Chapter Nineteen :
—Suprise⚝✰⚝
Ino terduduk di sofa dimana Sai pingsan disana, akibat pukulannya tadi. Tangan putih itu terulur untuk mengobati luka lebam yang mulai berwarna ungu menggunakan kapas serta alkhohol dengan hati-hati.
Dia sudah menyiram Sai padahal, tapi pria itu belum terbangun juga sampai sekarang. Apa pukulannya terlalu keras? Ino menjadi khawatir sekarang.
Jujur saja, Ino tidak mengenali suara Sai sama sekali, suara pria itu agak berubah. Suaranya menjadi memberat. Apalagi dengan pakaiannya, lusuh dan kotor.
Tapi setidaknya, Ino bersyukur Sai masih hidup walaupun kehilangan kabar selama sebulan. Tapi bukan itu pertanyaannya. Melainkan bagaimana pria itu bisa sampai kesini?
"Eungh.."
Sai melenguh. Dia mengerjapkan matanya berkali-kali hingga akhirnya onyx kelam itu terlihat jelas. Tubuhnya kaku, tidak bisa bergerak. Mungkin terlalu lemas akibat tidak makan selama sebulan dan lemas karena tonjokan gadis pirang tadi.
Hal yang pertama Sai lihat adalah kekasihnya, Yamanaka Ino memandangnya penuh cemas dan marah menjadi satu. Pria Shimura itu jadi takut sendiri.
"Sai, syukurlah kau baik-baik saja." Ucap gadis Yamanaka itu pelan. Dia membantu Sai untuk duduk. Shimura pucat itu hanya patuh-patuh saja.
"Kau ... Aku tak percaya kau masih hidup sampai sekarang, kenapa tidak memberitahuku." Ino menarik nafasnya pelan dan mulai mengobati Sai kembali. "Bagaimana kau bisa sampai kesini? Berita tentang itu..—"
"Aku berenang,"
Ino membeo dengan wajah pias. "B-berenang..? Kau tidak bercanda?" Tanya Ino dengan kekehan di akhir kalimatnya.
Sai meringis kala Ino menekan sudut bibirnya dengan setitik darah yang mengering, akibat pukulan terakhirnya. "Benar, aku berenang selama sebulan. Pesawat jatuh didekat—"
"Sudah cukup! Yang penting kau selamat, Sai." Ino tersenyum tulus kemudian beranjak dari sana. Dia mengambil beberapa buah kapas serta botol alkhohol, "Kau belum makan, 'kan? Ayo makan bersamaku lalu setelah itu akan mengantarmu pulang ke apartement."
Ino membopong Sai menuju meja makan. Meskipun tubuh pria Shimura itu agak ringan, wajahnya juga bertambah pucat dan rahangnya agak tirus, kantung matanya juga tercetak.
Kondisinya memperhatinkan.
"Kau duduk saja, aku akan menata makanannya dulu." Sai mengangguk patuh sementara Ino sudah menata makanan hasil masakannya sendiri kemudian duduk dihadapan Sai. "Mau aku ambilkan nasi?" Tawarnya. Sekali lagi, Sai mengangguk.
Netra jelaga itu menatap makanan yang tertata dimeja. Hanya berisi makanan sederhana berupa sup rumput laut, tempura dan tamagoyaki. Jujur saja, Sai merindukan masakan Ino. Secara perlahan, dia menyendokkan satu sup rumput laut dan mulai memakannya.
"Kau benar-benar berenang selama sebulan?" Tanya Ino dengan nada ragu. Sai mengangguk. "Sebulan tanpa makan dan minum?" Lagi-lagi Sai mengangguk. Ino mendelik sinis, "Kalau kau mengangguk terus, kepalamu akan bengkok." Tukasnya dengan nada sarkas.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUMMER RAIN✔
FanfictionSummary : ❝𝑆𝑒𝑝𝑒𝑟𝑡𝑖 𝑟𝑖𝑛𝑡𝑖𝑘 ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑢𝑛, 𝑖𝑡𝑢 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑢𝑠𝑖𝑚 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑛𝑦𝑒𝑑𝑖ℎ𝑘𝑎𝑛. 𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑚𝑢𝑠𝑖𝑚 𝑐𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑙𝑎𝑙𝑢, 𝑎𝑘𝑎𝑛𝑘𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑢 𝑡...