Dua Belas

753 145 7
                                    

Setelah menyuruh Talitha untuk pergi bersembunyi, Taehyung pun membuka pintu. Dengan penampilan yang sedikit lusuh, Nyonya Choi memberikan senyuman kecil untuknya.

"Apa saya mengganggu?"

"Apa maksud Anda? Tentu saja tidak."

Nyonya Choi berjalan masuk tanpa ragu dan menduduki sofa yang telah tersedia di ruang tamu. Sedangkan Taehyung menyibukkan diri untuk menyeduh teh di dapur.

"Tadinya saya lewat dan tidak sengaja melihat mobilmu terparkir di luar. Jadi saya memutuskan untuk mampir sebentar."

"Oh, iya. Saya terburu-buru kembali ke sini karena ada barang yang tertinggal. Itu sebabnya, mobil saya tidak sempat saya parkir di dalam."

"Berarti saya tidak bisa berlama-lama di sini, ya?" Nyonya Choi lagi-lagi bertanya dengan senyuman yang terlihat dipaksakan.

Taehyung berjalan ke ruang tamu dengan secangkir teh hangat. Ia membalas senyuman Nyonya Choi dengan nyaman.

"Saya bisa memundurkan jadwal jika Anda ingin lebih lama di sini," jawab Taehyung sembari mengambil duduk di depan Nyonya Choi.

"Ngomong-ngomong, kenapa Anda tidak mengabari saya mengenai perpindahan rumah?"

Taehyung tahu bahwa Nyonya Choi merasa sedikit terganggu dengan pertanyaannya, karena wanita paruh baya tersebut tengah berusaha untuk terlihat tenang.

"Saya hanya tidak enak saja jika harus merepotkanmu terus, Taehyung. Nyonya Song juga mengabarkan tentang beliau yang memberikanmu alamat baru saya."

Walaupun terdengar mulus, Taehyung paham bahwa Nyonya Choi tengah menginterogasinya secara tidak langsung. Tentu saja ia mencurigai pria tersebut. Karena hari di mana Nyonya Song memberikannya alamat baru, adalah hari yang sama ketika Talitha berhasil melarikan diri.

"Benar. Nyonya Song sempat memberikan saya alamat baru Anda. Namun saat itu sudah malam dan saya takut mengganggu Anda yang sedang beristirahat. Jadi, saya memutuskan untuk mengunjungi Anda beberapa hari ke depan."

Nyonya Choi bergerak untuk menyeruput teh yang diseduh oleh Taehyung, sebelum kembali membuka suara.

"Jadi, waktu itu kamu tidak jadi mengunjungi saya karena takut mengganggu, ya? Syukurlah, kalau kamu masih sempat memikirkan keadaan saya."

"Maaf. Seharusnya saya yang mengunjungi Anda terlebih dahulu. Saya jadi tidak enak karena Anda datang mengunjungi saya seperti ini."

Lagi-lagi nyonya Choi tersenyum. "Jangan merasa tidak enak, anak muda."

"Karena sudah lama tidak mengunjungi rumahmu, apa saya boleh berkeliling sebentar?"

Nyonya Choi memang sering dipuji akan trik bercakapnya ketika masih aktif di dunia bisnis. Dan ternyata, keahliannya itu masih membekas sampai sekarang.

"Tentu saja."

Jika Nyonya Choi berharap ia akan menemukan jejak Talitha di rumah Taehyung, dirinya salah besar. Pria tersebut tidaklah sebodoh yang ia pikirkan. Tentu saja Taehyung sudah memastikan bahwa Talitha telah berada di tempat yang aman dan betul-betul tidak akan mudah untuk ditemukan.

Satu-satunya ekspresi yang dapat diungkapkan olehnya, hanyalah tersenyum kecil ketika wanita paruh baya tersebut membelakanginya.

. . .

"Jadi, kau tidak mendapatkan petunjuk sama sekali?"

Talitha mencairkan suasana dengan melontarkan pertanyaan yang telah ia tahu jawabannya.

Setelah Nyonya Choi pamit, pria yang saat ini sedang duduk di hadapannya terlihat lebih diam dari biasanya. Tentu saja Taehyung tahu bahwa Nyonya Choi sedang mencurigainya, dan pasti akan terus mengawasinya.

"Lagi pula, kenapa kau menyuruhku bersembunyi tadi? Seharusnya kita langsung mengurungnya di sini dan menyiksanya sampai dia buka mulut tentang si medium yang kita cari itu."

Taehyung menatapnya. "Kau ingin tahu alasannya?"

"Pertama, aku tidak ingin mengotori tanganku untuk menyiksa wanita. Kedua, dia pasti tidak akan dengan mudah mengakui perbuatannya. Dan ketiga, aku takut kau tidak sengaja membunuhnya."

Talitha tersenyum simpul mendengar balasan teman serumahnya. Karena menurutnya, itu adalah hal yang mungkin saja terjadi.

"Kau tidak marah? Padahal aku sudah berjanji untuk membantumu. Tapi ternyata tidak segampang yang kupikirkan," ujar Taehyung, sembari mengarahkan kedua matanya untuk mengapresiasi bibir Talitha yang tersungging lembut.

"Lagi pula ini baru beberapa hari sejak kita bertemu, dan aku tidak yakin bisa menemukan orang lain yang akan membantuku dengan tulus. Jadi untuk sementara, kau akan terjebak denganku, Kim Taehyung."

Wajah Taehyung tiba-tiba memanas. Ia segera menempelkan tangannya pada wajah untuk menutupi setengah mukanya yang memerah. Dasar gila, bisa-bisanya ia tersipu hanya karena omongan sepele dari si satan yang tersasar itu. Bahkan Taehyung sendiri tidak mengerti kenapa akhir-akhir ini dirinya semakin luluh dengan Talitha.

Wanita tersebut menempati tubuh tunangannya. Seharusnya dirinya dapat memperlakukannya dengan cuek, persis seperti yang selalu dilakukannya pada A-Yeong. Namun saat ini kenapa dirinya seolah-olah merasa telah tertarik pada makhluk yang bahkan bukan manusia itu?

Suasana kembali didominasi oleh lagu Unchained Melody yang dinyanyikan oleh Righteous Brothers yang terputar di belakang. Keduanya hanya menyantap makan malam tanpa berbincang-bincang karena mereka tenggelam pada pikiran masing-masing. Sejenak, hanya terdengar suara dentingan pelan antara peralatan makan.

"Jadi kapan aku bisa makan makanan lain selain bubur?"

"Jika kau sudah benar-benar sehat."

"Apa kau tidak bisa memberikanku sedikit sekarang? Sedikit saja."

"Tidak."

"Ayolah, jangan pelit begitu. Kan aku mintanya hanya sedikit."

"Tidak."

"Dasar kutu busuk!"

"A--apa? Apa kau baru saja memanggilku kutu busuk?"

Taehyung menjilati bagian dalam pipinya, kesal melihat Talitha yang menganggukkan kepalanya sembari menyantap bubur buatannya dengan jengkel. Pria itu lalu meraih segelas air putih untuk diteguknya.

"Malam ini temani aku tidur lagi, ya."

Tersedak karena mendengar permintaan Talitha, Taehyung menyemburkan keluar air yang belum sempat ia telan. Percikan air itu mengenai Talitha yang tengah duduk di hadapannya. Sedangkan Taehyung terbatuk-batuk hingga wajahnya kembali memerah.

"Kau tidak berpikir yang tidak-tidak kan, Tuan Kim Taehyung?" Talitha bertanya, mencoba untuk menahan emosinya karena harus kembali mengganti baju.

"Ten--tentu saja tidak!"

"Baguslah," balas Talitha.

"Karena mulai hari ini, kau harus terbiasa dengan permintaanku."

to be continued...

Author's note :

Karena mungkin masih ada kekurangan dalam penulisan atau alur yang kurang menarik, saya selalu menerima saran dan masukan. Namun, saya akan merasa sangat lega jika tulisan ini telah dianggap berada di atas ekspektasi para pembaca. Dengan memberikan vote, saya menganggap para pembaca telah mendukung perkembangan cerita ini untuk menjadi lebih baik lagi.

Salam cinta,
MilkyWayCreature

The Devil Bride to Be | KTH ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang