Chapter Three :
—Again?❝—ᴋᴀʟᴀᴜ ʙᴇɢɪɴɪ, ᴀᴋᴜ ᴀᴋᴀɴ ʙᴇʀʜᴀʀᴀᴘ sᴀᴋɪᴛ ᴛᴇʀᴜs ᴀɢᴀʀ ᴋᴀᴜ ᴍᴇʀᴀᴡᴀᴛᴋᴜ.—❞
—Sai. Shim—⚝✰⚝
Tok!
Tok!
Tok!
Yamanaka pirang berdiri disalah satu pintu apartement Kunomi. Menunggu seorang pemiliknya untuk menunggu membuka pintunya. Dengan mata aqua nya yang terus berbinar menatap beberapa plastik berisi makanan buatannya sendiri. Berharap Sai akan menikmati makanannya nanti.
Yap! Sai Shimura, Ino berdiri didepan apartement Sai.
Sebagai balas budi untuk penyelamatan Sai kemarin. Ino merasa beruntung sekali, kalau tidak ada Sai kemarin, mungkin Yamanaka Ino sudah sampai ke rumah dengan kondisi tangis tak menentu.
Yamanaka pirang itu tersenyum sendiri kala memikirkan bagaimana Sai makan nanti. Mungkin akan lucu seperti bayi? Atau apalah? Ah! Ino jadi pusing sendiri memikirkan cara makan Sai. Tentu pria Shimura itu makan dengan normal tidak mungkin makan dengan mulut belepotan seperti bayi.
Pintu tak kunjung terbuka. Ino mulai lelah menunggunya. Dengan segera, Ino mulai mengetuk pintu dan bel secara bergantian. Kini lebih agresif daripada sebelumnya. Setelah mengetuk atau menekan bel, tidak ada tanda-tanda pintu terbuka. Ino mengeratkan mantel cream miliknya. Udara hari ini cukup dingin mengingat akan ada musim dingin.
Padahal musim dingin masih lama asal kalian tahu, ini masih bulan oktober.
"Ya! Sai kemana, sih?! Apa Sai sudah berangkat kerja, ya?" Monolog Ino pelan. Manik aquamarinenya menatap jam tangan putih yang tersemat manis di pergelanga tangan sebelah kiri. Dikit lagi Ino masuk kelas, tapi tidak ada menunjukan pintu akan terbuka. Sekali lagi, pintu belum terbuka.
Gadis pirang itu mendengus kasar dan membuka notebook ukuran kecil miliknya. Menuliskan beberapa kata, setelah itu meletakan kertas yang sudah ditulisnya lagi dan menyeretnya masuk kedalam ruangan. Yap! Menuliskan surat untuk Sai kemudian meletakan hasil masakannya ke gagang pintu.
Ino berjalan keluar apartement menuju halte untuk pergi ke kampus. Semakin mengeratkan mantel miliknya kala udara dingin menusuk. Bahkan gadis itu menggunakan sepatu bots panjang dan rok panjang berwarna kuning dengan corak kotak-kotak berwarna hitam. Sudah menggunakan sweater padahal dibalik mantelnya, tapi tetap saja udara tetap dingin.
Huh! Seharusnya kampus diliburkan saja hari ini!
⚝✰⚝
Pria pucat itu menatap kosong kamar apartement miliknya. Kamar yang di dominasi abu-abu itu nampak lebih dingin dari sebelumnya—menurutnya. Dengan wajah yang bisa dibilang tidak baik, kantung mata tercetak jelas, kulit yang semakin pucat, wajah yang merah dan keringat yang mengucur.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUMMER RAIN✔
FanfictionSummary : ❝𝑆𝑒𝑝𝑒𝑟𝑡𝑖 𝑟𝑖𝑛𝑡𝑖𝑘 ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑢𝑛, 𝑖𝑡𝑢 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑢𝑠𝑖𝑚 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑛𝑦𝑒𝑑𝑖ℎ𝑘𝑎𝑛. 𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑚𝑢𝑠𝑖𝑚 𝑐𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑙𝑎𝑙𝑢, 𝑎𝑘𝑎𝑛𝑘𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑢 𝑡...