui kenapa aku menjadi anak yang sangat pendiam. Berbeda dengan teman-teman yang lain, ia justru lebih senang berada dirumah. Tak heran jika ia menjadi anak yang paling unggul disekolahnya dulu. Berbagai macam buku tertata rapi dikamarnya. Hidupnya sangat sempurna. Tapi, sayang ia tidak punya saudara perempuan untuk diajak bicara atau bahkan sedikit perhatian dari orang tuanya.
Ia anak yang mudah sekali berbaur dan gampang akrab dengan siapapun. Aku selalu belajar banyak hal darinya. Aku menjadi anak yang lebih giat belajar dan senang sekali membaca buku. Kami berdua sangat senang bergurau didalam kelas saat pelajaran kosong. Teman-teman kami mengira bahwa hidup kami sempurna dan bahagia. Padahal aku dan cacha sama-sama memiliki masa kecil yang suram. Kami pernah merasa depresi dan hampir stress. Tapi, kami selalu menutupi semuanya dengan canda dan tawa agar orang lain tidak mengetahui apa yang kami rasakan yang sebenarnya.
Aku sangat takut dengan hujan dan kegelapan. Dulu, aku sangat mudah menangis saat hujan turun. Aku mengunci diri dikamar dan menutupi seluruh tubuhku. Saat tidak ada seseorang pun dirumah, matahari mulai tenggelam dan lampu rumah mulai padam. Aku selalu terbayang sosok menakutkan berada disekitarku. Sampai akhirnya aku dilarikan ke rumah sakit. Aku selalu melihat sosok aneh yang selalu mengikutiku. Ular berjalan diatas atap langit. Suara anak kecil dan bau melati. Semua keluargaku selalu berusaha mengobatinya.
Tapi, semuanya seakan percuma. Sampai akhirnya ibu memanggil guru ngajiku. Aku yang saat itu dalam keadaan tidak sadarkan diri dan mulai kerasukan jin tidak mampu melakukan apapun. Perlahan, pak ustadz mulai membacakan yasin dan ayat kursi. Memberiku minum air kelapa dan membacakan ayat-ayat allah dengan tasbih ditangannya. Kejadian itu membuatku sangat trauma dan hampir stress. Semua teman-temanku sangat membenciku. Bahkan aku menjadi bahan gosip tetangga. Sejak saat itu, aku tidak pernah keluar rumah. Bermain saja tidak pernah. Apalagi berteman dengan anak tetangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rapuh
Teen FictionMencintaimu adalah luka yang disengaja. Zaa gadis cantik yang sangat membenci hujan dan takut dengan kegelapan harus menerima kenyataan bahwa pria yang dicintainya pergi meninggalkannya tanpa suatu kepastian. Luka hatinya disebabkan besarnya sebuah...