16. Tespact

99 9 2
                                    

“Tadi lo ngapain aja berduaan di UKS sama Farhan?” ujar Rani sambil tersenyum jahil.

Sekarang mereka sedang berada di kantin. Karena ini sudah jam istirahat.

“Gak ngapa-ngapain. Dia pas gue sadar aja langsung keluar.” jawab Farah seadanya.

“Lo nggak ngomong apa-apa gitu, berdua?” tanya Rani.

“Ngomong sih, tapi gue kesel sama dia. Orang nya kelewat dingin dan cuek.” ucap Farah, ia jadi sebal jika mengingat kejadian tadi.

“Kan emang dia orang nya kayak gitu, Far.”

Sinta datang membawa nampan berisikan makanan dan minuman. “Nih, para tuan Putri. Silahkan di nikmati.” ujar Sinta saat sampai di meja mereka.

“Terimakasih, pembantu.” Rani menyahut asal.

“Yee bangke, lo.”

Rani tertawa. Sinta menurunkan makanan beserta minuman nya dari nampan di bantu oleh Rani. Dan Farah? Ia hanya melihatnya saja.

Rani dan Sinta heran dengan sikap Farah. Tidak biasanya Farah hanya memandangi hidangan di hadapan nya. Biasanya tiap jam istirahat Farah selalu nomer satu yang akan menyantap makanan nya lebih dulu. Tapi tidak dengan sekarang, justru sekarang malah terlihat seperti nya Farah sedang tidak nafsu dengan makanan di hadapannya ini.

“Far, lo kenapa? Tumben banget di liatin doang. Biasanya langsung di babat nih bakso Mang Ojo.” ucap Rani.

Farah menjauhkan mangkuk bakso yang di sodorkan oleh Sinta. “Jauhin bakso-bakso nya dong, gue mual banget nyium aroma nya.” ucap Farah, ia menyingkirkan semua mangkuk bakso nya.

Sinta dan Rani melongo melihat apa yang sudah Farah lakukan. “Far, lo kenapa? Bukan nya bakso itu makanan favorit lo banget ya? Kok sekarang lo mual nyium aroma nya?” tanya Sinta.

Farah menggeleng, “Gak, tau.”

“Sumpah sih, lo aneh banget Far. Kemarin lo doyan banget sama Martabak telor padahal jelas-jelas lo nggak suka. Dan sekarang, bakso. Biasanya kalo yang berurusan sama bakso lo paling doyan. Kenapa sekarang malah gak mau? Dan malah mual?” ucap Rani panjang lebar. Ia mengutarakan isi fikiran nya.

“Aduh Far, atau jangan-jangan? Lo?” tambah nya.

“Jangan-jangan apa?” tanya Farah, sambil menaikkan sebelah alisnya.

“Bentar-bentar. Lo terakhir datang bulan tanggal berapa?” tanya Rani, seperti mengintrogasi.

“Hmm.. gak tahu gue gak inget, Ran.”

“Yaudah, gini. Bulan ini lo udah menstruasi belum?” tanya Sinta, memperjelas.

Farah menggeleng, “Kayak nya belum, deh.”

“Biasa nya, lo mens tanggal berapa?” kini Rani yang bertanya.

“Biasanya gue mens itu tanggal tua. Kayak tanggal 20.”

“Dan sekarang? Tanggal?” ucap Rani gantung. “ 25.” sambung Sinta.

“Itu artinya, bulan ini lo udah telat 5.” ucap Rani. “Coba lo inget-inget. Bulan kemarin lo mens atau nggak?”

Farah terdiam. Ia ingat sekali bahwa bulan kemarin dia tidak datang bulan. Dan ia pun baru sadar jika bulan ini, ia telat 5 hari.

Farah menggeleng, “Bulan kemarin gue belum menstruasi.” ucap Farah.

Rani menggebrak meja. Tidak kencang memang, namun menghasilkan bunyi.
“Fix. Ini kita harus check.” kata Rani.

“Iya. Tespact ada di tas gue.” ucap Sinta. “Lo nyimpen tespact, Sin?” tanya Farah, aneh.

Kisah Cinta FarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang