3. Semoga Baik-baik Saja

85 15 1
                                    

"Assalamualaikum," ucap Farah saat memasuki rumah nya.

"Waalaikumsalam, eh Teteh udah pulang?" jawab Laras yang sedang terduduk di depan tv.

"Iya Ras, oh iya Ibu kemana?" tanya Farah, ia terduduk di samping Laras.

Perlu kalian tahu, di rumah Farah yang sederhana ini, tidak ada kursi atau pun meja. Mereka hanya duduk di atas ubin yang ber-alaskan karpet. Dan di sini ada dua kamar. Yang satu milik Ibu nya dan satu lagi kamar Farah dan Laras. Di kamar, hanya ada kasur lantai sebagai tempat tidurnya. Bukan kasur empuk yang orang-orang lain miliki. Sederhana memang. Tapi mereka yang tinggal di sini tidak keberatan sama sekali dengan keadaan rumah yang seperti ini. Karena menurut mereka yang terpenting rumah ini masih bisa dan layak untuk di singgahi.

"Ibu lagi di kamar Teh, sakit di kepala nya kambuh lagi." ucap Laras.

"Kamu udah kasih Ibu obat?"

Laras menggeleng, "Kan, Teteh belum beli lagi obat nya,"

"Yang kemarin udah habis?"

Laras mengangguk, "Yaudah nanti Teteh beliin pas habis pulang dari Caffe." ucap Farah pada Laras.

"Teteh mau ke Ibu dulu ya," lanjutnya. Dan di angguki oleh Laras.

Saat memasuki kamar sang Ibu, di lihat nya Ibu nya itu tengah tertidur. Farah menghampiri nya ia terduduk di samping Ibu nya seraya mengelus lembut tangan sang Ibu. Rima-Ibu nya, menggeliat saat merasa ada yang mengelus tangan nya. Saat membuka mata, ternyata putri nya.

"Kamu sudah pulang Nak?" tanya Rima.

Farah tersenyum, "Udah Bu."

"Alhamdulillah, kamu udah makan?"

Farah menggeleng, "Kenapa belum makan?kamu kan capek pasti. Jadi harus makan dong Nak. Ibu gak mau lihat kamu sakit." kata Rima sambil menatap putri nya lekat.

"Ibu lagi sakit kayak gini masih aja ya, mentingin kondisi anak nya? Padahal kondisi Ibu sekarang juga lagi kurang baik." ucap Farah, dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Ia sedih saat melihat Ibu nya yang susah payah melawan penyakitnya tetapi masih saja memikirkan anak nya.

Satu tetes air mata jatuh di tangan Rima. Rima mengusap wajah Farah dengan ibu jari nya. "Sayang.. menurut Ibu, kesehatan anak-anak Ibu jauh lebih penting Nak. Kalian harus tumbuh jadi anak yang baik, penurut, dan yang terpenting bisa menjadi anak yang Ibu banggakan ya, Nak?" ujar Rima.

Farah memeluk sang Ibu erat. "Sebisa mungkin Farah akan terus membahagiakan Ibu. Ibu sehat-sehat ya? Aku sayang Ibu."

"Ibu juga sayang Kamu Nak,"

*****

Di lain tempat Farhan sedang berada di warung Mbok Jum bersama ketiga teman nya. Warung Mbok Jum yaitu tempat tongkrongan mereka di saat sudah pulang sekolah.

"Ga, liat deh cantik kan?" tanya Bimo pada Baga seraya menunjukkan foto Cewek yang berada di galeri nya.

Baga menoleh, "Cantik. Siapa dia? Cewek baru lo, ya?" tebak Baga.

Bimo tersenyum, "Wo iyalah. Sudah pasti itu." sahut nya bangga.

"Ati-ati lo. Inget Bim, karma Is real." sahut Dito.

"Gue tau." balas Bimo.

"Terus kalo udah tau ngapa lo masih mainin Cewek?" tanya Baga.

"Ya karna itu salah satu hobi gue, suka aja gitu gue baperin Cewek." jawab Bimo asal.

"Sinting!" ucap Farhan.

"Mana ada hobi mainin Cewek? Bego!" sambung Dito.

"Tau lo!" tambah Baga.

Kisah Cinta FarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang