Tiga Puluh Satu

420 79 2
                                    

Talitha tidak dapat menahan untuk tidak membelalakkan kedua matanya.

"Tunggu, bagaimana kau bisa tahu?"

Pria itu lagi-lagi melahap red velvet-nya sebelum meladeni Talitha.

"Siapa namamu?"

Talitha menampar meja dengan keras secara tidak sadar. "Apa sekarang waktunya saling berkenalan?"

"Aku tanya bagaimana kau bisa tahu."

"J-Hope oppa?"

Pria itu menoleh, mendapati tiga gadis remaja yang menaruh perhatian mereka padanya. Salah satu dari mereka mulai mengeluarkan ponsel dari sakunya. Dari bisik-bisikan yang terdengar itu, saat ini hampir sebagian pengunjung kedai kopi yang tidak terlalu ramai itu mencurigai kehadirannya.

Ia menyeruput americano-nya dengan cepat untuk menghabiskannya. Namun membiarkan red velvet-nya yang masih tersisa setengah.

"Berapa tinggimu?"

Talitha yang mulai menyadari situasi pun menjadi sedikit was-was.

"Apa kau bisa berhenti bertanya pertanyaan aneh? Sekarang bukan situasi untuk saling mengenal lebih dalam."

"Tidak, aku serius. Tapi kelihatannya kau tidak terlalu tinggi."

Talitha menundukkan kepalanya kesal setelah mendapatkan pujian yang tidak terdengar seperti pujian itu.

"Apa kau punya asma?"

"Apa??? Pertanyaan macam a--"

Ucapan Talitha terputus ketika pria itu memotongnya tiba-tiba.

"Aku harap tidak."

Pria itu mendadak membantunya mengencangkan topi dengan sedikit ditarik ke bawah untuk menghindari jepretan para pelanggan sebelum tangan kirinya ditarik paksa untuk kabur dari kedai kopi.

Talitha dibuat terkejut dengan kumpulan orang-orang yang tengah mengejar mereka saat ini. Beberapa di antara mereka berteriak tidak jelas.

Di depannya, ia mendapati sosok pria misterius itu masih menggenggam tangan kirinya kuat. Langkahannya tidak selebar panjang kakinya karena ia berusaha untuk menyesuaikan langkahnya Talitha.

Walaupun terjebak dalam situasi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, anehnya Talitha tidak merasa khawatir.

"Ternyata kau tidak serendah yang kupikirkan."

Talitha mengernyitkan kedua alisnya emosi.

"Kau masih bisa bilang begitu di situasi seperti ini?!!!"

Mereka berdua terengah-engah namun belum dapat menghentikan kaki mereka begitu saja.

"Kau percaya padaku?"

Talitha lagi-lagi mengeluarkan raut wajah kesalnya terang-terangan.

"Apa kau gila?! Siapa yang bisa percaya begitu saja pada orang yang baru saja ia temui?!"

"Yah, terserah, deh."

Pria itu menerobos jalur penyeberangan yang tanda hijaunya telah berkedip-kedip. Talitha yang tidak dapat menghindari keputusan itu pun hanya bisa menutup kedua matanya dengan erat sembari berdoa agar dirinya tidak tertabrak kendaraan.

Ketika membuka matanya kembali, ia menyadari pria aneh itu telah sedikit melambatkan kakinya. Gerombolan orang-orang tadi tertinggal di belakang karena tidak berhasil melewati jalur penyeberangan yang tandanya telah berubah menjadi merah.

Pria itu tertawa terbahak-bahak dan berhenti di sebuah lorong kecil yang gelap dan sepi. Talitha menatapnya dengan napas yang tidak teratur.

"Dasar--setan, kenapa kau--menarikku--ke situasi--seperti ini?!"

The Devil Bride to Be | KTH ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang