Empat Puluh Lima

442 64 5
                                    

Talitha menatap Taehyung yang juga sedang menatapnya saat ini. Mereka dapat mendengar suara tenggakan air putih yang keras dari Kang Yoomi, seolah-olah sudah berhari-hari dirinya tidak melepaskan dahaga. Botol dari air putih yang telah ia habiskan pun langsung di remas begitu saja olehnya hingga kempes. Suara yang besar itu mengagetkan Talitha yang telah berganti baju sebelum mempersilakan Yoomi masuk ke dalam rumah. Bahkan kekasihnya sendiri tidak jadi berangkat ke kantor pagi ini.

"Menyedihkan," sahut Yoomi keras.

"Apanya yang menyedihkan?" balas Taehyung singkat.

Adik sepupunya menutup pintu kulkas dengan sedikit keras. Kang Yoomi terlihat tangguh dengan rambut pendek ala pria maskulin. Kedua hoop earrings-nya berhasil membantunya memancarkan sedikit aura feminin walaupun terlihat tomboi. Bentuk badannya tampak jangkung, sedikit lebih tinggi dari Talitha namun lebih rendah dari Taehyung. Sebagian besar ototnya kelihatan, tapi tidak berlebihan. Warna kulitnya sawo matang, tidak berarti tidak terawat, malah terlihat seksi dengan tambahan sebuah tato bulan sabit pada bisep kanannya.

"Apa lagi?" pekiknya.

"Aku menyedihkan!"

"Padahal sudah kuingatkan untuk berhenti minum karena pacar berengsekmu itu," celetuk Taehyung.

"Mantan pacar!" ralat Yoomi.

Wanita tangguh itu mendengus keras. "Apa pria itu bahkan pantas dianggap sebagai seorang mantan?"

Ia membuang ludahnya ke bak cuci piring. "Dasar sampah."

Talitha yang sedari tadi hanya berdiam diri pun sadar akan kepribadian kasar dari Kang Yoomi. Mungkin sedikit lebih kasar darinya atau bahkan, jauh lebih kasar darinya.

"Aku tidak akan kembali ke Canada sebelum mematahkan tulang rusuknya."

Nama Kang Yoomi barangkali terdengar terlalu halus untuk wanita yang kuat sepertinya. Saat kedua matanya bertemu dengan Talitha, ia memperhatikannya dari atas hingga bawah, bahkan tidak melewatkan satu tahi lalat pun.

"Eonnie, aku mau sup pereda mabuk, sekarang."

Wanita itu lantas meloncati top table dapur sebagai jalan pintas sebelum mendapatkan jawaban dari kekasih abang sepupunya.

"Apa?" balas Talitha telat, sedikit tidak menerima sikap kasarnya.

"Dia bukan pembantu," sahut Taehyung.

Yoomi menoleh ke arah mereka berdua ketika dirinya telah menduduki sofa.

"Memangnya hanya pembantu yang bisa buat sup pereda mabuk?" tukasnya.

"Kalau begitu, lupakan. Aku sudah merasa lebih baik setelah memaki si sampah yang tidak bisa didaur ulang itu."

Taehyung lalu menangkap pergelangan tangan Talitha untuk dibawa bersamanya ke ruang tamu. Mereka duduk berhadapan dengan Yoomi yang sedang melahap sebungkus keripik kentang di sana. Satu kakinya terangkat di atas sofa.

"Kurasa aku tahu kenapa dia selalu menghindar walaupun sudah kuajak untuk berbicara baik-baik," tutur Taehyung.

"Kenapa?" Yoomi bertanya balik.

"Kenapa lagi? Kau bahkan hampir dipenjarakan sewaktu masih bersekolah dulu karena memukulinya."

"Apa secara tidak langsung, oppa menganggap kepribadianku buruk? Aku memukulinya karena dia yang memukuliku duluan. Lagi pula kenapa malah aku yang hampir dipenjarakan? Dasar kapitalisme sialan!"

"Lalu kenapa kau masih berpacaran dengannya setelah itu?"

Yoomi berhenti mengambil camilannya dan untuk sesaat, ia terlihat tersesat dalam pikirannya. Taehyung tidak bermaksud untuk memojokinya dengan pertanyaan seperti itu. Namun, pria tersebut juga tidak dapat menahan kejengkelannya. Untung saja selama ini Yoomi memiliki kemampuan untuk membalas kekerasan dari mantan kekasihnya. Jika tidak, ia tidak tahu apa yang akan terjadi.

The Devil Bride to Be | KTH ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang