Jikalau Suatu Hari Nanti Aku Pergi

32 3 3
                                    







Auryn hanya diam menikmati jalan malam yang ramai. Duduk di sebelah kiri Jackson adalah hal terindah yang selalu ia nantikan. Setiap dia pergi bersama Jackson, Auryn kadang yang cerita panjang lebar dan membiarkan Jackson hanya mendengar ocehan Auryn. Namun kali ini sebelah kiri Jackson sunyi, celotehan yang ternyata selalu Jackson nantikan tidak terdengar.

Tangan Jackson memegang telapak tangan Auryn. 

 Yang di pegang tangannya terperangah melihat pergerakan Jackson yang tiba-tiba.

"Kan udah dibilangin, kalau ada masalah cerita aja." Jackson mengusap lembut tangan Auryn.





"Jack," Auryn menyahut setelah hening beberapa saat.

"Pernah berpikir ga, kalau hidup kita ini ga adil. Semuanya keliatan baik-baik aja, tapi di belakang itu semua ada hal buruk yang berusaha di tutupi dengan beribu-ribu kebaikan. Sakit kan, Jack. Berasa di khianati." kata terakhir di tegaskan oleh Auryn.

"Gini tuan putri, Jangan bilang kalau hidup kamu itu ga adil, semua udah dapat porsi masing-masing dalam kehidupan ini. Jangan melulu melihat apa yang kamu inginkan, syukuri dan sadari apa yang kamu dapet."

"Kalau tentang penghianatan dan sebuah keburukan yang ditutupi sama kebaikan, menurutku kalau dia ga sengaja atau ga sadar awalnya kalau dia ngelakuin kesalahan. Tapi, makin kesini pasti dia sadar udah ngelakuin kesalahan, terus dia tutupin deh sama kebaikan-kebaikan itu. Tapi jatohnya tetep salah sih."

"Kalo ada yang bohongin atau khianatin kamu, pastiin ada alasannya apa enggak dulu, ryn."

Nasehat panjang dari Jackson. Ini adalah hal terlangka yang pernah Auryn jumpai. Jujur saja, saat ini Auryn sedang ternganga sembari melihat Jackson yang masih sibuk menyetir sembari memegang tangan Auryn.

"Woah, kamu bisa pidato ya sekarang. Panjang kali lebar kali tinggi pula." Auryn terkekeh.

Jackson ikut terkekeh.

"Udah ah, kenapa di pegang mulu." Auryn menggerakkan tangan kanannya berusaha melepaskan tangannya dari genggaman tangan Jackson.

"Gak mau!, nanti tuan putri ilang." Ucap Jackson sembari mengerucutkan bibirnya dan mengeratkan genggaman tangannya di tangan kanan Auryn. Nadanya bicaranya seperti anak kecil yang merengek minta ditemani sekolah.

"Hiyyy" Auryn bergidik sedangkan Jackson terkekeh.

***

"Kamu mau cari buku apa, Jack?" Auryn memegang satu persatu buku yang ada di rak.

"Mau nikmatin bau buku aja." Sahutnya sembari tersenyum girang.

Auryn terbelalak sembari mengikuti Jackson yang tengah berjalan cepat menuju rak-rak novel. "Bercanda kan, Jack?"

"Hmm, sini buruan." Jackson melambaikan tangannya menyuruh Auryn lebih cepat.

Jackson menyodorkan satu novel tebal yang bersampul gambar seorang anak memakai selang oksigen dengan tabung oksigen dan anak laki-laki di sebelahnya sedang menggandeng tangan anak itu.

"Anak ini sampai tahap empat, lalu dia berpulang." Ucap Jackson sembari menatap sendu novel tersebut. "Dia sama kayak aku."

Hati Auryn berdesir. Kali ini Auryn benar-benar merasa terpuruk. Bagaimana tidak? berbagai peristiwa dan rentetan masalah menghujani sang putri cilik yang berproses menjadi seorang yang dewasa itu tanpa jeda. Memang benar kata orang, proses seseorang menjadi dewasa itu sangat berat dan menyakitkan.

Halcyon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang