pelukan bu surti

2 2 0
                                    

Bu surti menyodorkan kue tart dan memintaku untuk memotongnya. Lalu, aku memberikan potongan pertama itu kepada beliau dan memberikan potongan lainnya kepada teman-temanku. Setelah potongan kuenya selesai aku bagikan, bu surti memelukku dan mendoakanku dengan logat bulenya. Hehe. Aku berusaha menyeka air mataku yang masih saja berjatuhan. 

"Huaaa. Ibuu! Mauuu," ucap salah satu dari mereka.

"Sini ibu peluk semua," jawab bu surti dengan segaris senyum dibibirnya.

Cacha menghampiriku dan memberikan kado yang dibungkus dengan kertas berwarna biru muda. Ia memang selalu tahu tentang apa yang tidak dan aku suka. Sebuah kado yang sangat mungil. Namun, terkesan sangat berharga bagiku. Beberapa dari mereka bersalaman dan mengucapkan selamat ulang tahun padaku.

"Ciee. Yang sudah makin tua tapi masih jomblo. Haha," ledek rehan.

"Biarin, wekk. Situ gak jomblo?" 

"Ah kamu mah suka buka kartu."

"Helleh. Kan kamu duluan han."

"Iya juga sih. Nih kado spesial dari rehan. Orang paling ganteng sedunia. Paling baik dan paling pintar menciptakan tawa."

"Teruss Apalagi."

"Sudah segitu saja dulu. Kalau disebutkan semua. Nanti kamu malah jatuh cinta lagi."

"Apaan sih cinta. Gak mau cinta cintaan. Ribet tau."

"Ih awas saja kalau nanti aku lihat kamu punya pacar."

"Gak ada. Pacaran itu kan dosa han."

"Sekarang aja ngomongin dosa. Kemarin kemana?"

"Ada dirumah. Haha."

"Bukan itu maksud gue markonah."

"Terus apa?"

"Hayo ngaku. Kamu pasti sudah jatuh cinta sama salah satu siswa laki-laki disini."

"Ih apaan sih. Gak ada."

"Dosa bohong loh."

"Sejak kapan dosa pernah berbohong rehann."

"Tadi. Kan aku sudah bilang."

Begitulah rehan. Ia pria paling menyebalkan yang pernah aku temui didunia ini. Tapi, ia adalah orang yang pandai menciptakan tawa meskipun dalam keadaan sedih sekalipun. Berbeda dengan ken. Ia justru memilih menyendiri saat  mood nya sedang turun, apalagi saat ia merasa galau dan  sedih. Namun, sebenarnya ia adalah pria yang paling humoris diantara teman-temanku yang lainnya.

RapuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang