Kejutan!

35 5 1
                                    

     'Iya, aku mau!'
~Auryn

Auryn sudah ada di dalam mobil yang dikendarai oleh bundanya. Bunga-bunga nan cantik dipegang oleh Auryn. Bundanya membeli beberapa bunga kesukaan ayahnya dan Auryn. Bunga mawar merah dan putih.

     Mawar merah dengan kelopak besar-besar adalah kesukaan ayahnya, sedangkan mawar putih adalah kesukaan Auryn.

     "Bunda gak beli bunga forget me not?" Tanya Auryn sembari menghirup bau bunga mawar dan membelai kelopak-kelopak bunga mawar yang cantik.

     Bundanya tidak menjawab. Nyonya Jun masih fokus menyetir. Auryn menoleh ke arah kanan karena tidak ada jawaban dari bundanya. Dilihatnya kedua mata Nyonya Jun yang sudah berkaca-kaca.

    "Eomma gwenchana?" (Bunda tidak apa-apa?)

     Auryn memegang telapak tangan kiri Nyonya Jun yang lentik dan masih menggenggam setir mobil. Satu tetes air mata beliau turun membasahi pipinya.

    "Eomma, kenapa nangis? Kalau bunda ada masalah, bunda bisa cerita sama Auryn." Suara Auryn sedikit menenangkan perasaan bundanya.

"Eomma gwenchana, kamu gak usah khawatir." Jawab Nyonya Jun sembari membalas genggaman tangan putri semata wayangnya itu.

Auryn sekarang merasa ganjil dengan keadaan ini. Tidak biasanya bundanya bersikap seperti itu.

Mobil yang di kendarai bundanya itu masuk di halaman rumah kediamannya. Rumah yang berada di tengah-tengah pegunungan, memiliki arsitektur seperti kastil serta sebuah rumah yang selama ini Auryn anggap seperti surga dengan adanya kedua orang tuanya yang bagaikan malaikat menjaganya di dalam rumah itu.

     Auryn turun dari mobil menenteng totebag dan bunga yang dibeli bundanya tadi. Suasana rumah memang tampak sepi, sudah biasa seperti ini. Hanya ada bi Riri yang sudah bekerja dengan keluarga Auryn selama 15 tahun ini.

     Auryn segera masuk ke rumahnya lalu melihat ayahnya yang sedang duduk di sofa ruang tamu dan masih terfokus dengan layar laptopnya. Tak lupa secangkir kopi Koya Minahasa tergeletak mengepul di samping laptopnya.

Auryn tersenyum dan bergegas mendekat ke arah beliau dengan tangan yang memegang bunga-bunga mawar merah di belakang. Berniat ingin memberikan kejutan kepada ayahnya.

"Ahhh, putri cantiknya appa udah pulang. Dari Peraya's Collection kan, gimana suka ga sama hanbook modernnya?" Tanya Ayah Auryn sembari menutup laptopnya.

"Auryn suka kok sama hanbooknya, tapi Auryn pake sehabis tampil di awal acara." Jawab Auryn sambil meletakkan totebag nya pelan ke arah sofa dan berusaha keras menyembunyikan bunga-bunga mawar yang ada di belakang punggungnya.

"Apa itu dek?" Tanya Ayah Auryn sembari celingukan berusaha melihat apa yang di sembunyikan Auryn.

Auryn menyodorkan beberapa bunga mawar merah kepada ayahnya sembari tersenyum manis dan berkata, "Eomma beli buat appa, mawar merah kesukaan ayah kan. Nah kalo ini kan mawar putih, Auryn yang suka. Jadi mawar putihnya Auryn mau taruh kamar."

Seketika Pak Jun membeku beberapa saat menatap beberapa tangkai mawar yang di sodorkan oleh putri semata wayangnya tersebut. Selepas membeku beliau bergegas menerima beberapa tangkai mawar itu dan berterimakasih kepada Auryn dengan senyuman getir yang terpampang jelas di wajahnya.

Auryn meminta ijin untuk pergi ke kamarnya dan bersih-bersih, Pak Jun pun mengiyakan dengan tatapan sendu sembari membuka kembali laptopnya. Dalam hati Auryn mencelos, senyuman itu palsu. Ya, bagaimana dia tidak tau. Selama ini dia hidup di lingkungan teater yang otomatis mengharuskan Auryn mengerti tentang berbagai macam ekspresi. Ada apa ini?

Halcyon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang