31: Hilang!

5.4K 374 14
                                    

Selepas isya Revan masih berkutat dengan laptopnya di atas kasur, dilihat dari wajahnya memang ia terlihat sangat sibuk merinci rinci agenda Cafe dan tetek bengeknya. Belum lagi waktu untuk belajar menjelang UN

Sementara Milka tengah berdiri di balkon kamar dengan tangan yang menunjang tubuhnya agar tidak jatuh. Ia masih memikirkan tentang wanita bernama Wardah yang merupakan teman kecil suaminya itu. Dilihat dari penampilannya memang Wardah dapat dikatakan sempurna, tubuh tinggi dibalut gamis dan kerudung panjang serta wajah manisnya yang semakin membuat ia disukai orang yang melihatnya

Berbeda dengan dirinya yang jauh dari kata sempurna. Ia hanya seorang gadis Sma bertubuh mungil, perihal pakaian pun Milka masih sering menggunakan celana dan kaos serta kerudung instan dibawah dada. Dari segi wajah pun bisa dikatakan biasa saja. Mata agak sipit, hidung lumayan mancung namun bisa dikatakan mungil mengikut bentuk wajahnya, bibir juga Ga tebal juga ga tipis.

Gadis itu menghela nafasnya berat, ia tau pasti banyak diluaran sana yang menyukai Revan. Baik dari teman sekolah atau teman tongkrongannya. Kalau begini gimana ia nggak Insecure

Pelukan dari belakang membuat Milka tersentak dan melihat Revan yang memeluknya sambil menopang dagu di pundaknya

"Kenapa ga masuk? Udah malam" tanya Revan

"Baru juga isya" sahut Milka

Revan melepaskan pelukannya lalu menatap Milka membuat gadis itu risih

"Kenapa?"

"Kamu yang kenapa, ada masalah? Aku perhatiin dari tadi pas Wardah kesini kamu jadi pendiem" tanya Revan

Milka menggelengkan kepalanya "Engga, lagi males ngomong aja. Kerjaan kamu udah beres?" ucap Milka mengalihkan pembicaraan

"Dikit lagi" jawab lelaki itu kembali memeluk Milka "Kamu ga usah cemburu sama si Awa" ucap Revan

"Awa?" beo Milka

"Wardah maksud aku, itu panggilan rumah dia" Revan berdehem pelan sementara Milka mengangguk mengerti

"Siapa yang cemburu? Ge-er banget!" ketus Milka membuat Revan tekekeh

"Dia itu anaknya tante Winda sahabat Bunda, aku sama dia dari kecil sering main sampai pas Smp dia sekeluarga pindah ke Mesir untuk berobat Papahnya yang sakit Kangker" jelas Revan menutup matanya menikmati udara sejuk malam hari

"Terus tadi pas pulang sekolah aku ketemu dia di pinggir jalan, yaudah aku samperin dan ajak ngobrol sebentar" lanjutnya

"Dia udah kaya adik aku" ungkap Revan membuka matanya

Milka hanya diam mendengar cerita Revan tentang wanita itu. Sebenarnya ada hal yang ingin ia tanyakan namun ragu

"Dan kamu tau kalau dia sempat suka sama kamu?" Milka menutup matanya malu

Revan terkekeh mencium pelipis Milka "Tau, dari Bunda" jawab Revan

"Tapi itu dulu, sekarang pasti udah engga lah" lanjutnya

"Bisa aja masih ada" ucap Milka pelan namun masih terdengar oleh Revan

"Ya kalaupun masih ada cuma dia yang punya perasaan itu" balas Revan cuek

"Kamu emangnya ga pernah suka sama dia? Maksud aku dia kan cantik, sholeh, baik, sopan"

Dengan perasaan gemas Revan mencium kening, pelipis, pipi dan mata Milka "Pertanyaan kamu dari tadi muter2 aja disitu, intinya hanya satu orang yang udah ngisi hati aku" ucap Revan

Milka mengerutkan keningnya "Siapa?"

Revan mendekati wajahnya ke telinga Milka "Wanita yang nantinya akan menjadi ibu dari anak anak aku" bisik Revan sontak membuat pipi Milka memerah

(Ihh gw yang baper woy! Tanggung jawab lu Mil Van!) 😩

"Dih ko pipinya merah?" Revan tertawa kecil melihat pipi chubby putih Milka bertambah merah

"Siapa yang merah? Engga tuh" elak Milka membuang pandangannya

"Awas aku mau masuk udah malam" ucap Milka meninggalkan balkon

Revan terkekeh pelan menyusul gadis itu masuk ke dalam rumah

____

Setelah membantu Pak Agus membereskan soal soal semester yang meski harus dipaksa, Revan menghela berat. Karena itu ia tidak jadi pulang bareng Milka sesuai janjinya. Sekali lagi lelaki berseragam olahraga itu menghela nafasnya, tepukan di punggungnya membuat Revan berbalik

"Sudah selesai, kalau kamu mau pulang silakan Van. Terima kasih sudah mau membantu saya" ucap Pak Agus

Revan tersenyum kecil sambil menganggukkan kepalanya "Iya Pak sama2, kalau gitu saya pulang dulu"

Setelah salim Revan berjalan cepat menuju motornya namun sebelum itu ia mengirim pesan ke Milka

.
.
.

Motor merah bernama Redly yang  merupakan singkatan dari Revan Aldi nama teman kecilnya yang sudah meninggal itu berhenti membuat si pengendara turun tergesa masuk ke dalam rumah mengabaikan Bi Lilin yang tengah menyapu halaman

"MILKA!" panggil Revan namun tak ada jawaban

Bi Lilin masuk ke dalam rumah dengan tergesa gesa menghampiri majikannya itu "Maaf Den Neng Milka belum pulang dari tadi, saya kira bareng aden"

Revan menyerinyit heran "Belum pulang bik? Dia udah pulang duluan dari tadi" ucap Revan

"Mungkin ke rumah temannya atau ke rumah orang tuanya Den" balas Bi Lilin

"Coba Revan telefon"

Lelaki itu mengambil handpone dari saku celananya namun tidak ada jawaban dari Milka membuatnya semakin cemas. Tak menyerah ia mencoba menelefon orang tua Milka

"Assalamualaikum Revan ada apa tumben nelfon Mamah?"

"Waalaikum'salam! Engga mah em Milka ada di rumah Mamah ga?"

"Enggak. Emangnya Milka kemana? Kamu ko nyariin"

"Ga kemana mana ko Mah kata Milka dia mau main kesana. Yaudah Revan tutup ya mungkin masih di jalan, Assalamualaikum "

"Ohh iya Waalaikum'salam"

Setelah mematikan telefon Revan berjalan ke kamarnya mencoba berfikir positif. Mungkin Milka main ke rumah temannya dan batrai ponselnya habis sehingga tidak bisa menghubunginya. Alasan mengapa ia tidak memberitahu orang tua Milka karena ia tidak mau membuat mereka khawatir, biarlah dirinya yang mencari Milka setelah ini

Bersambung











Komentar jika iris mata kalian menemukan typo
Vote and coment ✨

Tangerang 22 November 2020
ig: fitriamelia_101

Next 👉

Menikah Saat Sma [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang