Chapter 45 - Kakak Tingkat?

117 4 0
                                    

"……"

Ia bertingkah... nakal dan menawarkan diri lagi...

Sebuah teriakan "ah!" tiba-tiba keluar dari mulut Tong Nian, dan Tong Nian menutupi dahinya menggunakan tangannya sendiri dengan kedua mata dipenuhi dengan air mata yang mengancam turun.

Kenapa ia lagi-lagi menjentik dahiku? T.T ...

"Kau benar-benar ingin melihat?" Sambil mengatakan itu, Gun mencubit hidung Tong Nian juga. "Aku pulang sekarang."

Itu sakit...

Sebagai hasilnya, ketika mereka berdua kembali ke lantai bawah, kedua mata Tong Nian yang memerah dan ujung hidungnya yang memerah, di mata kedua orang tuanya menjadi...

Ia sangat tersentuh hingga mereka... tidak jadi putus?

Tong Nian mengantar Gun hingga ke depan pintu.

Ia ingin memakai sepatunya dan mengantarkannya hingga ke luar, namun Gun menghentikannya.

Tadi, sebelum mereka masuk ke rumah, Gun menyadari bahwa area kompleks disini sangatlah sepi, dan juga ada area persawahan yang cocok untuk para pelaku kejahatan bersembunyi. Tidak aman. Dengan sangat menurut, Tong Nian berdiri di depan pintu dengan pandangan mengikuti punggung Gun di pintu masuk bangunan yang semakin lama semakin menghilang dari pandangannya. Ia pergi... seperti itu saja? Kapan mereka akan dapat bertemu lagi? Sudahlah, sudahlah, Tong Nian, jangan menjadi terlalu menempel. Ia perlu bekerja.

Membiarkan pikirannya menjawab untuknya dan menghibur dirinya sendiri, Tong Nian berjalan dengan lesu ke lantai atas seakan-akan ekornya terjatuh lemas.

* * * * *

Di hari Minggu, mereka berdua hanya saling bertukar beberapa pesan WeChat singkat saja.

Tong Nian mengemas barang bawaannya dan kembali ke kamar asramanya, dimana ia menyadari bahwa Yaya belum kembali. Jadi, ia bersantai-santai di kamar sendirian. Di hari Senin, ia memiliki kelas Bahasa Inggris umum wajib. Tong Nian mengendarai sepeda kecilnya dan meminum susu kedelai hangat yang ia beli dari kantin universitas, di saat yang bersamaan, mengirim pesan pada Yaya dengan kepala tertunduk.

Hei, hei, jangan membolos kelas. Hari ini adalah kelas Bahasa Inggris. Kehadiran dihitung dalam nilai!

Yaya tidak membalas.

Ya ampun, benar-benar pemalas.

Dengan muram, Tong Nian meminum susu kedelainya dalam beberapa tegukan dan melempar bungkusnya ke dalam tempat sampah. Ia ingin memarkirkan sepedanya ke deretan parkir sepeda, tetapi sayangnya, sudah tidak ada ruang tersedia. Tong Nian tidak memiliki pilihan lain selain menepikan sepedanya terlebih dahulu. Kemudian ketika ia memindahkan satu persatu sepeda lainnya, ia mendengar seseorang berbicara di belakangnya, "Apa-apaan ini? Kenapa ada sepeda disini? Semua orang sudah terburu-buru masuk ke kelas dan masih harus dihalangi."

Tong Nian memutar tubuhnya. Orang-orang tersebut ternyata adalah mantan teman sekamarnya saat ia masih mahasiswi S1. Dengan segera, Tong Nian menundukkan kepalanya dan berkata dengan nada meminta maaf, "Aku hanya sedang membuat ruang. Aku akan segera memindahkannya..." Kedua gadis itu bahkan tidak mau repot-repot menjawab dan pergi begitu saja.

Tong Nian menghembuskan napas panjang dan menjulurkan lidahnya, kemudian melanjutkan memindahkan sepeda-sepeda itu dengan kepala tertunduk.

Tanpa ia duga, dari belakangnya, seorang pria yang mengendarai sepeda melaju dengan cepat dan tanpa sengaja menabrak pinggangnya, menyebabkannya tersandung ke depan.

Bruk...

Satu deret sepeda... semuanya... terjatuh...

Oh tidak T.T…

Stewed Squid with HoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang