18 - Tidak Sekolah

2.6K 291 70
                                    

"Kehilangan bukan alasan buat lo berhenti berjuang."

▪️▪️▪️▪️▪️

Bulan mengantarkan mamahnya ke pemakaman bersama seluruh kerabat dan orang terdekat Bulan. Sebenarnya Bulan tidak sanggup untuk mengantar mamahnya seperti ini. Rasanya Bulan masih merasakan bahwa mamahnya ada di samping Bulan.

Padahal baru sebentar Bulan bersama mamahnya lagi setelah dua tahun mamahnya harus sakit dan tidak bicara padanya. Dua tahun Bulan kehilangan kasih sayang mamahnya. Dan setelah semua pulih, Tuhan kembali mengambil kebahagiaan Bulan.

Bulan sedari tadi di rangkul oleh kedua sahabatnya, Ulfa dan Risa. Mereka sangat shock saat mendapat kabar ini dari Semesta. Ya, Semesta yang memberikan kabar ini pada teman-temannya Bulan.

Bulan tak henti-hentinya mengeluarkan air mata sejak tadi. Bulan tak kuasa menahan air mata saat jasad mamahnya masuk ke dalam liang lahat.

"Mamah..." lirih Bulan.

"Lan... Ikhlas ya," kata Ulfa dengan mata yang berkaca-kaca.

"Lan... Nyokap lo udah mau ketemu Tuhan, lo harus ikhlas."

"Mah, jangan tinggalin Bulan."

"Gak, gak, Mamah gak mungkin ninggalin gue. Mamah masih ada, kan?"

"Kenapa Mamah masuk ke kuburan?"

"Gak. Mamah masih ada. Mamah gak boleh di kubur."

"MAMAH! MAMAH!" Bulan kembali histeris saat jenazah mamahnya akan masuk ke dalam liang lahat.

Karena itu, Ulfa dan Risa berusaha menahan Bulan agar Bulan tak lagi menghalangi acara pemakaman mamahnya persis seperti saat mamahnya akan di bawa ke sini.

Bulan terus menangis. Dia tak rela melihat mamahnya ada di dalam sana. Bulan ingin bersama mamahnya. Bulan ingin mamahnya selalu ada bersamanya. Bulan ingin bersama mamahnya selamanya, sampai Tuhan lebih dulu mencabut nyawannya, agar Bulan tak merasakan sakit tentang kehilangan kali ini.

Tiba-tiba tangisan Bulan mereda, setelah itu, tubuh Bulan kembali ambruk. Bulan pingsan lagi. Bulan berkali-kali pingsan sejak di rumah tadi. Risa, Ulfa dan lainnya langsung membantu untuk mengangkat Bulan menuju ke mobil untuk istirahat.

Semesta ikut sedih melihat Bulan yang biasanya ceria harus sebegitu hancurnya sekarang. Semesta juga tak  menyangka jika anak sekuat Bulan bisa sangat hancur seperti ini. Semesta tahu bagaimana kesepiannya Bulan selama dua tahun terakhir tanpa kebersamaan dengan mamahnya.

Semesta tahu Bulan sangat amat bahagia saat mamahnya pulih. Bulan benar-benar menjadi anak yang riang dan sangat manja. Tapi semua tak bertahan lama karena Bulan harus kehilangan mamahnya untuk selamanya.

"Lo kuat, Lan," gumam Semesta saat menatap Bulan yang sedang di bawa ke mobil.

▪️▪️▪️▪️▪️

Semesta, Fahrul, Aksa, Erwin, Risa dan Ulfa masih ada di rumah Bulan sampai kini jam sudah menunjukan pukul 7 malam. Tadi Bulan ada di pemakaman sampai sore. Dia meminta untuk seorang diri di sana dan semua akhirnya pulang. Tapi, Semesta diem-diam menunggu Bulan sampai Bulan selamat di rumah.

"Lan... Jangan nangis terus," kata Ulfa.

"Lo harus bangkit. Banyak kok orang yang lebih gak beruntung dari lo."

"Banyak di antara mereka yang kehilangan orang tua sejak mereka bayi."

"Lo harus bersyukur karena lo punya hidup lebih baik di bandingkan mereka di luar sana." Bulan masih diam setelah Ulfa menyelesaikan kata terakhirnya.

[✓] - Dari Semesta [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang