19: Ribut perihal anak

11.7K 668 27
                                    

Begitu sampai rumah Milka langsung menghempaskan tubuhnya ke kasur tanpa melepaskan sepatunya

"Bersih bersih dulu sana Mil" ucap Revan

"Nanti" balas Milka dengan mata terpejam

"Yaudah aku duluan abis itu kamu langsung ya" setelah mengatakan itu Revan mengambil handuknya dan berjalan ke kamar mandi

Milka hanya mengguman tanpa membuka matanya, mungkin efek kelelahan perjalanan apalagi tadi di kereta ibu ibu melahirkan membuat gadis berhijab ini ngeri membayangkan

"Masa sampe sesakit itu ya ngelahirin, tadi gue liat tuh ibu ibu matanya merem melek kaya nahan sakit, terus tangannya sampe megang tangan suaminya, apalagi darahnya banyak banget" ia bergedik ngeri membayangkannya lalu memegang perutnya "Tapi semua perempuan pasti ngerasain kaya gitu, apalagi yang udah nikah kaya gue"

"Kenapa ga lelaki aja yang hamil sih! Kenapa harus perempuan semua?!" tanyanya pada diri sendiri

"Tar kalo gue hamil kaya gitu juga ga ya?" "Bisa kali tukaran sama Revan"

"Ya ga bisa lah" ucap seseorang dari belakang mengagetkan Milka

Disana terlihat Revan yang sudah kelihatan lebih fresh menggunakan celana selutut dan kaos hitam polos

"Kenapa ga bisa? Kan bikinnya bareng" tanya Milka menghadap memutar tubuhnya

Revan mendekat dan duduk di depan Milka sambil menggosokan rambutnya yang masih basah dengan handuk kecil "Karena yang punya rahim cuma perempuan, dan janin atau bayi akan lahir dari dalam rahim" jawab Revan

"Terus lelaki punyanya apa?"

Ia menghentikan gerakan tangan dirambutnya lalu menatap Milka "Apanya apa yang kamu maksud?"

"Kan kalau perempuan punya Rahim di perutnya, terus kalau lelaki punya apa?"

"Usus, lambung" balas Revan asal

Sungguh ia bingung harus menjawab apa, apalagi ia anak Ips yang tidak belajar begitu begituan.

Milka mendengus "Kalo itu mah semua orang juga punya kali"

"Emang"

"Kenapa sih nanya nanya begitu?" tanya Revan penasaran

"Tadi kan aku ngeliat ibu ibu mau ngelahirin di kereta, keliatannya sakit banget kan jadi ngerih" jawab Milka kembali membayangkan

"Ngeri gimana? Kan ibu ibu itu yang ngelahirin" heran Revan

"Issh kan semua perempuan pasti ngersain itu, jadi aku ngebayangin kalau nanti aku hamil terus ngelahirin kaya gitu, apalagi kata si Caca taruhannya nyawa kalau gagal"
"Kalaupun nyawa taruhannya, perempuan yang meninggal karena melahirkan anaknya jaminannya Surga. Kerena dia rela bertaruh nyawa demi buah hatinya" ucap Revan

"Lagian kamu udah mikirin hamil sama ngelahirin aja, "

"Kan nanya, terus lelaki ngapain kalau istrinya ngelahirin?" tanyanya lagi

"Pasti nemenin dan nguatin istrinya" jawab Revan

"Enak dong" celetuk Milka

Revan menoleh "Enak apanya? Kamu ga liat bapak bapak yang nemenin istrinya ngelahirin keluar2 udah kaya gembel"

"Itu belum seberapa sama perjuangan istrinya yang mempertaruhkan nyawa demi ngelahirin anaknya ke dunia" ucap Milka tak mau kalah

"Ya itu emang udah kodratnya!" balas Revan

"Kenapa ga dituker aja"

"Ya mana bisa dituker dikira beli baju"

"Tapi kan kasin perempuannya"

"Itu emang tugas seorang istri dan ibu"

"Terus tugas suami apa? Bikinnya doang gitu!?"

"Bikin apa lagi!?" tanya Revan

"Bikin Anak, kebanyakan dari para lelaki selalu minta dipuasakan nafka birahinya tanpa mikirin istri" balas Milka

"Astaga!!"

"Ga gitu Mil" tolong kasih tau gimana menjelaskan hal seperti ini sama Milka. Revan angkat tangan!

"Terus gimana?" dengan wajah polosnya Milka terus bertanya

"Ya lelaki juga juga punya tanggung jawab lain sebagai seorang suami. Kamu kalau ga ngerti ga usah nanya nanya deh!" balas Revan berdiri lalu menggantungkan handuknya di belakang pintu

"Ko kamu sewot?! Kan aku cuma nanya!" ketus Milka

"Siapa yang sewot? Engga tuh!"

"Kamu!"

"Terserah"

"Gue baru tau dia sepolos ini" lanjutnya dalam hati

"Aku ga polos ya" ucap Milka tiba2

Revan menegang, ko dia tau isi hatinya? Cenayang kah?

"Siapa yang bilang kamu polos" balas Revan pura2 tidak tau

"Dalam hati kamu kan?"

"Ko ngeselin ya" batin Revan

"Engga sih" elak Revan "Kalau belum cukup umur ga usah nanya2 begitu, kasian nih otak ga mudeng2" lanjutnya menyentil jidat Milka

"Aww!"

"Umur aku udah 17 tahun ya dan udah punya KTP juga" balas Milka

"Iya iya" mungkin hanya itu yang bisa ia ucapkan

"Tapi lelaki juga ga bisa nahan dan ada batasnya apalagi kalau tinggal satu rumah dengan perempuan" lanjutnya sebelum beranjak keluar kamar

Meninggalkan Milka yang terdiam. Ia tidak bodoh untuk mengerti maksud dari ucapan Revan itu. Ia tau Revan lelaki normal dan cukup dewasa, mengingat umurnya juga sudah 18 tahun. Tinggal satu rumah dengan wanita yang berstatus halal memang butuh kesabaran, bukan dalam hal perilaku tapi, you now lah pasti tau

Apalagi tantenya pernah bilang, lelaki normal selalu bisa melakukan apa saja jika hormon nya naik. Itu menyiksa, sungguh. Bahkan Om-nya sampai pergi ke club untuk menuntaskan hasratnya saat ia bertengkar dengan istrinya. Beruntung tantenya langsung menyusul dan membawa Om-nya pulang

Milka menggelengkan kepalanya, jangan sampai Revan seperti itu. Mungkin ia boleh egois untuk hal ini. Katakanlah ia dosa, tapi jika memang belum siap mau bagaimana? Toh orang tuanya juga tidak memaksa cepat2 punya cucu

Mungkin suatu hari nanti ia siap menyempurnakan tugasnya sebagai seorang istri. Istri yang sesungguhnya.






























Sesuai janji aku bakal Up cepat, sorry pendek. Yang penting feelnya dapet

VOTE AND COMENT SEBANYAK BANYAKNYA SUPAYA TAMBAH CEPAT UP-NYA, OKE

lanjut ga...?

Next 👉

Menikah Saat Sma [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang