"Aduh!"
Heeseung tersandung, jatuh ke lumpur. Pakainnya langsung kotor, wajahnya juga, langsung jadi cokelat. Untung lumpurnya tidak mengandung zat-zat aneh atau kandungan lainnya.
Kan kalau ada itu nanti jadi bau :(
"Shh, sakit," ringisnya, tangannya bergerak memegang kaki kanannya yang terkilir. Ingin bangun saja rasanya sulit, kakinya benar-benar sakit.
Tapi Heeseung tetap bangun, tentu saja agar Jake tidak berhasil menemukannya. Dia sudah berlari cukup jauh, mungkin sekarang dia berada di wilayah B.
Tidak ada penerangan disini, semuanya gelap. Karena itulah Heeseung tersandung karena tidak bisa melihat apapun yang ada di depannya.
Dia sendirian, di dalam kegelapan, dalam kedinginan, dan dalam ketakutan.
"Ya ampun, belum ada satupun yang sampai di wilayah D? Ckck, bener-bener deh, apa perlu saya kirim mobil supaya kalian cepat sampai kesana?"
Mobil? Wah, ide bagus. Kebetulan Heeseung bisa menyetir, dia bisa sampai kesana dengan cepat tanpa takut dikejar oleh peserta lain.
"Tapi bohong, HAHAHAHA. Ya kali saya kirim mobil, emang di hutan ada jalan? Tuh kan, saya sampai lupa mau kasih tau kalian. Ehe, waktu dimajukan! Siapapun yang mampu bertahan sampai besok pagi, dialah pemenangnya! Kenapa besok? Biar gak kelamaan, kita semua capek nunggu tanpa kepastian."
"Kok malah curhat?" Tanya Heeseung terheran-heran.
"Peserta yang bertahan sejauh ini, semoga keberuntungan berpihak pada kalian. Tapi saya yakin, pemeran utamalah yang akan memenangkan permainan, sekian dan terima kasih. Mohon maaf bila ada salah kata... asek udah kayak penutupan upacara. Selamat malam."
Setelah itu, keheningan menghampirinya. Heeseung jalan pelan-pelan, menuju sebuah batu besar dan naik kesana.
Dia duduk diam, pikirannya melayang kemana-mana. Besok pagi ya... untuk sampai wilayah D memang cukup waktunya, tapi Heeseung tidak sanggup bila harus mengalahkan peserta lain supaya dirinya menang.
Dan jujur, dia sedih. Sepertinya ini adalah hari terakhir, hari terakhir dimana dia dan peserta yang tersisa bertemu satu sama lain.
Karena setelah ini, tidak ada yang tahu bagaimana nasib mereka selanjutnya. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi ke depannya. Dan tidak ada yang tahu apakah mereka masih bisa bertemu atau tidak.
Heeseung harap, Tuhan memberikan yang terbaik untuk mereka.
Nicholas marah, dalam batinnya dia bertanya, siapa yang berani membunuh Jungwon?
Dia akan membunuh orang itu, sungguh.
Enak saja, seharusnya dia yang membunuh Jungwon, dia harus memberi pelajaran pada anak itu karena membuatnya kesal.
Tapi ternyata, Jungwon lebih dulu kalah sebelum mereka bertemu. Cih, Nicholas tidak habis pikir. Bagaimana bisa Jungwon dikalahkan? Setahunya, Jungwon adalah anak yang lincah dan mampu menghindari serangan, kecuali Nicholas sih...
"Aish, mana sekarang udah malem. Gue ngantuk, tapi waktunya mepet, bisa mati kalau diem doang disini," ocehnya bingung sendiri.
Dia bertanya-tanya, berapa peserta yang tersisa? Kalau sedikit, itu sangat bagus. Tapi kalau banyak, itu sangatlah tidak bagus.
"Ck, kayaknya lawan gue bakal susah nih. Karena gak mungkin yang berhasil bertahan orang yang noob."
Nicholas terus mengoceh, sejak ikut Survival Games dia terus saja berbicara tanpa henti. Padahal, aslinya dia orang yang dingin dan kalem, entah kenapa dia jadi banyak bicara disini.
Apakah dia kerasukan? Oh, tentu saja tidak.
"Tau ah, gue harus jalan sekarang."
Kakinya pun melangkah ke depan dengan cepat, dia tidak terlalu khawatir karena senjatanya banyak.
Ada taser gun, belati, dua buah pistol, dan sebuah granat curian─granat milik Taki.
Nicholas terus berjalan menyusuri jalan setapak yang penuh daun dan becek, tanpa tahu ada yang mengawasinya, dengan tatapan penuh ambisi untuk mengalahkannya.
Siapa? Yang pasti, Nicholas akan menyesal jika main-main dengannya.
"AAAAA!"
Teriakan Sunghoon menggelegar, membuat burung-burung berterbangan. Bagaimana dia tidak teriak, ada mayat di depannya!
Dia hampir saja menginjaknya, untung saja dia mencium bau anyir dan busuk sehingga tahu keberadannya.
Sunghoon menunduk sedikit, penasaran dengan wajah itu. Hmm, sepertinya dia pernah melihatnya. Tapi dimana?
Setelah lama berpikir, dia ingat juga. Bukankah dia Jaeho? Dia sempat melihatnya sebelum dirinya dan Jay pergi ke wilayah A untuk istirahat, lebih tepatnya di hari pertama mereka bertemu dengan Heeseung.
Dia tidak menyangka kondisinya semenyeramkan itu. Siapa yang membunuhnya?
"Hhh, sebentar lagi, ya..."
Waktu terus berjalan, tapi Sunghoon tak lanjut berjalan. Dia hampir sampai di wilayah D, dia hanya perlu mencari letak mercusuarnya saja.
Namun, dia tidak bisa pergi sendiri. Dia harus menunggu, menunggu rekannya.
Tapi sayangnya, keinginannya itu tidak terpenuhi. Karena dari arah belakang, sesuatu bergerak perlahan-lahan mengincarnya.
Seekor ular anaconda raksasa, penjaga wilayah D yang baru saja dimunculkan oleh petugas yang mengatur sistem Survival Games.
Siap untuk nanti
malam? Rasanya
campur aduk, gak
tau harus seneng
atau sedih.Dan aku udah
nyiapin hati kalau
misalkan first love
ku gak lolos ke
Top 12, aku cuma
bisa berharap yang
terbaik buat dia,
juga yang lain :(Dan ot23 selalu di hati ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Survival Games | I-LAND ✓
Fantasy❝ Sesuai peraturan, cuma ada dua pilihan. Dibunuh atau membunuh. ❞