taman paseban bangkalan

2 1 0
                                    

Saat hujan mulai reda, kami semua masuk ke kelas masing-masing. Karena sebentar lagi bel akan segera berbunyi dan kami harus bersiap-siap untuk pulang.

Semua teman-temanku sudah keluar kelas. Hanya tersisa aki, cacha dan ibnu. Aku masih sibuk melipat jaket yang diberi ibnu untuk dimasukkan ke dalam tas.

"Sudah selesai? Yuk!" Ajak cacha.

"Sudah," jawabku sambil tersenyum tipis.

Ibnu menunggu kami berdua di depan pintu kelas. Tidak biasanya ia seperti ini, apa ia sedang menanti seseorang?  Tapi, di kelas ini hanya ada aku dan cacha. Atau mungkin ia mau mengambil jaket yang diberikan padaku.

"Zaa. Tunggu sebentar," ucapnya memulai pembicaraan.

"Iya. Ada apa?"

"Nanti sore ikut aku ya.""

"Ikut? Kemana?"

"Eee... sudah ikut saja. Bisa kan? Nanti aku kabari lagi."

"Tapi..."

"Sampai ketemu nanti sore zaa. Aku duluan ya," katanya memotong pembicaraan dan pergi meninggalkan kami berdua.

*****

Tinn tinn

Suara klakson berbunyi di depan pintu pagar rumahku. Aku langsung bergegas melihatnya dibalik jendela. Ternyata ibnu sedang berdiri di atas sepeda motor kesayangannya. Aku segera mengambil tas dan berpamitan kepada ibu.

"Bu aku berangkat dulu ya. Ibnu sudah menjemput."

"Iya hati-hati. Jangan pulang terlalu malam." Kata ibu dari dalam dapur.

Aku sudah izin kepada ibu sebelum ibnu menjemput. Ibu tahu kalau kami hanya teman satu kelas. Beliau tidak pernah mengekang anaknya bepergian dengan siapapun asal dengan tujuan yang baik. Apalagi ibu sangat mengenal ibnu dengan baik. Berbeda dengan bapak, beliau akan sangat marah jika melihat anak perempuannya keluar dengan laki-laki tanpa izin darinya. Meskipun ia teman kelasku. Kecuali, aku membawa sepeda motor sendiri tanpa berboncengan. Haha. Pangeranku itu memang sangat pencemburu.

Kami berdua berhenti di alun-alun kota bangkalan. Ibnu mengajakku duduk di kursi yang ada di taman paseban. Kami berbicara sepanjang waktu tanpa rasa canggung. Hari semakin sore, matahari hampir tenggelam berganti malam, suara adzan berkumandang dari masjid agung yang berada di tepi barat taman paseban.

RapuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang