"Jangan menilai orang hanya dari luarnya aja ryn, nih kayak HP gua. Casingnya sih buluk tapi HPnya jauh dari kata kentang."
~Leandra Wibisana~
Auryn tiba di sekolah dengan selamat. Pagi ini sangat cerah, awal-awal semester memang begitu. Masih sedikit tugas, pelajaran belum seberat tengah dan akhir semester. Baru beberapa hari Auryn menduduki bangku kelas 11, rasanya waktu cepat sekali berlalu. Dia berjalan melewati koridor sekolah yang masih sepi. Hanya beberapa siswa ataupun siswi yang berlalu lalang dengan tas yang masih ada di punggung mereka.
Auryn dikenal anak yang riang, namun kadang-kadang suka bikin merinding orang. Siswa dan siswi di sekolah ini mengetahui kalau Auryn itu jago Taekwondo dan pandai menari. Tidak hanya itu, dia seperti multitalenta dalam bidang seni. Dia dapat menggambar sketsa wajah orang, membuat kerajinan kreatif, dan dijuluki sebagai 'Ratu Teater'. Ya dia bergabung dengan kegiatan sekolah yang paling top di sekolahnya, teater. Walaupun banyak kegiatan yang diikutinya, Auryn memastikan waktu kegiatan satu sama lain harus 'balance' (seimbang).
Brukk... dug..."Aduh, astaga kalo jalan tuh liat li..." kalimat Auryn tiba-tiba terpotong setelah melihat orang yang menabraknya yang datang bersamaan dari arah belokan ke lantai dua.
Seorang siswa yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Dia lebih tinggi dari Auryn, berseragam SMA lengkap namun dasinya beda dengan dasi SMA Saka Pitoe, sekolah Auryn. Namun disana terdapat logo Burung Garuda dengan perisai di tengahnya. Tulisannya tidak terlalu jelas.Tatapannya tajam mengarah kepada Auryn dan badannya semakin condong ke arahnya. Siswa-siswi yang berlalu lalang memperhatikan mereka, itu sangat tidak nyaman bagi Auryn.
"Ehm, Maaf sebelumnya aku udah nabrak kamu. Aku permisi dulu." Auryn menghindar karena sudah tidak nyaman dengan keadaan itu.
Namun saat dia ingin pergi menghindar, pergelangan tangan Auryn di tarik paksa untuk menuju ke tempat semula oleh siswa itu. Tatapan mereka bertemu untuk kedua kalinya. Tatapan yang kedua ini semakin dalam diberikan oleh siswa itu. Auryn hanya bisa diam mematung, karena Auryn sadar betapa tajamnya tatapan siswa di depannya ini. Beberapa detik berlalu, Auryn menepis genggaman siswa itu.
"Oh," hanya satu kata yang keluar dari mulut siswa itu bersamaan dengan badannya yang sudah tidak condong lagi ke arah Auryn, namun tatapannya masih sama. Auryn mengernyit tanda bingung untuk kesekian kalinya. "Ah, maaf udah nabrak kamu. Tadi aku buru-buru buat ke ruang guru." Ucap siswa tadi. Auryn menelan ludah membuang pandangannya ke arah lain.
"Boleh tanya gak, ruang guru ada di sebelah mana?" Tanya siswa itu kepada Auryn.
"Ehmm, dari sini kamu jalan lurus, terus ada arah ke lantai 2 di sebelah kanan. Kamu jangan ambil arah situ, belok ke arah kiri aja nanti kamu bakal lihat ada papan nama di depan pintu tulisannya 'Ruang Guru' yang sebelahan sama Toilet Guru." Auryn menjelaskan secara rinci "kalo gitu aku duluan ya, permisi" Auryn berusaha menghindari siswa itu.
Sebenarnya Auryn sudah tidak tahan lagi dengan tatapannya. Siswa itu membalikkan badannya lalu berteriak dengan lantang.
"NAMA KAMU SIAPA?"
Auryn sangat terkejut, dia langsung membalikkan badannya ke arah siswa itu dengan sorot mata menyipit dan menutup muka sebelah kanannya karena merasa malu. Auryn menjadi pusat perhatian, dia lalu bergegas mendekat ke arah siswa itu lagi dengan menghembuskan nafas perlahan seolah-olah sedang menenangkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halcyon
Teen FictionJangan bilang kalau hidupmu tidak adil, semua sudah dapat porsi masing-masing dalam kehidupan ini. Jangan melulu melihat apa yang kamu inginkan, syukuri dan sadari apa yang kamu dapat. ~ Jackson Carlson~ Kisah ini sangat sederhana. Kehidupan s...