Musibah

77 19 4
                                    

Setelah Abi dan Rasya pacaran, hampir setiap hari Abi menjemput Rasya dirumahnya. Seperti sekarang, Abi sudah ada didepan pintu rumah Elin, dan mengetuknnya beberapa kali, dan kebetulan yang membukaknya adalah Askan, dengan setelan jas kantornya.

"Eh ada pacar adek gue," goda Askan.

"Kak Askan," jawab Abi malu-malu.

"Pagi-pagi kesini mau jemput pacarnya, tapi sayang, pacarnya lagi asik dandan, dia jadi aneh sekarang," rumpi Askan. "Oh iya, itu pacarnya kamu juga jadi agak lembut, biasanya tu ya, dia keras banget, tapi kok berubah ya?"

Buk ....

"Ais sakit loh Ras," Askan mengelus kepalanya yang terkena pukul buku bahasa indonesia setebal 300 halaman.

"Makannya jangan gosipin orang, udah kaya tetangga sebelah, mulutnya buat dosa mulu," komentar Rasya dengan pedas.

"Is, Kakak kamu itu cuma heran tau, baru satu hari putus udah dapet yang baru aja."

"Itu artinya Rasya laku."

"Pake ngomongin laku segala, emang kamu sayur?" ejek Askan.

"Biar, dibanding Kak Askan jomblo akut," balas Rasya mejulurkan lidahnya, megandeng Abi, mengajaknya berangkat kesekolah.

***
Abi dan Rasya jalan-jalan ditaman, bersama Nenek Abi, sedangkan kakek Abi sedang ada kerjaan. Abi, Rasya dan Ana tampak mengelilingi taman diselingin canda dan tawa, membuat rasa lelah tak terasa.

"Nek ... nama Nenek sama Bunda aku sama lho," ucap Rasya yang tampak sangat hangat.

"Ooh iya .... " kaget Ana.

"Iya Nek, sama-sama Ana." jawab Rasya antusias. "Cuma Bunda Rasya lebih muda hehe .... "

"Kamu ada-ada aja, ya udah pasti dong." Ana tertawa, mengelus pucuk kepala Rasya.

"Nek ... Abi kepinggir sebentar ya, mau benerin tali sepatu."

Ana mengangguk, memandang Rasya dengan senyum lebarnya. "Kamu nggak mau juga?"

"Mau apa?" polos Rasya.

"Mau benerin tali sepatu," jawab Ana menggoda, melirik Abi yang tak terlalu jauh. "Sambil jagain pacarnya."

Rasya paham dan tersenyum malu. "Hem ... nggak perlu kok Nek."

"Perlu kok, sana samperin, jangan malu-malu."

Rasya menunduk sebentar, lalu megegam tangan Ana. "Bentar ya Nek." Rasya akhirnya menghampiri Abi, menepuk pundak cowok itu.

Abi yang sedang fokus menoleh, mendapati Rasya sedang membukuk, membenarnya tali sepatunya juga. "Mau aku bantu?" tawar Rasya.

Abi menggeleng. "Aku bisa sendiri."

"Is, sini aku bantu," paksa Rasya berjongkok didepan Abi, namun sebelum tangan Rasya kotor menyentuh sepatunya, iya lebih dulu mencegat, dengan memegang tangan Rasya. "Nggak perlu, aku bisa sendiri." tolak Abi lembut.

Rasya mendonggak, menatap manik mata Abi yang ternyata dalam dan penuh makna didalamya, tapi pancarannya hangat. Setelah satu minggu pacaran, Rasya benar-benar baru tau bagaimana rasanya pacaran dengan rasa cinta bukan paksaan.

Mereka masi dalam posisinya, saling pandang penuh keromantisan, para orang yang sedang joging saja sampai merasa sangat iri. "Bi..."

"Iya .... "

"A ... aku cinta banget sama lo."

"Aku juga," balas Abi tersenyum lebar.

Brak.

Rabi (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang