sang juara

1 0 0
                                    

     Setelah semua pertandingan selesai. Akhirnya, waktu yang kami tunggu-tunggu telah tiba. Semua peserta lomba duduk rapi bersama pendamping mereka masing-masing. Lima menit lagi pengumuman pemenang, jantungku lagi-lagi berdegub sangat kencang.
     Kenzie yang melihatku panik segera menghampiriku dan duduk disebelahku. Anehnya. Bukannya merasa tenang, aku malah terlihat semakin panik dan gemetar.
"Eh kucing liar. Jangan terlalu difikirkan, santai saja. Ini cuma perlombaan kok."
"Kamu bilang, cuma? Entah apa yang ada didalam pikiranmu,"
"Kamu."
Mataku membelalak. Hah. A-aku? Apa hubungannya dengan aku? Dasar manusia aneh, selalu saja membuat pipiku seperti kepiting rebus.
"Zaa. Mau dengar lelucon tidak?"
"Gak mau,"
"Tapi aku mau zaa. Dengerin sebentar deh."
"Gak mau ken, kamu gila ya? Situasi sedang menegangkan seperti ini, kamu masih ingin ngelawak?"
"Bukan ngelawak zaa. Le-lu-con, lebih tepatnya."
"Ish. Sama aja bapak kenzie yang terhormat. Udah ah, dengerin tuh pengumuman, siapa tau kamu menang. Kalau kamu menang, pasti pacarmu bahagia mendengarnya."
"Pacar? Siapa?"
"Yaa ampun, semua laki-laki didunia ini sama. Berani memacari, tapi tak mau mengakui. Kamu lupa sama mutia?"
"Oalah, dia. Udah putus. Btw, tidak semua laki-laki didunia ini sama zaa. Buktinya, aku berbeda dari yang lain kok,"
"Kenapa bisa putus? Dia kan cantik ken, kamu pasti udah nyakitin dia ya?"
"Dia selingkuh. Jadi, aku berhak mutusin dia kan?"
     Obrolan kami berakhir, pemenang olimpiade diumumkan. Aku kaget mendengar namaku disebut, selanjutnya disusul nama cacha. Aku juara satu lomba story telling dan juara tiga lomba lukis. Sedangkankan Cacha, ia juara satu lomba ipa. Guru-guru terseyum bahagia melihat kami berdua. Tapi, bagaimana dengan Kenzie dan Ibnu? Tenang saja, mereka masuk tiga besar. Dan sekarang, mereka sedang bertanding untuk memperebutkan kejuaraan. Setelah selesai pengumuman, aku langsung mengajak Cacha untuk melihat pertandingan.
     Kenzie melihatku berlari ke arahnya. Ia tersenyum dan tiba-tiba memelukku. Mataku kembali membelalak dan terheran-heran. Ia berbisik ditelingaku, "Zaa. Aku menang."

RapuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang