"Okay, Ma. Good night," pamit May sembari berjalan menuju kamarnya.
Setelah ia menutup pintunya, ia mulai merebahkan tubuhnya ke atas kasurnya. May akan mengistirahatkan tubuhnya yang sudah bekerja seharian penuh. Ia menarik selimutnya kemudian ditutupinya separuh tubuhnya.
"Good night world." Tak perlu waktu lama, May sudah terlelap dan memasuki dunia mimpi.
***
Di dalam dunia tersebut, May sedang berjalan menapaki jalan setapak yang tengah dihias oleh beberapa orang. Ia kemudian mengarahkan kepalanya ke bawah. Tampak sepasang sepatu hak sekitar lima senti yang sedang ia pakai.
May juga meraba badannya. Ia tengah memakai blazer dan rok span ala orang kantoran. Sebenarnya, dimana kah dia? Bukankah ia masih duduk di kelas sebelas? Lalu mengapa ia sudah memakai setelan baju seperti ini? Sedang berlakonkah dirinya?
"Permisi, ini dimana?" tanya May kepada seseorang yang tengah menghiasi jalan setapak yang dilaluinya.
"Amboi! Kau tidak tahu ini dimana? Kan kau sendiri yang memilih tempat ini untuk prosesi lamaran kamu," jawab orang tersbut.
Kening May berkerut tanda tak tahu dengan apa yang diucapkan orang tersebut. Ia membalikkan badannya dan menjauh dari jalan setapak menuju area pantai. Ia mulai melepas sepatunya dan menentengnya dengan tangan kirinya.
May berjalan mendekati air pantai dan berjongkok di depannya. Tangan kanannya tampak sedang memainkan deburan ombak yang menerpa kakinya. Saat May masih asyik dengan kegiatanyya, sesosok manusia menepuk bahunya pelan, membuat may menolehkan kepalanya.
"Kok kamu di sini, Sayang?" tanya seseorang tersebut.
"Say---" May menutup mulutnya ketika ia berteriak. "Siapa?"
"Astaga, May. Kamu kok sok-sokan drama sih," kekeh pria tersebut kemudian ikut memainkan air di samping May.
Secara otomatis, May berjengit dan berdiri menjauhi pria tersebut. "Nama kamu siapa?"
Pria tersebut tampak menghela nafasnya sabar. Ia mengikuti May yang sedang berdiri kemudian berkata, "Kalo kamu mau main akting, ya udah. Namaku Aksa."
May berlari menjauhi pria yang bernama Aksa tersebut. Ia sampai lupa tidak memakai sepatunya ketika berlari di tempat yang terjal. Entah kemana pun yang penting ia kembali ke dunia asalnya.
"Ini dimana? Mama! Tolongin May, Ma," batin May menjerit takut.
Saat ia menoleh ke belakang, ia sudah tidak menemukan Aksa yang ia kira akan mengejarnya. Tapi, siapa sangka jika Aksa sudah mengejarnya menaiki motor? May tidak tahu lagi, ia terus berlari menjauhi Aksa.
May berlari tanpa tahu arah. Sampai ia terjungkal ketika kakinya tersandung sebuah batu yang tidak tertangkap oleh matanya. Tetapi, anehnya saat ia terjungkal, keadaan dunianya sudah berubah. Bukan di pantai melainkan di lingkungan sekolah.
"Huu! Gitu aja jatuh, May," ejek seseorang.
May mengangkat wajahnya dan mendapati segerombol cewek yang melihatnya terjatuh. Pikirannya tidak mampu untuk membayangkan ini semua. Pikirannya terlalu dangkal untuk membayangkan dimensi waktu ini.
"K-ka ... kalian siapa?" tanya May dan berusaha berdiri.
"Ciah, nggak kenal kita. Cupu lo!" belum sempat May melihat seseorang yang tengah mendorongnya, satu tangan yang terulur padanya mengalihkan pandangannya.
"Kamu nggak apa-apa?"
May berusaha berdiri lagi dengan bantuan seseorang tersebut. Tangannya meraih tangan lelaki itu, nyaman. Lelaki tersebut mengajaknya pergi dari lingkungan ini. Saat May menoleh, ia mendapati wajah yang sama dengan sosok yang menyebutnya 'sayang' tadi.
Sontak ia berhenti dan berjalan mundur menjauhi lelaki tersebut. Kepalanya menggeleng tidak percaya dengan seseorang yang tadi membantunya. Saat lelaki tersebut berbalik menatap May, memang sama dengan apa yang May temui tadi.
"Kamu siapa?" tanya May dengan nada bergetar.
"Aku? Aksa," jawab lelaki tersebut.
"Aksa lagi," batin May.
May berusaha menetralisir rasa ragunya, ia mulai berjalan mendekati Aksa dan berjalan beriringan seperti tadi. Ia berusaha menutupi rasa takut dan ragunya di hadapan lelaki ini. Ia tak mau dianggap remeh.
"Kamu tadi kok dari sana? Perasaan tadi jalan sama aku," ucap lelaki itu.
May langsung dibuat bingung dengan ucapan lelaki tersebut. Padahal dirinya tadi beru saja berlari menjauhi lelaki yang sama. Mengapa ia malah menanyakan ia dari mana?
"Em, iya," jawab May. Ia langsung merutuki dirinya mengapa ia mengucapkan iya. Padahal pertanyaannya tidak dijawab dengan iya atau tidak, melainkan kejelasan.
Mereka berdua berjalan bersama sampai di suatu tempat. Sungai. Mereka berdua dua berdiri di tepi sungai tersebut. May menikmati angin sepoi-sepoi yang menyapa dirinya. Sampai ia tidak tahu kemana Aksa pergi.
"Sa!" panggil May. Ia menoleh ke belakang beberapa kali tetapi tudak menemukan batang hidung Aksa.
Sampai ia menoleh ke deoan dan mendapati Aksa di depannya. Sontak May terkejut dan kehilangan keseimbangannya. Ia terjatuh ke arah sungai yang rasanya sangat dalam.
"Mama!" jerit May dalam hati.
"Ma!"
"Ada apa sih, Re?" tanya Mama. May melihat sekelilingnya. Dunianya sudah kembali, ia sudah kembali ke dunianya. Tidak bertemu sosok lelaki yang misterius lagi.
"Nggak apa-apa, Ma," ucap May menenangkan Mamanya. Mama kembali ke kamarnya tanpa berucap sepatah kata pun.
May mulai memejamkan matanya dan berharap mimpinya tidak bersama lelaki yang konon namanya adalah Aksa. Ia berharap mimpinya biasa saja seperti hari-hari biasanya.
Setelah May mampu memejamkan matanya. Ia mulai berkelana di dalam hutan belantara yang rimbun akan pepohonan. Kebingungan langsung mendominasi pikirannya. Dimana kah ia sekarang?
"Ma!" teriak May memanggil Mama. Ia kira ini masih sama dengan dunianya dimana ia tidur tadi.
"Mama!"
"Hei! Jangan teriak!" bentak seseorang yang lewat diantara segerombol orang.
May memberanikan dirinya untuk bertanya pada segerombol orang tersebut. Ia mulai berjalan mendekat dan kian mendekat. Anehnya mereka bukan menerima tetapi malah menjauhi May.
Ia mulai kebingungan. Mengapa semuanya menghindarinya? Ia memaksa bertanya kepada seseorang yang paling belakang. "Ini dimana?"
"Hutan."
May tahu jika ini di hutan. Tetapi bukan itu maksudnya. Hutan yang mana? Atau daerah mana? Belum sempat May bertanya kembali segerombol orang tersebut sudah lenyap bak dimakan bumi.
Karena kebingungan dan takut, May kian merosot ke bawah sampai ia terduduk di atas tanah. Ia menundukkan kepalanya dan menangis. Menangisi nasibnya yang seperti ini
"Permisi, Anda siapa?"
May menoleh ke atas dan mendapati seseorang yang ditemuinya di mimpi sebelum ini. Ia berdiri dan bertanya apakah seseorang tersebut sama dengan orang yang tadi.
"Kamu Aksa?" tebak May.
"Kok tau, tau dari mana?" tanya Aksa kebingungan.
May menutup mulutnya. Ia menyesal menanyakan hak tersebut pada orang ini. Jika saja ia tadi tidak bertanya. Ia mungkin tidak kebingungan seperti ssekarang. "Em ... nggak deng, cuma nebak doang. Kamu tau ini dimana?"
"Di---"
"Kring!"
May tersentak dan terbangun. Ia melihat sekelilingnya, ia mendapati kamarnya yang terdapat di dunianya seperti biasa. May bersyukur bisa kembali ke dunia sebelumnya dimana ada kedua orang tua yang menyayangi dirinya. Ia segera bersiap ke sekolah dan berusaha melupakan mimpinya tadi malam.
Tbc:)
A/n :
Hela gais, kembali lagi sama aku. Ini adalah project gais. Yaitu satu hari seribu kata selama satu bulan. Doain aja bisa ya. Oke, makasii
![](https://img.wattpad.com/cover/234751173-288-k854714.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MaSa : DÉJÀ VU [END]
Teen FictionKita berada di masa yang sama. Kita berada di belahan dunia yang sama pula. Kita juga berada di alam yang sama. Tetapi, engkau sangat sulit untuk menampakkan wajah di depanku? Apakah perlu aku mencarimu? Atau aku hanya perlu menunggumu? Kita hanya p...