8. Harus Kuat

107 12 0
                                    

Farah berdiri di wastafel yang berada di toilet. Ia terdiam menatap wajah nya di pantulan cermin. Dirinya terlihat pucat, mata nya sayu, bahkan Farah merasa bahwa diri nya ini tidak bisa menopang tubuh nya. Ia merasa lemas, sangat lemas.

"Kuat. Gue harus kuat." ucap Farah menyemangati diri nya sendiri.

Farah menarik nafas dalam-dalam lalu ia hembuskan perlahan-lahan. Farah memegangi kepala nya lagi yang benar-benar terasa pusing. Sekuat mungkin Farah harus menahan pusing di kepala nya ini, ia tidak mau sahabat nya khawatir dan berfikiran macam-macam jika melihat kondisi Farah sekarang.

Farah berbalik hendak keluar tetapi ia tidak sengaja bertabrakan dengan seseorang.

"Awhh." ringis wanita berkulit putih itu sambil memegangi pundak nya.

"Eh maaf, ya." ucap Farah.

Orang itu menatap Farah kesal. Ia memperhatikan Farah dari atas sampai bawah lalu ia tersenyum meremehkan. Setelah nya orang itu dan satu teman nya langsung memasuki toilet tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Farah jadi bingung, kenapa tadi ia seperti meremehkan Farah ya? Apa karena penampilan nya yang kucel?

Sudahlah Farah tidak mau memikirkan hal itu, hanya membuat pusing di kepala nya semakin bertambah saja. Farah langsung keluar dan menuju kelas nya.

*****

Bel pulang berbunyi 10 menit yang lalu tapi, Farah dan dua sahabat nya belum keluar kelas. Tiba-tiba pusing di kepala Farah datang lagi dan itu jadi menghentikan niat Farah untuk pulang.

Rani dan Sinta sudah Farah suruh untuk pulang tetapi mereka tidak mau, mereka ingin menemani Farah karena mereka takut Farah kenapa-napa nanti jika di tinggal seorang diri dalam keadaan yang seperti ini.

"Lo yakin gak mau ke UKS dulu?" tanya Sinta membujuk Farah.

Farah menggeleng, "Nggak Sin, udah gih sana lo berdua kalo mau pulang-pulang aja, gue udah gak pa-pa kok. Bentar lagi juga gue pulang."

"Far, gue sama Sinta udah merhatiin lo dari setadi, kita tau lo nahan sakit dari pas upacara kan?" ujar Rani.

"Nggak kok, jangan sotoy deh lo." ucap Farah sambil tertawa kecil.

"Jangan bohong Far,"

"Gue gak bohong Sin."

"Yaudah terserah lo, intinya kita bakal temenin lo di sini sampek lo mau pulang." kekeh Rani.

Farah tidak mau merepotkan kedua sahabat nya ini, ia sudah sering menyusahkan mereka. Maka dari itu untuk kali ini ia tidak mau merepotkan mereka lagi.

"Iya deh. Sekarang gue balik, nih." ujar Farah seraya beranjak dari duduknya dan memakai tas nya.

"Yaudah ayo kita anter ya," tawar Sinta. Farah menatap nya. "Eh nggak usah, gue balik naik bus aja." tolak Farah halus.

"Jangan batu deh Far, udah ya kita anterin. Lo lagi kondisi kayak gini Far, kita takut lo kenapa-napa makanya kita anterin aja, ya?" Rani masih berusaha membujuk Farah.

"Aduh lo pada lebay banget sih? Gue bukan anak kecil kali. Gue udah gede, gue bisa sendiri. Lagi juga pusing gue cuman pusing biasa kok." kata Farah tersenyum meyakinkan.

"Udah mending kalian pulang aja, makasih ya udah nemenin gue tadi. Sekarang gue mau ke depan sana buat nunggu bus oke." lanjutnya.

Farah memeluk Rani dan Sinta bergantian lalu Farah berjalan menuju halte dekat sekolah untuk menunggu bus lewat.

Rani dan Sinta tidak bisa berbuat apa-apa lagi jika Farah sudah seperti itu. Ia hanya bisa berdoa supaya Farah sampai rumah dengan selamat. Rani dan Sinta lalu menaiki mobil jemputan mereka masing-masing.

Kisah Cinta FarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang