25

17.1K 4.9K 2.2K
                                    

"Selamat Lee Heeseung, selamat! Kamu telah memenangkan Survival Games tahun ini, saya suka karakter kamu disini. Tapi sayang, kamu cuma bunuh satu orang doang, kalau banyak kan keren."

Heeseung duduk termenung memeluk kedua kakinya, dagunya ia taruh si lutut, tatapannya kosong.

"Pemeran utama memang harus menang, gak salah saya pilih kamu."

Heeseung menggertakkan giginya, emosinya naik. "Kenapa harus saya yang jadi pemeran utama? Kenapa?!"

"Karena kamu beda dari yang lainnya, Heeseung. Kita semua gak sembarangan pilih orang untuk jadi pemeran utama, pemeran utama juga jarang diadakan di Survival Games."

"Apa gunanya menang?" Heeseung tertawa, terdengar menyesakkan. "Saya sendiri disini, seharusnya saya gak menang."

"Kamu gak peduli sama warga distrikmu? Seharusnya kamu senang karena menang."

"Buat apa? Kalau saya menang, warga distrik lain dapat hukuman karena kalah, kan? Kalian semua gila, kalian merebut hak orang lain. Saya heran, kenapa orang seperti kalian memiliki jabatan tertinggi."

"Justru bagus, setidaknya ada hiburan dengan diadakannya Survival Games. Kamu seharusnya tau itu, kamu seharusnya senang."

"Saya gak peduli." Heeseung bersuara dengan datar. "Saya gak akan bisa senang di atas penderitaan orang lain."

"Hhh, dasar. Jadi, kamu mau mati juga?"

"Iya."

"..."

Sang narator mendadak diam, menciptakan keheningan disana. Apakah itu tandanya permintaan Heeseung akan dikabulkan?

"Saya gak bisa bunuh kamu, sebagai gantinya kamu mau minta apa? Apapun itu akan kami lakukan."

"Cih, buat apa saya meminta? Kalian bohong, kan?" Decih Heeseung seraya bertanya.

"Saya serius, saya janji."

Apakah ucapannya bisa dipercaya? Heeseung tidak mau tertipu, bisa saja mereka sengaja agar ia tidak mati seperti yang lain, karena dia pemeran utama.

"Waktu berjalan, Heeseung."

"Oke," ucap Heeseung pada akhirnya. "Saya punya tiga permintaan. Yang pertama, saya mau warga distrik lain gak mendapat hukuman apapun."

"Huh, permintaanmu sulit juga. Tapi gak apa-apa deh, kami turuti. Apa yang kedua?"

Heeseung menatap lurus ke hamparan hutan di bawah sana. "Saya ingin Survival Games ditiadakan."

"Kamu gila ya?! Survival Games tidak bisa ditiadakan, kami semua mendapat penghasilan dari game ini!"

"Bukannya kalian yang gila? Kalian memang mendapat penghasilan, tapi permainan ini menggunakan uang rakyat. Rakyat dirugikan dengan hilangnya nyawa dan harta, saya mau Survival Games ditiadakan. Tidak ada tapi-tapi, kalian kan bisa memikirkan cara lain untuk dapat uang. Misalnya dengan menjual produk atau mengadakan acara hiburan."

"Cih, saya kalah telak mendengar ucapanmu, anak pintar. Baiklah, saya setuju. Lalu apa yang ketiga?"

Heeseung terdiam, kemudian berdiri tegak menghadap ke depan, ditemani angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahnya.

"Heeseung?"

Heeseung menghela nafas berat, lalu mengepalkan kedua tangannya.









































"Kalau bisa, saya mau semua peserta Survival Games dihidupkan kembali."







































"Hahahaha!"

Narator tersebut tertawa terbahak-bahak, mengejutkan Heeseung yang sedang menghayati suasana.

"Apaan sih?!"

"Heeseung, Heeseung, kamu ada-ada aja deh."

Iya juga, buat apa dia meminta hal seperti itu.

"Saya kan sudah bilang 'kalau bisa'," ketus Heeseung, sebelum berubah sendu. "Saya... mau mereka jalanin hidup mereka."

"Tanpa kamu minta pun mereka memang hidup."

Deg!

"Tunggu, apa maksud-"

"Heeseung, Heeseung, biar saya kasih tau kamu. Permainan ini gak nyata, Survival Games itu hanya ada di dalam kepala kalian, bukan di kehidupan asli kalian."

Survival Games | I-LAND ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang