Chapter Eleven :
—Sst! He is dont know about it⚝✰⚝
Ino menelungkupkan wajahnya ke meja diruangannya. Menghembuskan nafasnya lelah dan bahkan nyaris tidak terdengar helaan nafasnya. Dia lelah, benar-benar lelah. Melihat Sai yang tidak sadarkan diri tadi, entah kenapa membuat Ino kesal sendiri dengan orang yang menembak Sai.
Yamanaka pirang itu melepaskan ikatan rambutnya yang membuatnya pusing karena terlalu lama memeriksa pasien serta data-data. Ah, ternyata seperti ini menjadi dokter. Tidak kalah sibuk dengan CEO, guru, maupun polisi.
Sama-sama melelahkan.
Siapapun yang melihat gadis pirang itu, pasti orang-orang akan berpikir bahwa dia tengah tertidur. Nyatanya tidak, dia hanya menghela nafas terus-terusan, saat melihat Sai, Ino bersyukur pria dengan mata jelaga itu tidak ada luka lain selain tembakan.
Manik aquanya bergulir ke arah jam tangan berwarna peach miliknya. "Saatnya memeriksa Sai," Gumamnya pelan kemudian berdiri dan mengambil jas dokternya yang tersampir disofa, mengenakannya dan membalut kemeja cream miliknya.
Ino berjalan dengan langkah santai menuju ruangan Sai. Petugas rumah sakit yang berlalu lalang menyapanya dengan ramah dan dibalas senyuman manis oleh Ino. Siapapun yang melihat Ino, pasti akan mengira bahwa dia adalah titisan dewi. Mengingat surai pirang serta mata aqua yang cerah itu, sangat jarang orang temui dengan berperawakan seperti itu.
Ino membuka pintu kamar rawat Sai secara perlahan begitu sampai disana. Matanya menelisik ke arah Sai yang masih belum sadarkan diri. Ino menghembuskan nafasnya pelan dan menyingkirkan surai pirang yang menghalangi pandangannya.
Berjalan menuju bangsal Sai dengan perlahan kemudian mengecek keadaan jantung serta luka jahitannya.
"Baiklah, dia baik-baik saja. Aku harap Sai cepat sadar." Lirih Ino kemudian mengelus surai arang milik Sai dengan lembut, seperti dulu saat mereka masih saling bertemu. Wajah Sai nampak lebih pucat dari biasanya atau bisa dibilang dia dalam keadaan albino sekarang, tubuhnya juga agak panas
"Sebentar lagi jadwal jam kunjung akan datang, sebaiknya aku harus pergi." Ino beranjak pergi dari ruangan Sai membiarkan pria itu beristirahat. Siapa tahu nanti Sai terbangun, 'kan?
Ceklek
"Ah, Kiba-san?"
"Ino?"
Sebelum Ino membuka pintunya, pintu sudah terbuka dari luar yang menampakan Kiba dan Hana. Lelaki Inuzuka itu terpaku menatap Ino dihadapannya. Sedang apa Ino disini? Dan ... Darimana dia tahu ruangan Sai? Setahunya tidak ada yang mengenal Ino di timnya selain dirinya dan Sai.
Hana menatap mereka berdua kemudian bertanya, "Kalian saling kenal?" Tanya Hana sontak membuat dua orang berbeda kelamin tersebut menoleh.
"Uhm ... Tidak juga Hana-san, dia hanya tetangga apartement pasien itu, kebetulan kita berdua berteman." Jawab Ino disertai senyuman. "Kalau Hana-san sendiri, kenal dia dari siapa?" Yamanaka itu menunjuk atensi Kiba yang berdiri disebelah Hana.
Inuzuka sulung itu terkekeh kemudian merangkul Kiba, "Dia adikku, Ino. Dan Kiba, dia Ino, asisten baruku. Dia baru bekerja hari ini." Ujar Hana sontak membuat aqua milik Ino terbelalak.
"Hah!? Adik!?"
Ino memekik pelan kemudian menatap keduanya, tidak ada kemiripan diantara mereka dan disebut sebagai kakak adik? Oh, ayolah! Sai dan Kiba sepantaran. Sedangkan Hana dan Kiba melihat reaksi Ino hanya terkekeh.
"Kami terpaut usia yang jauh, Hana lebih tua tiga tahun dariku." Jelas Kiba kemudian mulai mengganti topik. "Hana bilang kau asistennya, 'kan? Berarti kau tadi ikut melakukan operasi Sai tadi?" Tanya Kiba.
Ino mengangguk ragu, "Hm.. Yeah begitu. Boleh aku bertanya sesuatu, Kiba-san? Ini tentang Sai." Ucap Yamanaka itu pelan.
"Apa?"
"S-selama ini ... Apa Sai menjalani misi berbahaya? Maksudku lebih dari ini lalu ... Dimana Sai tinggal sekarang? Di asrama kepolisian? Dia makan dengan teratur, 'kan? Dia sering mandi, 'kan? Apa dia pernah meminum sake?" Tanya Ino beruntun.
Kiba nampak berpikir sejenak kemudian menatap aqua itu, "Tidak ada misi selain ini, dan dia tinggal di asrama, dia makan dengan baik, selalu mandi walau aku paksa, tentang sake ... Tentu dia pernah minum bahkan sampai mabuk, tapi tenang saja, aku sudah mengurusnya soal itu!" Kiba mengacungkan ibu jarinya sembari tersenyum lebar. "Tapi dia sedang dekat dengan perempuan akhir-akhir ini." Lanjut pria Inuzuka itu.
"Ah!? Siapa?! Siapa?!" Seru Ino penasaran. Pokoknya tidak rela Sai dekat dengan wanita lain. Hump!
"Namanya Myoui Yabuki sering dipanggil Yabuki, dia salah satu anggota inteligen baru, cantik sekali. Rambutnya berwarna cokelat, matanya berwarna delima dia cantik sekali, seluruh polisi menyukainya," Jelas Kiba. Ino yang mendengar hal itu entah kenapa merasa tidak suka dan murung, pasti cantik sekali Yabuki itu dari perawakan yang dijelaskan oleh Kiba.
Ino menjadi kesal.
"Ino, kenapa?" Tanya Kiba saat melihat wajah Ino yang berubah sendu dan menunduk, kemudian memasang senyum jenaka. "Kau ... Cemburu, ya?" Kiba tersenyum jahil kemudian menatap atensi Sai, "Ah.. Jadi selama ini kau menyukainya, hm?"
"Tidak!" Jawab Ino cepat sembari menggeleng.
"Lalu?"
"Aku.. Aku ... Ah pokoknya sudahlah! Aku ingin memberitahumu ... Suatu hal," Ino mengalihkan topik pembicaraan dan menatap wajah Kiba serius. "Tolong jangan beritahu Sai ya kalau aku ikut dalam operasinya tadi, lalu saat di asrama, Sai tidak pernah melakukan macam-macam, 'kan?
"Sai tidak pernah melakukan hal yang macam-macam, dan kenapa aku tidak boleh memberitahunya?"
"Um ... Sudahlah! Pokoknya jangan beritahu Sai! Aku pergi dulu, salam untuk Tamaki." Kemudian Ino berlalu pergi menuju kantin rumah sakit meninggalkan Kiba dan Hana.
"Sebenarnya apa hubungan pasien itu dengannya? Mereka nampak dekat, kau tahu apa yang terjadi?" Tanya Hana.
"Hm.. Percintaan zaman sekarang? Mungkin tembok besar keegoisan? Entahlah."
⚝✰⚝
—azzeorajclyn
KAMU SEDANG MEMBACA
SUMMER RAIN✔
FanfictionSummary : ❝𝑆𝑒𝑝𝑒𝑟𝑡𝑖 𝑟𝑖𝑛𝑡𝑖𝑘 ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑢𝑛, 𝑖𝑡𝑢 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑢𝑠𝑖𝑚 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑛𝑦𝑒𝑑𝑖ℎ𝑘𝑎𝑛. 𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑚𝑢𝑠𝑖𝑚 𝑐𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑙𝑎𝑙𝑢, 𝑎𝑘𝑎𝑛𝑘𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑢 𝑡...