Pengenalan Sang Pewaris Anatama

60 18 9
                                    

Semua orang-orang kalangan atas berkumpul dikediaman rumah Anatama, tentunya dengan setelah jas rapi dan mahalnya, dengan para pasangan atau putrinya yang mengenakan gaun harga ratusan juta.

Bukan hanya para kolega bisnis atau teman dari tuan Tama, tapi ada juga media masa, yang siap untuk menyebarkan sebuah berita, dan tentunya akan jadi sangat viral dimana-mana. setelah sekian lama, Naka Anatama menyembunyikan informasinya, bahkan secuil pun tak dibiarkan lolos, kini mereka dengan sangat terbuka memperkanalkan putra mereka dimuka umum.
Yang menarik adalah pemilihan tempatnya, yaitu diteras rumah, dengan bulan dan bintang sebagai atap. Teras rumah juga sudah dihias sedemikian rupa, hingga nampak indah dan mewah, sesuai dengan keinginan Ana.

Semua orang berkumpul disekitaran panggung kecil dan mini, yang sengaja dibuat untuk tempat keluarga Anatama dan Ramaysa memperkenalkan pewarisnya, banyak media sudah menyorot kearah panggung, dengan para tamu undangan yang semakin merasa penasaran.

lima menit, penantian mereka berakhir, Pak tama dan ibu Ana keluar beriringan, diikutin oleh pak Rama dan ibu sitya. Setelah beberapa menit menunggu, barulah satu keluarga kecil menyusul, dengan Bapak Naka dan ibu Citra, dan putranya, Abisnya Anatama.

Semua media dan tamu undangan fokus ke Abisnya, sang pewaris yang waktu itu mengenakan jas hitam, kemeja putih dengan dasi kupu-kupu berwarna merah, poni tebalnya juga dibawah kedepan, menutupi keningnya.

Banyak orang berbisik-bisik mengenai ketampanan Abi, atau tentang gaya jalan dan bergerak Abi, yang kelewat lembut dan lentik. Banyak yang bertanya-tanya, meragukan sang pewaris, namun keluarga Abi terlihat tak acuh. Tuan Tama berdehem, sedikit maju untuk menyapa para tamu undangan.

"Selamat malam semua," sapa Tama.

"Malam!"

"Disini saya keluarga Anatama, ingin memperkenalkan pewaris dari properti dan segala aset perusahaan, Anatama dan Bimaysa kemukak umum."

Semua tamu undangan terdiam, kembali memandang Abisnya yang hanya memasang senyum kecil, hingga lesung pipinya sedikit terlihat. Abi memang sangat tampan, sempurna dan idaman para wanita, walau begitu, gayanya sepertinya menjadi min besar.

Tuan Tama yang menghentikan kalimatnya kembali menghela nafas, memandang Abi dengan sedikit menyerong kearah Abi. Tangan Taman menunjuk dengan sopan kearah Abi, membuat media semakin gencar mengambil gambar dan vidionya, para tamu undangan juga ikut mengeluarkan ponsel untuk menangkap momen itu.

"Iya jadi inilah sang pewaris, Abisnya Anatama, anak dari bapak Nala Anatama dan ibu Citra Anatama, menjadi cucu satu-satunya keluarga Anatama dan Ramaysa."

Semua orang bertepuk tangan, menyambut Abi dalam dunia bisnis yang ruang lingkupnya besar dan kalangan atas, kecil kemungkinan, kalau kedua perusahaan itu memiliki rekan bisnis kalangan menengah.

Abi yang merasakan semua media semakin fokus kepadanya hanya memberikan senyuman canggung, karna merasa grogi. Keringat dingin juga sudah membasahi tangannya, Abi mudah berkeringat dingin saat grogi.

"Jadi untuk kabar gembira ini, mari kita rayakan bersama!" seru Tama yang mengundang tepuk tangan meriah dari para tamu undangan.

***
Keluarga Lasmana juga turut hadir, mereka meramaikan acara yang dihadiri oleh Gatan, Askan, Rasya dan kedua orangnya, dengan pakaian kompak berwarna hitam. Rasya sendiri mengenakan gaun hitam sebatas mata kaki, dengan motif polos dan simple.

Mereka juga termasuk keluarga terpandang, dengan anak-anak berpretasi dibidangnya masing-masing. Makannya ada beberapa media yang berusaha menyorot mereka, apalagi dengan Askan, yang sama-sama terjun dalam dunia bisnis.

"Hey Arkan, Citra .... " sapa Naka sambil menyalami mereka satu persatu.

"Hey apa kabar Naka." Arka menyalami Naka balik, dan memeluknya.

Rabi (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang