Jika aku ungkapkan apa yang sebenarnya terjadi, apakah dia akan tetap bersamaku seperti ini. Sedekat ini?
~Jackson Carlson~Pada pagi hari minggu terlihat seorang remaja laki-laki yang berusia sekitar 17 tahun an berdiri di depan pintu rumah klasik bernuansa joglo. Alan.
Ding dong
Bel rumah di bunyikan oleh Alan. Tidak lama kemudian keluarlah seorang remaja perempuan dengan baju santai dan handuk kecil di lehernya. Beberapa keringat juga terkucur deras dari wajahnya. Leandra.
"Oh, sini masuk dulu." Ucap Lean setelah melihat sosok Alan yang tengah berdiri di ambang pintu.
Alan hanya mengangguk dan mengikuti Leandra masuk ke rumahnya. Alan berkata pada dirinya sendiri, bersumpah bahwa rumah ini sangat indah. Klasik namun tidak luput dari sentuhan modern. Ruang tamu juga di desain senyaman mungkin.
"Ehm, Btw lo kenapa kerigetan gitu?" Tanya Alan canggung membuka topik pembicaraan setelah mereka berdua masuk ke ruang tamu.
"Gue habis boxing di belakang rumah, lo duduk dulu gih biar gue ambilin seragamnya." Lean berkata sembari berjalan menuju belakang rumah. Alan hanya menuruti apa yang dikatakan Lean.
Tidak lama kemudian terlihat Leandra yang datang sembari membawa paper bag bertuliskan peraya's collection yang merupakan brand fashion naungan orang tuanya.
"Ini udah gue cuci Kemaren-Kemaren, tapi malah lo dateng kesini mepet masuk sekolah." Lean menyodorkan paper bag itu kepada Alan.
"danke schön" ucap Alan kepada Lean. [terimakasih banyak; bahasa Jerman]
Lean terbelalak menatap Alan dan segera menjawabnya "gern geschehen" [dengan senang hati]
Keduanya lantas tertawa bersama.
"Loh lo tau gue orang Jerman?" Tanya Lean dengan mata dengan menyelidik setiap inchi wajah Alan.
"Ya gimana gue ga tau, muka lo udah kentara banget kalo lo itu blasteran!" Alan meninggikan suaranya di akhir kalimat.
"Ya elah santai dong! Dah sono balik aja." Lean juga membalas dengan suara yang tak kalah tinggi.
Alan tersenyum kecil sembari memalingkan wajahnya ke arah lain dengan mengusap rambutnya.
Lean menatap Alan yang mematung sejenak lalu membuka suara, "Lan, lo bisa main gitar ga?" Tanya Lean tiba-tiba kepada Alan.
"Bisa, gue suka banget malah kalo main gitar." Jawab Alan sembari membenarkan rambutnya.
"Ehm, gue boleh minta tolong ga?" Lean bertanya dengan suara rendah, "lo jadi gitaris." Terus Lean dengan yakin.
"Hah?! Gitaris apa?" Alan terbelalak kaget.
"Band di sekolah, kita kekurangan 1 gitaris soalnya gitaris aslinya lagi opname dan kayaknya ga bakal bisa ikut tampil waktu Saka Pitoe Festival" jelas Lean sembari mengerutkan keningnya dan menatap Alan.
"Boleh juga"
***
"Jangan lakukan itu!" Auryn terisak sembari berlari menuju Kevin dan melempar pistol yang sedang di pegang Kevin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halcyon
Teen FictionJangan bilang kalau hidupmu tidak adil, semua sudah dapat porsi masing-masing dalam kehidupan ini. Jangan melulu melihat apa yang kamu inginkan, syukuri dan sadari apa yang kamu dapat. ~ Jackson Carlson~ Kisah ini sangat sederhana. Kehidupan s...