• SUMMER RAIN • 12

143 28 0
                                    

Chapter Tweleve:
Mindfull

























⚝✰⚝
































"TUNGGU APA!? DIA SUDAH SADAR!?"

Hana terperanjat tatkala Ino spontan berteriak kencang diruangannya sembari tersenyum lebar. Sembari mengelus dadanya, perempuan Inuzuka itu berucap, "Hm.. yeah dia sudah sadar, kau boleh berkunjung kesana. Mau aku temani?" Tawar Hana.

Ino menggeleng, "Tidak perlu, terimakasih sudah memberitahuku!"

Ino keluar dari ruangan Hana kemudian berlari cepat menuju ruangan Sai dengan riang. Tidak perduli dengan teguran dokter-dokter lain karena menabrak pasien atau orang-orang yang berlalu lalang—keluarga pasien. Dia ingin melihat Sai, ingin menjadi orang pertama yang Sai lihat.

Ceklek

"Sai.."

Ino nyaris menggebrak pintunya, mengingat masalahnya dengan Sai belum usai. Wajahnya menjadi sendu karena tidak bisa bertemu dengan Sai sementara waktu. Dengan berat hati, Ino menutup pintunya perlahan kemudian mengintip dari jendela.

"Siapa itu?"

Ino bergumam pelan ketika melihat seorang perempuan dengan santainya duduk dibangsal Sai. Surainya berwarna cokelat dengan mata delima. Ciri-cirinya seperti Myoui Yabuki, orang yang sedang dekat dengan Sai akhir-akhir ini, kata Kiba.

"Jadi dia Yabuki?" Lirih Ino pelan. Pantas saja Sai dekat dengannya, ternyata oh ternyata perempuan itu benar-benar sangat cantik. Dibandingkan dengan Ino, mungkin perempuan bernama Yabuki itu juaranya. "Apa jangan-jangan ... Sai menyukai Yabuki!?" Pekik Ino pelan.

Wajah Ino berubah drastis, dari senang menjadi sedih. Jadi kalau mereka benar-benar berpacaran, Sai akan menjauhinya, begitu? Ino nampak tidak senang, bukankah seharusnya dia senang karena Sai akan berbahagia dengan orang yang lebih baik daripada dirinya? Mana mungkin Sai akan terus menerus berharap padanya.

"Aku harus senang!"

"Ino!"

Ino terlonjak kemudian berbalik dan menatap presensi Kiba yang baru saja mengejutkannya. Sementara itu Kiba hanya terkekeh pelan melihat reaksi Ino. "Kau kenapa? Reaksimu sama seperti Sai kalau aku panggil tiba-tiba," Kiba tertawa sumbang. "Kau mau bertemu dengan Sai?" Tanya Kiba.

Spontan, Ino menggeleng sembari meremas jas miliknya dengan gusar. "Aku ... Aku ingin menjenguk Sai, tapi ... Masalah kami belum selesai dan masih ada yang menjenguk didalam, aku pikir ini bukan saat yang tepat." Ino memandang kedalam ruangan Sai. Kiba seolah mengerti ikut memandang kedalam.

"Itu namanya Yabuki," Sahut orang yang tiba-tiba datang, bersurai kuning serta mata biru safir. "Banyak yang bilang dia pacarnya Sai." Sambungnya.

"Naruto!"

Kiba menegur seseorang yang dipanggil Naruto tersebut dengan tatapan tajam dan langsung membuat si empu menciut. "Maaf! Tapi dia harus tahu, 'kan? Namanya Yamanaka Ino, 'kan? Yang kau bicarakan sepanjang misi itu." Ujar Naruto kemudian berjalan menghampiri Ino. "Namaku Naruto, rekan Sai. Salam kenal, Ino."

"Salam kenal juga, Naruto-san." Ino membalas jabatan Naruto kemudian melepasnya, "Apa benar Yabuki itu pacarnya?" Tanya Ino memastikan. Semoga saja jawabannya 'tidak'.

Naruto nampak berpikir kemudian menatap Ino, "Aku kurang tahu sebenarnya, tapi perilaku mereka mengatakan yang sebenarnya." Jawab Naruto. "Kau dokter disini, ya?"

"Uhm.. Ya, aku ikut dalam operasian Sai tadi."

"Ah ... Benar kata Sai, kalau Ino adalah perempuan yang hebat. Umurmu juga sepertinya tidak jauh dari kami." Puji pria Uzumaki tersebut kemudian berjalan ke arah ruangan milik Sai. "Kau mau masuk? Kau temannya Sai, 'kan?" Tawar Naruto kepada Ino.

Ino menggeleng, "Tidak perlu, dan Naruto-san, aku boleh meminta sesuatu?"

"Apa?"

"Tolong rahasia 'kan bahwa aku disini dan aku yang melakukan operasinya tadi, terimakasih aku pergi dulu. Sampai jumpa, Naruto-san dan Kiba-san." Ino berlalu pergi meninggalkan kedua anggota kepolisian itu yang sekarang berwajah bingung.

"Kenapa tidak ingin diberitahu? Sai pasti akan senang kalau bertemu dengannya," Ujar Naruto pelan. "Memangnya mereka terjebak dalam masalah percintaan apasih?"

Kiba mendelik tidak suka kemudian menginjak kaki pria Uzumaki tersebut, "Ini urusan mereka, sudah kita diam saja. Yang terpenting jangan beritahu Sai, oke?" Naruto mengangguk paham apa yang dikatakan oleh Kiba.

"Ohayou, Sai!"

Naruto menyapa hangat Sai yang dibalas dengan senyuman oleh pemuda pucat itu. Naruto dan Kiba duduk dikursi yang sudah disediakan kemudian menatap Yabuki yang masih setia memberi senyuman pada Sai.

"Uhm.. Sai, Yabuki, sebenarnya kalian mempunyai hubungan apa?"

Sai maupun Yabuki tersentak mendengar pertanyaan keluar dari mulut pria Inuzuka itu.

Sai mengernyit, "Uhm? Maksudmu? Kami tidak ada hubungan apa-apa. Kami hanya berteman dan kebetulan masuk dalam tim yang sama," Jawab Sai singkat. Onyx kelamnya menatap aneh Kiba. "Memangnya apa lagi?"

"Ya, aku dan Sai-san hanya berteman saja tidak lebih dan orang yang aku kenal hanya Sai-san saja." Sambung Yabuki dengan nada tenang. Naruto menatap Yabuki, sepertinya ada yang disembunyikan oleh perempuan bermarga Myoui itu. Dia selalu menatap Sai.

"Apa Yabuki menyukai Sai?"

Ah sudahlah, ini masalah oranglain, Naruto tidak berhak ikut campur jadi dia harus bertingkah masa bodoh meski banyak pertanyaan tentang keduanya yang semakin membingungkan.

Tapi baik Kiba maupun Naruto pasti tahu, kalau Yabuki ini menyimpan rasa lebih pada pria Shimura pucat itu. Apalagi saat mereka bekerja dalam satu misi yang sama, Yabuki selalu menempel pada Sai. Hanya sekedar informasi, yang memasukan Yabuki kedalam tim Sai adalah Kakashi otomatis orang yang pertama Yabuki kenal bukannya Kakashi?

"Tadi aku mendengar suara berisik diluar dan sepertinya ada suara perempuan, kalian berbicara dengan siapa?" Tanya Shimura itu tiba-tiba.

"Dengan doktermu," Jawab pria Inuzuka itu singkat kemudian berdeham, "Besok kau akan pulang, luka jahitanmu sudah sembuh dan hanya butuh beberapa hari untuk istirahat. Jadi kau mau tetap tinggal ke asrama atau apartement?" Tanya Kiba memastikan.

Raut wajah Sai berubah kemudian menggeleng pelan. "Aku akan tetap tinggal di asrama, belum ingin pulang ke apartement, mungkin lain waktu." Sai tersenyum simpul kemudian menyantap apel yang sudah dipotong oleh Yabuki, "Terimakasih, Ino."

"Eh? Ino?"

"Uh? Apa?" Tanya Sai linglung. Manik jelaga miliknya menatap Yabuki yang tengah merenung—entah kenapa. "Kiba, tadi aku berbicara apa memangnya?" Sai beralih ke Kiba yang kini malah menganga.

"Uh? Kau tidak tahu?" Sai menggeleng sebagai jawaban. "Kau tadi bilang 'Terimakasih, Ino.' pada Yabuki." Ujar Kiba.

"Ah?" Sai menatap sekitarnya dengan linglung. Manik kelamnya menatap Yabuki yang kini membalasnya, "Ah! Maaf, maksudku... Yabuki, terimakasih."

Yabuki tersenyum tipis sebagai balasannya kemudian meremas rok hitam pendek yang dikenakannya dengan gusar.

"Siapa Ino?"





































⚝✰⚝,  
































—azzeorajclyn

SUMMER RAIN✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang