Asap keluar dari hembusan nafasnya, suhu udara disini sangat dingin dan menusuk kulit. Api unggun yang ia buat tidak membantu, yang ada api unggun tersebut semakin kecil dan berulang kali padam karena hembusan angin yang cukup kencang.
Berada di dalam gedung tak berpenghuni ini, rasanya aneh namun menenangkan.
Dia sempat berpikir bagaimana bisa ia ada di dalam permainan yang ada setiap tiga tahun sekali. Tak berselang lama, kejadian sebelum ia berada disini terputar di benaknya.
Dimulai saat dirinya sedang membaca buku di teras rumah, lalu datang mobil hitam dan keluarlah tiga orang asing berkacamata, kemudian salah satunya berkata kalau ialah orang terpilih dari Distrik 7 untuk mengikuti Survival Games, setelah itu dia tidak ingat apa-apa lagi.
"Shh.. dingin..."
Dia mengeratkan jaket yang ia pakai. Pakaiannya memang berbeda, berubah menjadi pakaian para pemain. Tapi entah kenapa jaket yang ia pakai terakhir kali dipakai juga, mungkin orang-orang itu lupa melepasnya.
Srak srak
Suara gesekan bebatuan dari luar ruangan membuatnya bersiap. Pistol yang ia dapat sejak pertama kali terbangun ia genggam erat-erat dan diarahkan ke depan.
Dia berdiri memasang posisi siaga, berjaga-jaga siapa yang datang. Karena tidak ada pintu, dia harus lebih waspada.
Bayangan satu─ ah tidak, ada dua orang menuju ke tempatnya. Dari bayangan tersebut, salah satunya terlihat memegang busur panah, kemudian berhenti melangkah.
"Tiga... dua... satu..."
Ctak!
"Turunin pistolnya! Kita baik, serius gak bohong!" Seru salah satu dari dua orang itu. "Kita cuma pingin tidur, udah itu aja!"
Melihat pemuda bersurai hitam itu tidak menurunkan pistolnya, pemuda yang memegang busur panah tadi angkat bicara.
"Maaf menganggu, kita butuh tempat untuk istirahat. Kalau dilihat-lihat, tempat ini lebih aman dari tempat lain," jelas pemuda itu, nadanya cukup tenang.
"Kalian bisa dipercaya?"
"Kita berani taruhin nyawa kita kalau kita bohong," sahut teman pemuda itu.
"Oke."
Keduanya tersenyum senang, lalu menghampiri pemuda itu dan duduk bersandar di depan api unggun. Pemuda tadi meletakkan busur panahnya di sampingnya, sementara itu temannya malah asyik menghangatkan tangannya.
"Gila sih, disini nyaman banget daripada di gedung di ujung sana."
Pemuda berjaket tersebut mengernyitkan keningnya tanda tak mengerti, buru-buru dia melanjutkan ucapannya.
"Disana banyak lawan yang bener-bener jalanin peraturan, dibunuh atau membunuh. Untung kita bisa lari dan sampai disini."
"Oh."
"Cih, singkat amat kayak hidup kucing temen gue."
"Jangan gitu dong, masih untung kita dibolehin istirahat disini," tegur temannya yang tadi memegang busur panah. "Omong-omong, makasih banyak..."
"Lee Heeseung, dari Distrik 7," sambung pemuda berambut hitam tersebut menyahuti ucapan gantungnya.
Dia mengangguk, senyuman tipis terukir di bibirnya. "Makasih banyak, Kak Heeseung."
"Sama-sama."
Dia tersenyum lagi, lalu mengulurkan tangannya ke depan. "Park Sunghoon, dan dia Park Jongseong, biasa dipanggil Jay . Kita dari Distrik 1, semoga kita bisa jadi rekan yang baik, Kak Heeseung."
Mungkin ini ada sedikit bumbu
Hunger Games? Tapi
liat aja nanti bwahaha.g
KAMU SEDANG MEMBACA
Survival Games | I-LAND ✓
Fantasy❝ Sesuai peraturan, cuma ada dua pilihan. Dibunuh atau membunuh. ❞