Istana mengadakan sebuah perayaan tahunan. Seluruh keluarga kerajaan, baik yang tinggal di istana, maupun di luar istana, juga para besan raja wajib hadir. Keluarga Tuan Im juga datang. Nyonya Kim berdandan secantik mungkin, tak lupa mengenakan norigae kupu-kupu emas pemberian Yeon Ae. Dia ingin pamer dengan istri-istri manteri lainnya.
Selama ini Nyonya Kim selalu terbelakang dalam hal fashion. Posisi suaminya yang hanya pejabat tingkat menengah, membuatnya tak dapat memiliki pakaian dan perhiasan yang mewah dan berkelas. Padahal sebenarnya pakaian dan perhiasan yang ia miliki sudah bagus dan mahal, tapi ia ingin yang lebih mahal lagi.
"Wah, norigae yang bagus. Lihatlah permata biru di bagian sayapnya, ini sangat langka!" Puji Nyonya Han.
"Ah, terima kasih. Puteriku yang memberikannya kepadaku."
"Puterimu?" Tanya Nyonya Oh.
"Yang baru menjadi selir Raja itu," jelas Nyonya Han.
Nyonya Kim mengangguk bangga.
Nyonya Oh mencibir, "padahal dulu kau tidak pernah mengakuinya."
Nyonya Han menyenggol Nyonya Oh agar tidak membuat Nyonya Han tersinggung.
Sebuah bahak tawa membuat tiga wanita itu menoleh kepada Nyonya Ahn, isteri Perdana Menteri Hong, yang dikelilingi oleh para wanita lain.
"Diberi perhiasan bekas oleh selir raja, kau sudah sangat senang. Statusnya memang bangsawan, tapi kelakuannya seperti rakyat jelata."
"Apa?" Nyonya Kim melotot marah.
"Kelihatan sekali, kau pasti memohon-mohon kepada anak tirimu itu untuk memberikan perhiasannya kepadamu. Tidak tahu malu."
Nyonya Kim sudah ingin menjambak konde wanita tua itu, namun dua temannya menahannya. Ia pun sadar, bahwa mereka kini sedang berada di istana. Ia tak ingin membuat keributan dan menyulitkan Yeon Ae. Jika Yeon Ae kena masalah, dia juga yang akan rugi.
"Biarkan saja, mungkin dia iri karena tidak punya puteri sebaik puterimu," Nyonya Han menenangkan.
Acara pun dimulai, menghentikan perang kekayaan antar istri-istri pejabat itu. Semua menunduk saat Raja melangkah menuju podium, diikuti Ratu selangkah di belakangnya. Para selir mengekor di belakang mereka, lalu duduk di tempat masing-masing. Dari kursinya, Yeon Ae melirik tajam ke arah Tuan Im dan Nyonya Kim. Tuan Kim memang selalu mengajak istri keduanya ke acara-acara khusus daripada istri pertamanya.
Sebulan setelah Yeon Ae menjadi selir, istana juga mengadakan sebuah acara keluarga. Saat itu Yeon Ae berharap ayahnya mengajak ibunya, tetapi lagi-lagi ia mengajak istri keduanya. Dan hari itu, Nyonya Shin pergi ke kuil, yang menyebabkannya meninggal karena jatuh dari tangga kuil.
Usai acara, Yeon Ae menghampiri ayahnya yang sedang menyuruh ibu tirinya untuk pulang lebih dulu, karena dia masih harus menyelesaikan pekerjaannya. Yeon Ae mengajak ibu tirinya untuk makan malam di kediamannya, selagi menunggu ayah selesai bekerja. Tentu saja ini disambut antusias oleh Nyonya Kim.
Yeon Ae mengganti pakaian formalnya terlebih dulu, sementara Nyonya Kim menunggu di ruang makan. Sebelum keluar dari kamar, ia melewati meja rias dan berhenti sebentar. Ia menghampiri meja itu, meraih jepit bunga mutiara hitam. Ia mengganti jepit bunga emas yang tersemat di sisi kepalanya dengan bunga mutiara itu.
Aneka hidangan mewah dan menggiurkan telah tersaji di meja makan. Ibu dan anak tiri itu mulai makan dalam keheningan, bahkan sumpit perak tak berdenting di mangkuk porselen.
Yeon Ae meletakkan sepotong ayam rebus di atas mangkuk Nyonya Kim, "makan yang banyak, tidak usah malu-malu. Anda juga masih menyusui Deok Han, bukan, Ibu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Concubine (Complete)
Historical FictionAku ingin menjadi kupu-kupu, yang kini sedang hinggap di atas telapak tanganku, lalu kembali terbang menuju taman bunga untuk menghisap madu. Aku ingin menjadi burung pipit, yang sedang bernyanyi di atas pohon tempatku berdiri di bawah rimbunan daun...