• SUMMER RAIN • 18

170 27 0
                                    

Chapter Eighteen :
Dispatch





























⚝✰⚝ 





























Iris aquamarine cerah itu menatap ke jendela yang menghubungkannya pada dunia luar. Memperhatikan beribu-ribu bintik-bintik kecil putih bernama salju dengan wajah sendu. Kecantikan melankolisnya semakin terlihat.

Sudah sebulan semenjak kabar jatuhnya pesawat kala itu. Ino sama sekali belum mengetahui kabar Sai, pihak kepolisian maupun tim SAR belum memberitahukan kondisi para korban. Yang baru ditemukan hanya sekitar 30 orang dari 60 penumpang. Itu juga sebagian dari mereka meninggal dunia.

"Ino, ayo makan malam!"

Suara berat Deidara terdengar dari arah dapur. Dengan malas, Ino turun dari ranjang. Penampilannya benar-benar berantakan. Dia hanya mengenakan kaus oblong berwarna putih dan hotpants berwarna hitam. Rambutnya dia gerai dengan jepitan merah. Matanya sayu dan kantung matanya menghitam.

Tangan putih itu menarik salah satu kursi kemudian mendudukinya. Deidara menyiapkan nasi beserta lauk pauknya untuk Ino dan menyerahkannya.

Selama sebulan ini, Deidara menginap dirumah milik Ino. Berjaga-jaga saja, siapa tahu adik sepupunya itu berniat untuk mengakhiri hidupnya, 'kan? Meskipun itu tidak akan terjadi juga.

"Ino," Panggil Deidara. Ino mendongkak dengan pandangan kosong. "Sai itu ... Bagaimana?" Tanya lelaki itu. Ino mengernyit, pertanyaan Deidara sangat ambigu.

"Bagaimana apanya?"

"Umm ... Maksudku, dia seperti apa? Ciri-cirinya."

"Ah," Ino mangut-mangut mengerti. "Dia tampan karena dia ... Laki-laki, kulitnya pucat, mata dan rambutnya berwarna hitam." Jawabnya.

"Kau tidak berpacaran dengan mayat, 'kan?" Tanya Deidara. Ino mendengus.

"Aku tahu kalau dia berkulit pucat, tapi dia sama sekali bukan mayat ataupun vampire. Hentikanlah omong kosongmu, Nii-san.  Jangan samakan Sai dengan komik horrormu." Tukas gadis Yamanaka itu kesal.

Deidara mendelik, "Ya ya ya, terserah." Deidara menyuapkan satu sendok sup tofu kemudian menelannya, "Selama kalian berpacaran, kalian tidak melakukan hal aneh, 'kan?"

"Apa yang kau pikirkan?" Ino memicingkan matanya tajam ke arah Deidara. Kenapa kakak sepupunya pikirannya jauh sekali? "Seperti pasangan kekasih pada umumnya, hanya berjalan bersama, berpelukan, berciuman, saling berbagi cerita dan melakukan panggilan video sebelum tidur." Sambung gadis Yamanaka tersebut.

Deidara mangut-mangut mengerti. "Aku akan pulang hari ini, terimakasih sudah memberikanku tumpangan!"

"Pulang?"

"Hm! Aku akan pulang, lagipula aku sudah memastikan kondisimu baik-baik saja selama disini. Walaupun dengan kantung mata hitam serta rambut kusut. Tapi setidaknya kau tidak mencoba untuk bunuh diri, 'kan? Berterimakasihlah kepadaku." Tukas pria tersebut dengan nada angkuh.

Ino mendelik, "Kau yang memaksa ingin tinggal disini asal kau ingin tahu." Ino mendengus. Bisa-bisanya pria aneh ini meng-claim bahwa dia ( Ino ) yang memberikan tempat untuk Deidara tinggal dikota ini. Padahal sejujurnya pria itu yang datang lebih dulu dan memaksa.

SUMMER RAIN✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang