Yeon Ae berlutut hormat kepada Ratu Hong yang sedang duduk sambil menggoyang-goyangkan boks bayi di sampingnya, di mana bayi lelakinya sedang terlelap. Dayang Min kemudian menyerahkan berbagai hadiah untuk Ratu dan Pangeran kecil.
"Maaf, Jungjeon-mama, saya baru bisa menjenguk Pangeran sekarang. Saya yang selama ini merawat Park Hui-bin-mama sampai beliau wafat, juga membantu pemakamannya, sehingga saya khawatir hal-hal buruk akan mengikuti saya jika saya kembali ke istana. Jadi saya menyucikan diri terlebih dulu di kuil."
Ratu mengangguk mengerti, "terima kasih atas perhatianmu."
Ratu mendesah pelan, "aku sedikit merasa bersalah, aku tertawa bahagia di saat temanku meninggal. Aku tidak dapat menghadiri pemakamannya, maupun mengenang kematiannya tahun depan. Siapakah yang patut di salahkan, dia yang meninggal di hari kelahiran puteraku, atau puteraku lahir di hari kematiannya?"
"Tentu saja tidak ada yang patut disalahkan, Mama. Semuanya sudah suratan takdir. Anda tidak perlu merasa bersalah. Park Hui-bin-mama pasti juga turut bahagia mengetahui anda melahirkan putera anda dengan selamat."
"Park Hui-bin sangat beruntung memiliki teman sepertimu, Im Sowon. Kuharap kita juga bisa berteman."
"Iya, Mama," jawab Yeon Ae dengan canggung.
Ratu Hong tersenyum tipis, "aku tidak pernah benar-benar punya teman yang tulus dan setia. Memang para selir menempel kepadaku, tetapi mereka hanya menjilatku demi posisi dan kekuasaan. Aku pun tak bisa sembarangan berteman. Aku selalu mencurigai semua orang. Hanya Park Hui-bin yang pernah menjadi teman akrabku, tetapi tiba-tiba dia menjauh, entah mengapa. Mungkin kau tahu, kenapa?"
"Tidak tahu, Mama. Saya bahkan baru tahu kalau kalian pernah akrab. Setahu saya, Park Hui-bin-mama sangat pendiam."
"Lalu bagaimana caramu mengambil hatinya?"
"Saya tidak melakukan apapun. Semua mengalir begitu saja, setelah dia menyelamatkan saya dari percobaan bunuh diri."
Rati Hong terbelalak, "bunuh diri?"
"Ah, itu saat saya mendengar kabar kematian ibu kandung saya yang disembunyikan oleh ayah saya."
"Kudengar kau juga sempat menyakiti diri sendiri saat kehilangan bayimu."
"Hm, iya, itu--"
"Jangan diulangi lagi!" Tegur Ratu Hong dengan nada yang sedikit keras, "tubuh kita adalah milik orangtua kita. Kalau kau menyakiti tubuhmu sendiri, sama dengan durhaka. Bahkan kau tak boleh memotong sehelai rambut pun. Banyak orang yang lebih menderita darimu, tetapi mereka berjuang untuk hidup, mengapa kau malah ingin mati padahal hidupmu lebih dari sekedar berkecukupan? Apa kau tak puas hanya menjadi selir?"
"Tidak seperti itu, Mama. Maafkan saya. Saya tidak akan pernah mengulanginya lagi," diam-diam Yeon Ae tersenyum kecut. Inilah sebabnya ia tidak bisa berteman dengan sang Ratu. Ratu memang baik dan selalu memberikan perhatian. Teguran-teguran yang ia lontarkan adalah bentuk kasih sayang, hanya saja penyampaian teguran itu terlalu keras sehingga terkadang menyinggung pendengarnya. Pun tak ada empati di dalam teguran itu.
"Apakah Jeonha tahu tentang hal ini? Kalau dia tahu, dia pasti akan sangat sedih. Dia sangat mencintaimu. Dia bahkan merelakan nyawa anaknya agar kau dapat tetap hidup."
Yeon Ae terbelalak kaget, "apa?"
Ratu terkesiap, "Ah... ternyata kau tak tahu."
"Tolong... tolong jelaskan kepadaku, Mama..."
"Kondisi yang kau alami saat hamil sama dengan yang dialami oleh salah satu selir, yang juga merupakan adik sepupuku. Tapi saat itu Jeonha memutuskan untuk menyelamatkan bayinya, sehingga tabib memberikan obat untuk mempertahankan kandungannya hingga cukup bulan dan tidak lahir prematur. Bayi itu lahir dengan selamat meskipun mengidap asma sampai sekarang, tapi ibunya meninggal karena pendarahan dan gagal jantung. Jeonha tak ingin kejadian itu kembali terulang kepadamu, jadi ia memilih untuk menyelamatkanmu, sehingga kau diberi obat untuk merangsang kontraksi dini agar bayimu dapat segera dikeluakan."
![](https://img.wattpad.com/cover/233027174-288-k342668.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Concubine (Complete)
Historical FictionAku ingin menjadi kupu-kupu, yang kini sedang hinggap di atas telapak tanganku, lalu kembali terbang menuju taman bunga untuk menghisap madu. Aku ingin menjadi burung pipit, yang sedang bernyanyi di atas pohon tempatku berdiri di bawah rimbunan daun...