tentang aku dan cacha

5 2 0
                                    

Itu sebabnya, dikelas ini, aku menjadi anak yang sangat pendiam dan tidak mudah berbaur. Hingga suatu hari, hujan turun sangat deras.
Petir menyambar bagai dentuman pistol. Listrik padam dan keadaan sekitar menjadi sangat gelap.

Saat itu, kami semua hendak pulang dari sekolah. Aku mengurung diri dipojok kelas, memejamkan mata dan memegang kedua telingaku. Lalu, cacha datang menghampiriku. Mencoba menenangkanku dan membawaku keluar dari kelas. Ia memelukku sangat erat dan berbisik ditelingaku.
“semua akan baik-baik saja. Hujan badai dan petir akan segera reda. Listrik akan menyala. Sama seperti kehidupan kita. Akan ada kebahagiaan setelah kepahitan yang kita rasa. Buka matamu zaa. Banyak orang disekitarmu yang rindu akan senyummu. Lihatllah, betapa indahnya hujan yang jatuh kebumi. Seakan tuhan menunjukkan. Jika masalah kita sebanyak tetesan air hujan. Maka kasih sayangnya sebanyak air dilautan. Matahari akan kembali bersinar setelah kegelapan zaa. Jangan takut, disini banyak orang. Kamu tidak sendirian. Lihatlah, ada aku disampingmu.”
Cacha selalu berusaha membuatku lupa dengan kejadian di masa lalu. Sejak mengenalnya, aku menjadi lebih berani menghadapi apapun.

Aku mencoba membuka mata dan menghilangkan semua ketakutanku selama ini. Sulit memang, tapi... Aku harus mencoba. Cacha tidak melepaskan pelukannya dariku sedari tadi. Perlahan, aku mulai membuka mata dan melepaskan tangan cacha dari pelukanku.

Duarrr. Suara petir menyambar diatas langit yang tertutup awan hitam. "Arghh." Aku tersentak dan kaget. Cacha kembali memelukku semakin erat dan berusaha menenangkanku.
Teman-teman disekitarku memperhatikan kami berdua. Mereka berlarian dari halaman sekolah dan berhenti bermain hujan.
"Zhafira kenapa ris?" Tanya salah satu teman kami.
"Ah tak apa-apa. Hanya kaget saja." Jawab cacha mencoba menyembunyikan. Agar mereka tidak tahu apa yang terjadi yang sebenarnya. Tapi, tidak dengan ken. Pria itu tahu kalau aku sangat ketakutan. Tiba-tiba ia menghampiri kami berdua.
"Zaa. Ikut aku yuk. Pinjam sebentar ya ris." Pamitnya pada cacha dan menarik lengan tanganku.
"Kamu mau bawa aku kemana ken?" Tanyaku dengan mata terpejam.

RapuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang