"Ma! Kamera aku kemana?" tanya May menggelegar di siang bolong seperti ini.
"Di ruang tamu, tadi dipake foto arisan," sahut Mama dari dalam kamar.
"Kebiasaan," gumam May dan berjalan mengambil kamera yang tergeletak di meja ruang tamu. "Untung nggak dicolong orang."
May segera mengambil kameranya dan menuju kamar untuk unboxing masker wajah yang dibelinya beberapa hari lalu. Ia segera menyalakan kamera dan memulai opening-nya. Belum sempat ia menggunting bungkus paketnya, ponselnya berdering.
Ia mengumpat dan mengangkat telepon yang ternyata dari Farhan. "Ada apa?"
[Bisa ketemuan?]
"Agak nanti." May segera mematikan sambungannya dan kembali duduk dan melanjutkan videonya.
Dengan telaten May memperlihatkan satu persatu masker wajah yang baru saja dibukanya. Tak lama kemudian ponselnya kembali berdering membuat May juga kembali mengumpat.
"Anj*ng! Bisa nggak sih nggak ganggu orang sehari aja?!"
May mengacuhkan seseorang yang meneleponnya. Ia masih melanjutkan videonya dan mematikan nada dering ponselnya. Setelah ia selesai membuat video unboxing-nya, ia mengecek siapa gerangan yang mengganggunya.
Sudah May duga jika pelakunya adalah Farhan. Ia mengacuhkannya dan lebih memilih melihat video yang tadi dibuatnya. Tetapi, bukan Farhan jika tidak menggangu. Ia tetap menelepon May sampai May mengangkatnya.
"Apa?"
[Aku jemput ya]
"Iya, terserah," sahut May kemudian mematikan sambungannya. Ia segera bersiap untuk bertemu Farhan, sebenarnya ia malas keluar hari ini.
May hari ini memakai terusan selutut bercorak hawai dan sepatu kets putihnya. Rambutnya tetap di gerai tanpa hiasan. Ia segera berpamitan dan keluar rumah. Di luar, matanya sudah menangkap sosok Farhan yang masih di motornya.
"Dari tadi?" tanya May sedikit syok. Bagaimana tidak? Ia khawatir jika Farhan benar-benar datang dari tadi.
"Ngga, baru aja."
Tanpa menunggu aba-aba dari Farhan, May langsung menaiki jok belakang. Farhan langsung melajukan motornya ke arah yang dituju. Ia hanya akan mengajak May ke warung bakso kesukaan May.
"Gimana?" tanya Farhan saat ia menghentikan motornya di depan warung baksonya.
Dengan antusias May menganggukkan kepalanya. Bakso memanglah makanan favoritnya. Ia segera turun dari motor dan melenggang memasuki warungnya meninggalkan Farhan yang masih memarkirkan motor.
"Bakso biasa, Han?" tanya May.
"Aku mie ayam aja, sama teh anget," ucap Farhan dan duduk di salah satu kursi.
May kembali setelah ia mengucapkan pesanannya. Sebenarnya, hatinya masih terbuka secuil untuk Farhan, tetapi, egonya lebih mendominasi hatinya. Hatinya sudah keras, bagai batu.
"Ada apa sih, Han?" tanya May kebingungan setelah selama lima menit lebih Farhan terdiam sambil melamun menatap ibu-ibu yang sedang menyiapkan pesanan mereka.
"Eh, nggak kok, May," kekeh Farhan.
Pesanan mereka sudah datang, May segera mengambil semangkuk baksonya dan segera melahapnya. Ia memang sangat suka dengan bakso. Jikalau boleh memakan bakso setiap saat, bahkan setiap hari, May tentu akan melakukannya.
Dalam urusan memakan bakso, May lah yang menang. Ia menghabiskan makanannya lebih dahulu daripada Farhan. Ia menyesap es jeruknya dan mengambil ponselnya yang berada di dalam tas untuk dipakai bercermin.
"Jadi, aku itu minta maaf, May," ungkap Farhan setelah ia menyelsaikan makan mie ayamnya.
"Kan aku udah maafin," ucap May tanpa mengalihkan kegiatannya.
"Tapi, aku masih merasa bersalah sama kamu," ucap Farhan penuh sesal. Dirinya sangat ingin menggenggam jemari May.
Farhan berdiri dan bersujud di kaki May. Seketika mereka menjadi bahan tontonan seisi warung. Mata May berkilat marah, tetapi ia juga iba kepada Farhan. Alhasil ia menarik tangan Farhan dan dipaksanya berdiri.
"Han, udah. Aku udah maafin lo kok," ucap May setelah Farhan kembali ke tempat duduknya. "Lo udah nggak punya salah lagi sama gue, semuanya udah tuntas, Han."
Farhan mendesah pelan dan mengiyakan ucapan May. Tetapi, masih ada rasa mengganjal dalam hatinya. Mungkin, karena ia bersalah telah menduakan perasaan May. Ia menarik tangan May dan menciumnya pelan.
"Thanks my ex girlfriend," ucap Farhan.
May segera menarik tangannya dan terkejut. "Apaan sih?"
Farhan hanya menjawab pertanyaan May dengan kekehan, tidak lebih. Ia menghargai perasaan May, walau masih ada sedikit harapan di dalam hati Farhan. Jika saja, ia tidak melakukan kesalan waktu itu, mungkin---
"Han, anterin ke sekolah bisa?" tanya May sambil jemarinya mengetik dengan cepat di ponselnya.
"Iya, bisa, bayar dulu," ucap Farhan dan berjalan menuju kasir.
Saat mereka keluar, May langsung bertanya berapa harga baksonya tadi. Farhan langsung tersenyum dan menjawab, "Gue traktir, khusus."
Sesampainyadi sekolah, May langsung berterima kasih kepada Farhan dan berlari menuju ruang osis. Ia lupa jika harus rapat hari ini, ia malah sibuk membuat video dan memakan bakso bersama Farhan.
"Gais, gue lupa!" teriak May saat ia membuka pintu ruangan.
"Nggak apa-apa, ini juga belum lengkap, nunggu lengkap dulu aja," ucap Nabil.
May mendesah lega dan duduk di samping temannya. Ia mengibaskan telapak tangannya untuk mendapatkan sedikit angin. Tenaganya cukup terkuras karena berlari dari gerbang sampai ruang osis.
"Oke, jadi acaranya itu diselenggarakan besok, tepatnya hari Senin. Jadi, buat kalian yang termasuk pengurus, harap hadir sebelum waktu yang ditentukan," jelas Nabil.
Kini, giliran May yang maju untuk berbicara. Ia hanya menjelaskan beberapa bagian penting saja. Tidak perlu banyak waktu untuk berbicara.
"Untuk konsumsi, udah diurus sama katering Mamanya Gina, thanks ya, Gin. Dan untuk bannernya juga udah diurus sama percetakan milik Jio. Pokoknya, kita harus jadi partner yang solid supaya sekolah kita nggak mengecewakan," jelas May. "Dan, untuk besok, kita berpakaian seragam osis biasanya dengan almamater milik osis, jelas? Abis ini gue mau liat pramukanya."
Semua pengurus berkoar 'jelas' pada May yang sudah selesai menjelaskan beberapa bagian pentingnya. Ia sangat berterima kasih kepada semuanya, jika tidak, acara besok adalah acara paling buruk.
"Gimana? Pramukanya udah siap?" tanya May.
"Udah, tinggal pemantapan aja," jawab Rahma, selaku salah satu anggota yang mengikuti lomba tersebut.
"Keysip, aku kesana ya. Besok jangan ada yang telat, beri sambutan baik kepada sekolah yang datang, meski mereka musuh kalian, tetap dihormati, oke?"
"Siap!" koor anak pramuka yang tengah melakukan latihan.
May berjalan menjauhi lapangan yang digunakan latihan anak pramuka menuju kantin untuk membeli segelas es teh. Tenggorokannya terlalu kering setelah menjelaskan dan berteriak saat di ruang osis tadi.
"May, kamu beli apa?" tanya Nuha.
"Es teh," jawab May singkat dan mengalihkan pandangannya ke samping kantin. Sawah. Sangat menyejukkan mata May yang lelah saat ini.
Ia harap jika acara besok akan berjalan lancar. Dirinya terlalu lelah jika acaranya tidak berjalan lancar. Ia sudah berupaya sebisa mungkin dan sesingkat mungkin untuk acara hari besok. Ia juga berharap jika sekolahnya akan menang.
![](https://img.wattpad.com/cover/234751173-288-k854714.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MaSa : DÉJÀ VU [END]
Teen FictionKita berada di masa yang sama. Kita berada di belahan dunia yang sama pula. Kita juga berada di alam yang sama. Tetapi, engkau sangat sulit untuk menampakkan wajah di depanku? Apakah perlu aku mencarimu? Atau aku hanya perlu menunggumu? Kita hanya p...