Tiga Puluh Delapan

405 64 3
                                    

Talitha terbangun ketika kupingnya menangkap suara bising dari luar. Walaupun penglihatannya tidak bermasalah, ia dapat merasakan kedua matanya yang sembap setelah tangisan tadi malam. Wanita tersebut melihat sekitar dan hanya menemukan selimut Taehyung yang tidak terlipat di atas kursi. Ternyata, mereka berdua terlelap di gubuk kecil milik Min Yoongi.

Tungku perapian yang menyala panas tadi malam menyisakan abu kayu yang aromanya samar-samar masih tercium. Ingatan akan kejadian semalam terputar kembali di kepalanya. Bulu kuduknya kembali menegak, seolah-olah kulitnya masih dimanjakan oleh sentuhan seorang Kim Taehyung.

Talitha menggigit bibir bawahnya, merasakan nikmatnya gelora yang tidak dapat ia ungkapkan. Wanita tersebut kemudian menatap kedua tangannya yang berhasil meraba dada telanjang Taehyung tadi malam. Ia mengingat bagaimana otot-otot padat itu berkedut penuh hasrat, sedikit licin karena keringat yang muncul mendadak. Kemudian debaran jantung Taehyung yang terburu-buru itu, membuat Talitha meraba dadanya sendiri dengan keras.

Taehyung yang tiba-tiba berjalan keluar dari dalam pun terpatung di ruang tamu. Taehyung dan Talitha menatap satu sama lain untuk sesaat, kemudian membuang tatapan mereka ke arah lain begitu saja. Tampaknya, mereka berdua merasa malu.

Yoongi yang mendadak masuk sambil memeluk beberapa potong kayu bakar pun hanya bisa melihat mereka dengan jengkel.

"Aku benar-benar akan menagih uang inap kalau kalian tidak cepat-cepat pergi dari sini."

. . .

Di perjalanan pulang, telah diduga, suasana terasa hening. Sepertinya, kedua orang itu saling menunggu salah satu dari mereka untuk mengawali pembicaraan. Itu sebabnya Talitha mengambil inisiatif tersebut tanpa diperintah.

"Bagaimana dengan lukamu?"

Taehyung menyempatkan diri untuk melihat Talitha sebentar, canggung.

"Su--sudah lebih baik, berkatmu," jawabnya sedikit tergagap-gagap.

Tawa yang ditahan oleh wanita tersebut pecah. Talitha tidak mengira bahwa Taehyung memiliki sisi yang menggemaskan seperti itu. Padahal pria tersebut terlihat begitu jantan tadi malam. Namun, bibir yang terangkat itu kembali netral.

"Saat pertama kali membuka mataku di dunia ini, aku sudah berpikir bagaimana caranya agar aku bisa kembali," ujar Talitha.

Wanita tersebut hanya menunduk, memperhatikan luka-luka kecil bekas pemakaian heels di punggung kakinya.

"Seolah-olah, kembali ke dunia asalku adalah satu-satunya tujuanku di kehidupan ini," ia melanjutkan.

"Itu sebabnya aku gusar ketika wujud asliku tiba-tiba muncul dan beradaptasi layaknya manusia. Karena aku berpikir, aku sudah tidak akan pernah bisa kembali. Jadi aku berusaha menyangkal perasaanmu padaku."

Talitha pun menoleh untuk menatap Taehyung.

"Kau bertanya padaku, kan? Apa kau tidak cukup menjadi alasanku untuk tetap berada di dunia ini?"

Taehyung menelan saliva-nya pelan. Kedua matanya masih fokus pada jalanan kecil, namun gelisah akan kalimat Talitha yang selanjutnya.

"Lebih dari cukup," ujar wanita tersebut jelas.

Pedal rem yang diinjak mendadak oleh Taehyung, berhasil membuat mereka berdua sedikit terdorong ke depan. Pria itu lantas menatap Talitha dalam kesunyian.

"Setelah dipikirkan kembali, sepertinya bukan hanya perasaanmu yang kusangkal. Karena sering kali, aku juga menyangkal perasaanku sendiri padamu."

Kedua tangan Talitha terkepal erat.

The Devil Bride to Be | KTH ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang