68 - Kehidupan Bulan Setelah Kepergian Semesta

2.2K 205 170
                                    

Selamat Membaca, Bee^_^

Tolong berikan dukungan untuk Semesta dengan vote dan komentar, ya♥️ Terima kasih

Maaf kalau part ini tidak sesuai ekspetasi dan banyak typo, ya✨

Love you banyak-banyak♥️

Semesta dua part lagi, ya, stay terus✨

▪️▪️▪️▪️▪️

"Jika rindu sudah tak bersuara, artinya sudah tak ada cara untuk menyampaikannya."

▪️▪️▪️▪️▪️

Sudah satu minggu semenjak hari dimana Bulan mengetahui alasan perginya Semesta. Bulan benar-benar menjadi orang yang sangat amat berbeda. Bukan Bulan yang ceria, dia hanya Bulan yang punya sejuta luka dan sejuta air mata.

Bulan hanya berdiam diri di kamar. Dia mengurung diri di sana, untuk makan saja sangat susah. Bulan benar-benar memikirkan kondisi Semesta. Dimana keberadaannya. Sampai dia tidak sanggup untuk melakukan apapun. Dia merasa, rasa semangatnya kian menghilang.

Setiap hari, Fahrul melakukan berbagai macam cara agar Bulan kembali seperti dulu. Namun tak ada yang berhasil. Teman-temannya Bulan juga sering kali kesini untuk memberi semangat pada Bulan. Tapi Bulan belum mau membuka diri. Bulan masih belum terima dengan kenyataan bahwa Semesta pergi entah kemana.

Sama halnya seperti yang lain, Risa dan Ulfa juga tak henti-hentinya datang ke rumah Bulan untuk memberikan dukungan. Sedari tadi Risa dan Ulfa sudah berusaha berbicara dengan Bulan. Namun tak ada yang sama sekali Bulan jawab. Bulan hanya diam sambil menatap dengan pandangan kosong.

"Lan, ngomong dong. Apa lo nggak capek nyiksa diri lo kayak gini?" tanya Ulfa.

"Lan, nggak bagus lo kayak gini terus," kata Risa.

Bulan tetap diam. Dia sama sekali belum mau membuka suaranya dan berbicara pada siapapun.

"Bangkit dong, Lan," ucap Risa lagi. "Mana Bulan yang kuat? Tunjukin dong."

"Sabar, Ris," ucap Ulfa karena Risa terlihat mulai emosi.

"Udah, lah, Fa. Bulan harus di kasih tahu yang tegas. Jangan terus kita ngalusin dia," kata Risa.

"Lan, lo kenapa, sih, kayak gini terus?" tanya Risa dengan nada yang sedikit meninggi pada Bulan. "Apa lo nggak capek?"

Bulan masih tetap diam. Sedangkan Ulfa sedari tadi berusaha menahan Risa agar Risa tak melanjutkan perkataannya. Ulfa tahu kalau Risa sudah seperti ini ujungnya akan seperti apa. Namun sedari tadi Risa juga tak mau mendengarkan Ulfa.

"Gue udah nggak mau, lah, lembut-lembutin lo, Lan. Maaf, nih, kalau gue sedikit kasar. Harus, Lan, kayak gini. Biar lo sadar."

Ulfa hanya menghela nafasnya. Kalau sudah begini, Risa tak akan bisa di hentikan. Dia hanya bisa berdoa semoga Bulan bisa keluar dari kondisinya sekarang berkat Risa. Bukan malah membuat Bulan makin drop.

"Tiap hari lo tangisin Kak Esta, udah seminggu. Apa hasilnya? Apa lo dapet kabar dari Kak Esta? Ada hasilnya? Kak Esta dateng? Balik? Nggak, kan? Nggak guna lo nangis. Mau lo nangis sampai nangis darah pun, lo nggak akan dapetin kabar dari Kak Esta kalau lo nggak ada usahanya."

"Gue paham lo terpuruk. Gue paham lo shock dan nggak nerima keadaan. Tapi jangan gini, Lan. Lo tau kesannya apa? Lo lebay bagi orang lain. Oke gue emang nggak tahu gimana sakitnya lo sekarang, makanya gue bisa jeplak gini. Tapi gue tahu lo tuh bisa keluar dari zona ini. Lo nya yang nggak berani melangkah."

[✓] - Dari Semesta [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang