Tanding Tinju

56 17 2
                                    

Rasya yang diajak ketaman, disuruh duduk oleh Abdi, entah apa yang akan dilakukan oleh cowok itu, yang Rasya tau, Abdi selama ini sedang berusaha mendekatinnya. Namun apa alasan sebenarnya?. hanya pertanyaan itu yang selalu Rasya cari.

"Ras .... " panggil Abdi lembut. Matanya yang terlihat tajam, lembut binarnya, atau bisa dibilang teduh. Wajah. Abdi juga tampan, jadi tak salah jika iya diincar oleh para cewek.

"Hem .... " balas Rasya cuek.

"Gue pengen ngomong sesuatu sama lo.

Rasya tersentak kaget, saat tiba-tiba tangan hangat Abdi megegam punggung tangannya, mengakatnya dan sedikit mengelusnya. Dengan reflek Rasya menariknya kasar, hinnga pegangan Abdi terlepas. Rasya berdiri dari tempatnya, memandang Abdi tak suka. "Kalo mau ngomong, langsung aja."

Abdi terlihat menghembuskan napasnya pelam, iya bangun dari duduknya, lalu berjongkok didepan Rasya. Kembali meraih salah satu tangan Rasya dengan lembut. Rasya yang diperlakukan seperti itu pasti bingung.

"Gue tau ini terlalu singkat, namun nyatanya rasa bisa tumbuh lebih cepat dari apa yang kita tau." Rasya mengernyit bingung, menatap Abdi penuh selidik. "Jadi gue pengen ngungkapin semuanya."

Bukannya terpana dengan kaya Abdi, Rasya malah merasa kesal, iya menaril tangannya dan bersidekap dada. "Udah ngak usah banyak bacot, gue ngak punya banyak waktu." ketusnya.

"Oke, kalo maunya gitu," pasrah Abdi berdiri dari tempatnya. "Tadi gue cuma mau bilang, gue mulai jatuh cinta sama lo."

Rasya mengakat sebelah alisnya, iya megeleng kecil. "Jangan lo kira bisa jebak gue, gue tau lo ngelakuin ini karna pengen balas dendam kan."

"Nggak Ras ... ini serius," elak Abdi cepat.

"Maaf gue nggak bisa percaya," ketus Rasya yang sudah siap melangkahkan kakinya pergi ketaman, namun langkahnya tertahan saat mendengar penuturan Abdi.

"Mungkim hari enggak, tapi mungkin besok." sebuah senyum menghias pipi Abdi, iya tampak begitu yakin dengan kata-katanya. "Karna gue bakal terus coba buktiin sama lo."

Semilir angin tepat berhembus setelah ucapan Abdi selesai, menyapu dedauna kering, meberi kesejukan pada setiap mahluk ciptaan Tuham. Sedangkan dua insan yang ada disana hanya diam tak bergeming, yang satu tampak tersenyum penuh percaya diri, sedangkan yang satunya hanya diam menutup matanya sambil megigit bibir bawahnya pelan.

****
Makan malan diatas meja terlihat begitu khusuk dan tenang, tidak ada yang mengeluarkan suara hingga satu-persatu mereka selesai.

"Kak Askan, tempat latihan tinju masi bukak nggak ya?" tanya Rasya yang membuat Askan berhenti menguyah buah apel yang iya makan.

"Masi, emang kamu mau ngapain?" tanya Askan penasaran.

"Pengen latihan tinju, soalnya udah lama ngak kesana," balas Rasya.

"Ooh, kapan?. Kakak ikut ya"

"Besok, emang Kakak mau ngapain ikut, nggak ngurusin kantor emangnya?"

"Urusan kantor gampang, kamu tinggal bilang aja jam berapa"

"Besok kayaknya jam 3 sore,"

"Ya udah kak Gatan juga ikut ya." sambar Gatan yang ingat besok dapat shift sore, jadi iya bisa main tinju sebentar, sebelum mulai bekerja.

"Hem ... terserah kalian."

"Eh iya, rencana kesana sama siapa?" tanya Askan.

"Sama temen."

"Ooh."

Setelahnya tidak ada lagi percakapan. Hanya diam pada pikiran masing-masing.

***
Sore ini, Rasya sudah sampai ditempat latihan tinju dengan sahabtnya Elin dan Abi, ya walaupun dengan sedikit paksaan.

Rabi (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang