Pergi

85 22 6
                                    

Rasya yang sudah siap dengan baju rapinya, menuruni tangga. Rencananya malam ini, iya ada janjian dengan Abi, tadi, tepatnya beberapa menit lalu, Abi menelpon, dia butuh dukungan dan suport langsung, jadi iya lebih memilih mengajaknya ketemu langsung saja, agar bisa langsung cerita panjang lebar.

Tepat dianak tangga terakhir, langkah Rasya terhenti, saat Kakak tertuanya menghadang. "Mau kemana jam segini udah rapi?"

"Aku ada janji sama temen." jawab Rasya santai.

"Pasti sama Abi kan?"

"Dari mana Kakak tau?" tanya Rasya sedikit memicingkan matanya, karna merasa penasaran.

"Kakak cuma nebak aja," cuek Gatan. "Dan Kakak juga tau, kamu putus sama Abdi pasti gara-gara Abi kan?"

Rasya cukup terkejut dengan ucapan kakaknya, membuat dirinya sedikit merasa tak terima dan hendak menjelaskan semuanya, tapi sang kakak malah memotong.

"Apa baiknya Abi si?, sampe kamu rela meninggalkan Abdi cuma demi Abi yang gayanya kaya cewek itu."

"Kak stop." Rasya menatap kakaknya nyalang. "Abi pacar aku sekarang, jadi Kakak nggak bisa seenaknya menjelekan Abi kaya gitu dong."

"Ooh jadi dia pacar kamu." Gatan mendekati Rasya. "Tapi nggak pantes kamu sama dia, dia nggak bisa lindungin kamu nantinya."

"Aku udah besar, dan bisa jaga diri sendiri," Rasya menekankan semua kalimatnya.

"Tapi nggak seterusnya kamu bisa melindungi diri kamu sendiri, ada saatnya orang lain yang harus lindungin kamu."

"Iya aku tau, dan aku yakin Abi juga bisa."

"Bisa dari mana, liat gayanya yang lembek, dia cuma modal harta, cobak kamu liat Abdi, dia cowok yang sempur_

"Kak Stop jelek-jelekin Abi!" potong Rasya mulai emosi. "Abi mungkin nggak sempurna, tapi sosoknya bisa buat aku nyaman."

"Ras ... kamu jangan keras kepala!" Gatan ikut menaikan volume suaranya, menatap Rasya nyalang. "Karna sampai kapanpun, Kakak nggak akan suka lelaki kaya dia."

Napas Rasya memburu, wajahnya terlihat sangat marah, bahkan kedua tangannya sudah mengepal kuat. "Terserah Kakak, yang jelas pilihan aku cuma Abi, bukan Abdi."

"Tapi inget, sampai kapanpun Kakak nggak akan pernah menerima, bahkam keluarga ini juga."

"Kakak egois." Rasya hendak meninggalkan begitu saja Kakaknya, namun terhenti, saat melihat Abi berdiri tak jauh darinya, bersama seorang pembantu yang sepertinya mengatar sampai sini.

"A ... abi." panggil Rasya pelan, iya takut Abi mendengar semuanya dan mungkin itu benar, buktinya sekarang Abi sudah mundur beberapa langkah, memutar badan, memutuskan untuk pergi.

"Abi tunggu!" Rasya hendak menyusul namun tangannya ditahan oleh Gatan.

"Lepas Kak ... Kakak apa-apaan si?!" Rasya mencoba melepaskan diri, namun sayang, pegangan Gatan terlalu kuat.

"Kakak nggak bakal biarin kamu ngejar cowok banci kaya dia," tahan gatan.

"Terus Aku harus ngejar siapa?, apa Kakak mau aku ngejar cowok bermuka dua seperti Abdi, supaya dia makin puas nyakitin aku, supaya semua kepercayaan aku harus hancur lagi dan lagi?"

Gatan melepaskan tangan Rasya dengan spontan. Iya tampak memandang Rasya dengan wajah terkejut sekaligus tak percaya. "Mangsud kamu apa?" sorot mata
Gatan  tampak menuntun penjelasan dari Rasya.

"Dia udah hianatin aku, berciuman panas di wc sekolah. Abdi sendiri juga yang mutusin aku waktu itu!" Rasya berusaha menyadarkan kebusukan Adbi pada kakaknya.

Rabi (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang