14. Martabak Telor

70 6 1
                                    

Sesuai perjanjian, tepat pukul 19.00 WIB. Sinta menjemput Farah di rumah nya.

“Teh Farah mau nginep di rumah Kak Sinta, ya?” tanya Laras. Mereka bertiga kini ada di dalam kamar Farah.

“Iya Ras,” jawab Farah.

“Kenapa emang Ras, kamu mau ikut?” ucap Sinta. “Eh, nggak kok. Aku cuma tanya aja, hehe.” sahut Laras seraya memyengir.

“Hmm.. kirain mau ikut. Kalau mau ikut boleh kok,” ucap Sinta lagi. Laras menggeleng. “Nggak ah Kak, soalnya Laras mau jagain Ibu aja di rumah. Kasian kalo Laras ikut nanti Ibu di rumah sendirian.” kata Laras.

Sinta menggelengkan kepala nya takjub. Laras benar-benar anak yang berbakti kepada orang tua. “Hebat banget Far, adik lo.” ucap Sinta pada Laras.

Farah hanya tersenyum menjawab nya, “Yaudah yuk, gue udah rapih.” ucap Farah saat sudah merapikan barang-barang yang akan ia bawa, sekaligus baju sekolah nya.

“Ayo.” ucap Sinta. “Nanti kapan-kapan kalau ada waktu kita main ya,” ucap Sinta pada Laras, sambil mengelus rambut hitam Laras.

Laras tersenyum lebar, “Oke Kak.” sahut Laras seraya mengacungkan jempol tangan nya.

Lalu Farah dan Sinta keluar dari kamar. Sinta sudah keluar rumah menuju motor nya, dan Farah memasuk kamar Rima.

“Ibu, Farah izin nginep di rumah Sinta ya,” ujar Farah saat sudah di dalam kamar Rima.

Rima baru saja selesai sholat, ia menatap putri nya. “Iya, kamu hati-hati ya Nak. Jangan lupa kabarin Laras kalo ada apa-apa.”

Farah mengangguk,“Pasti Bu, Ibu juga jangan lupa makan terus habis itu di minum obat nya.” peringati Farah pada Rima.

“Iya, sayang.”  jawab Rima. Farah memeluk Rima erat, “Farah sayang Ibu.” ucap Farah sambil mencium pipi sebelah kanan Rima.

Rima membalas pelukan Farah,“ Ibu juga sayang kamu Nak,”

Farah mengurai pelukannya, “Farah berangkat dulu ya Bu, assalamualaikum.” ucap Farah seraya mencium tangan Rima.

“Waalaikumsalam.”

*****

Di perjalanan menuju rumah Sinta, Farah melihat banyak sekali pedagang kaki lima di sepanjang jalan. Berbagai macam makanan banyak sekali di sana, Farah jadi tergiur melihat nya.

“Sin, beli martabak telor kayak nya enak ya,” ujar Farah saat ia melewati gerobak penjual Martabak.

“Lo mau martabak telor? Setahu gue, lo gak suka martabak telor deh,” ucap Sinta.  Karena memang benar. Farah tidak suka dengan martabak telor, ia hanya suka Martabak manis saja.

“Hmm, iya sih. Gue emang gak suka, tapi gak tau kenapa gue kepengen. Tadi pas lewat nyium wangi nya, kayak nya enak banget.” sahut Farah. Ia sambil membayangkan harum nya martabak telor yang tadi ia lewati.

Sinta menepikan motor nya lalu berhenti. “Jadi, lo mau beli?” tanya Sinta. Di jawab anggukan antusias dari Farah. “Mauuu!!” ucap nya lantang.

“Yaudah gue puter balik nih.”

Akhirnya mereka berdua balik arah untuk membeli Martabak.

*****

“Kemana dulu sih kalian? Gue sampek jamuran nih nungguin lo berdua, lama.” ujar Rani pada Sinta dan Farah yang baru saja sampai.

Jadi, Rani memang sudah berada di rumah Sinta sebelum Sinta menjemput Farah. Dan sekarang, Rani sedang berada di ruang tamu. Ia kesal karena jengah menunggu. Padahal jarak rumah Farah menuju rumah Sinta tidak terlalu jauh, tetapi mereka lama sekali.

Kisah Cinta FarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang