5

24.6K 5.8K 3.7K
                                    

"Kak Kei, Taki mau makan."

"Di tas ada kok, sebelum makan jangan lupa cuci tangan, ya."

Taki mengangguk lucu, laki-laki seperti tokoh kartun ini begitu semangat untuk makan setelah berlari seharian menghindari kejaran pemuda berwajah seperti rubah yang mengincar senjata mereka.

Serius, mereka sampai dibuat kewalahan karena pemuda itu tidak berhenti dan tertawa bak orang kesetanan saat mengejar mereka. Beruntung mereka berhasil lolos dan menemukan tempat persembunyian yang aman.

Mereka tidak pandai menggunakan senjata. Karena mereka berasal dari Distrik 10, tempat para pengrajin, peternak, dan petani. Sungguh damai hidup kakak beradik ini disana karena dikelilingi hamparan pemandangan alam yang indah dan udara yang sejuk, tidak seperti Distrik 4 yang penuh pabrik.

Tangan mereka tidak lihai menggunakan senapan, kalau cangkul, sabit, golok, atau celurit sih bisa. Tapi sayangnya, mereka tidak mendapatkan itu.

"Kak Kei, kalau misalnya kita kalah di permainan ini, Taki pingin tetep bareng Kak Kei."

Senyum Kei mengendur, sirna seketika. "Jangan gitu, kita belum berjuang penuh disini. Waktu masih tersisa enam hari tujuh jam lagi."

Taki menundukkan kepalanya. "Maaf, Taki cuma gak mau kepisah sama Kak Kei, cuma Kak Kei satu-satunya orang yang Taki percaya disini."

"Taki, janji sama Kak Kei, fokus ke permainan dan jangan takut, ya."

"Iya..."

"ARGHHH!"

Tempat makan berbentuk bulat yang Taki pegang jatuh ke tanah, dia terlonjak kaget begitu juga dengan Kei. Ada yang berteriak, teriakan kesakitan tak jauh dari tempat mereka berada.

"Taki, kamu disini aja, jangan kemana-mana," perintah Kei seraya mengintip keluar.

"Kak Kei bakal kesini lagi, kan?"

"Iya, tunggu sebentar, ya."

Kei keluar dari tempat persembunyian, berjalan dengan pelan agar tidak menimbulkan suara dari dedaunan yang ia injak.

Hari mulai gelap, suasana terasa mencekam dan membuatnya merinding, ditambah lagi udara dingin yang menusuk kulit.

Kakinya membawanya melangkah menuju sungai, tempat suara tersebut berasal. Suara arus mulai terdengar, itu tandanya dirinya semakin dekat.

Samar-samar, terdengar suara saling menyahut, Kei memutuskan untuk menguping dan melihat apa yang terjadi dari balik pohon besar, dimana semuanya terlihat jelas sekarang.

"Kemana temen-temen lo? Katanya bakal dateng sebentar lagi, apa jangan-jangan lo dikhianati?"

"Cih, mereka gak akan pernah khianatin gue!"

Pemuda dengan luka di tangannya itu terlihat ingin menyerang. Kei maju sedikit untuk mendengar lebih jelas lagi.

"Ck, udah luka masih aja ngegas," kata orang di depannya, lalu memukul kaki pemuda itu menggunakan balok kayu yang dia dapat entah dari mana.

"Ssh, orang dari Distrik 4 ternyata," desis pemuda itu, dia yakin dia tidak salah bicara.

"Yah, gak asik banget udah tau duluan." Orang itu berpura-pura kesal, lalu memukul tubuh pemuda itu dengan balok kayunya. "Tadi siapa nama lo? Younghoon? Youngtae? Youngbin?"

Youngbin meringis dan terkekeh. "Lo gak mau gabung sama kita? Lebih baik daripada sendiri, bukan?"

"Itu menurut lo, menurut gue gak sama sekali. Banyak orang bikin repot."

Survival Games | I-LAND ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang