Belong 21

490 48 30
                                    

OOC | DON'T LIKE DON'T READ

PRODUCE 101 S2 FANFICTION

FANTASY, ROMANCE, FRIENDSHIP, FAMILY

M, ABO!AU

Sidepair! Taedonghan

YUNHWA

.

.

.

Darah tertumpah, senjata cahaya telah dirampas dan disalahgunakan.

Kami tidak mampu melakukan apapun selain meregang nyawa, menghadapi kematian.

Apa yang terjadi? Apa yang terjadi? Kami hanya percaya kata-kata takdir itu benar adanya.

Cukup biarkan saja anak kecil itu bermain-main dengan gembira sebelum meraih tujuannya.

Lee Woojin merasa kesal. Entah kepada siapa. Yang jelas dirinya frustrasi karena penyihir murni kemarin hanya memberikan sajak tak berguna.

Yah, itu salahnya sendiri. Woojin sendiri yang memilih untuk melihat isi gulungan kertas yang dibawa Haknyeon alih-alih mendengarkan kabar yang katanya dibawakan untuknya.

"Woojin-ah, aku sempat merasakan firasat tidak enak tentang mate-ku. Tapi firasat itu menghilang dengan cepat jadi kurasa dia baik-baik saja."

Itu adalah perkataan Daehwi pagi tadi, ketika Woojin membantunya mengangkut senjata ke balai latihan. Woojin menghela napas, memandang lurus ke arah Raja Hwang yang sibuk menyusun pion-pion kecil di atas sebentuk peta wilayah. Di depannya lagi, para menteri dan petinggi-petinggi negara duduk dengan takzim menghadap sang raja.

Raut alpha muda itu datar. Tanpa ekspresi. Ia sedang berusaha menyingkirkan deretan kata yang tertulis di dalam sajak pemberian Haknyeon dari pikirannya.

Hanya perlu menunggu satu setengah dasawarsa.

Hingga takdir benar-benar menepati janjinya.

"Aiishhh ..." Woojin mengumpat dalam hati. Tidak senang karena sajak itu terus bermunculan di kepalanya. Netranya mengecap setiap celah di antara sekumpulan petinggi kerajaan yang hiruk pikuk membicarakan urusan rakyat.

Napasnya tercekat sesaat.

Haknyeon ada di sana. Di dekat pintu utama, bersandar pada pilar, menerawang ke langit-langit.

Penyihir murni itu tersenyum tipis ketika pandangannya beradu dengan sang calon pewaris tahta. Dengan manik mata bercahaya seolah memberi sinyal, ia membalikkan tubuh dan pergi dari ruangan itu.

Woojin membelalakkan mata. Ia tersadar dan segera membungkukkan tubuhnya kepada Raja.

"Yang Mulia, hamba permisi sebentar," pintanya yang segera diangguki Raja Hwang.

Woojin berlari begitu menapakkan kakinya di luar ruangan. Bola matanya berputar ke segala arah, mencari sosok Joo Haknyeon yang entah mengapa, melihatnya di sini membuatnya berang.

"Haknyeon-ssi!" teriak Woojin begitu mendapati sosok itu di kejauhan.

Haknyeon hanya menoleh sebentar, kemudian melenggang begitu saja meninggalkan Woojin.

BelongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang