Empat Puluh Empat

447 63 7
                                    

Mencium aroma harum yang datang dari dapur, Talitha menyadari bahwa dirinya baru saja terbangun dari tidurnya. Tangan kanan yang menyapu sebelah kasur yang kosong, membuatnya membuka kedua mata seketika. Tubuhnya yang tidak terbalut apa pun terbungkus dalam sebuah selimut lembut. Seketika, ingatan panas semalam menghujaninya dengan begitu cepat.

Wajahnya memerah. Tadi malam merupakan pengalaman pertamanya bersama Taehyung sejak mereka menjadi sepasang kekasih. Talitha tidak menduga bahwa hal tersebut akan terjadi padanya begitu saja tanpa persiapan apa pun. Ia lalu menendang-nendang kedua kakinya di balik selimut.

Oh, sensasi yang ia dapatkan ketika Taehyung membisikkan kalimat yang berhasil melelehkannya tadi malam.

"Aku mencintaimu."

Kalimat tersebut terus terngiang-ngiang di kepalanya. Ia tidak dapat berhenti tersenyum dengan sendirinya. Namun setelah benar-benar memulihkan otaknya, wanita tersebut terkesiap.

"Semalam, apa aku hampir membunuhnya karena salah paham?!"

Ia mengetuk kepalanya sendiri agak keras, kemudian mulai mengutuk diri sendiri.

"Bodoh! Seharusnya sesuai nasihat Deon, aku menanyainya langsung saja! Gila! Gila!!"

"Lagi pula, kenapa adik sepupunya mengucapkan sesuatu yang mencurigakan seperti itu? Aduh, urat maluku!!!"

Mendengar pintu kamar yang terbuka, Talitha dengan refleks, menutup seluruh tubuhnya dengan selimut dan berpura-pura untuk masih tertidur. Beberapa saat kemudian, ia dapat merasakan eksistensi Taehyung di sampingnya. Pria tersebut duduk menghadapnya dan mencoba untuk membuka selimut yang menutupinya. Tapi Talitha malah menahannya dari dalam.

"Aku, masih ingin tidur lebih lama lagi," jelasnya.

"Litha, semakin lama sandiwaramu semakin buruk. Berhenti berbohong dan bangunlah."

"Aku tidak sedang berbohong, tuh."

"Walaupun begitu, ayo bangun dan makan sarapanmu. Aku sudah membuatkan bubur untukmu."

Talitha membuka sedikit selimutnya dari atas, memperlihatkan kedua matanya yang menatap Taehyung dengan malu-malu. Kekasihnya terlihat sederhana dengan sebuah kaus abu-abu dan celana jogger. Rambutnya tidak tersisir dengan begitu rapi, dan senyuman manis itu kembali membuat Talitha berdebar. Wanita itu bergerak untuk mengistirahatkan punggungnya di papan kasur dengan pelan, mengingat tubuhnya akan nyeri jika digerakkan terlalu kuat.

Taehyung kemudian memeluknya sejenak, membuat kepala Talitha bersandar pada bahunya secara spontan. Pelukan tersebut terasa singkat ketika pria itu menarik diri untuk mengecup kening Talitha sekali.

"Matamu masih sembap," bisiknya.

"Lalu apa? Kau mau bilang aku jelek, begitu?"

Taehyung pun tertawa kecil sambil mencubit hidung Talitha dengan pelan.

"Aku tidak pernah menganggapmu jelek, tuh," si pria membela diri sembari mengambil semangkuk bubur yang telah ia letakkan di atas meja saat memasuki kamar tadi.

"Biarkan aku yang menyuapimu," tambahnya kecil.

Talitha memperhatikan bibir kekasihnya yang sedang mengerucut untuk meniup bubur yang telah berada di atas sendok. Bibir itu, miliknya. Tangan kiri yang menahan beban mangkuk bubur itu pun terlihat kekar. Tangan itu, juga miliknya. Pria itu memang benar miliknya.

Wanita tersebut lantas tersenyum simpul.

"Aku jadi ingat kali pertama mencicipi buburmu."

Pria itu membalas senyumannya. "Apa sekarang waktunya untuk bernostalgia?"

The Devil Bride to Be | KTH ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang