Lee Jung mendesah lega setelah mendengar bahwa Yeon Ae melahirkan anak mereka dengan selamat. Ia segera pergi ke kamar Yeon Ae.
"Apakah aku sudah boleh melihat mereka?"
"Sebentar, Jeonha," kata dayang yang berjaga di depan pintu.
Tak lama kemudian, pintu terbuka. Selir Park yang hendak keluar tampak terkejut melihat Raja sudah berdiri di depannya. Ia segera menunduk hormat.
"Saya menemani Sugwon melahirkan, Jeonha," kata Selir Park sebelum Lee Jung sempat bertanya.
Lee Jung mengangguk sambil tersenyum, kemudian masuk ke dalam kamar. Yeon Ae masih duduk tanpa mengenakan sehelai kain selain selimut besar yang menggelung tubuhnya seperti kimbab, dengan bayi mungil dalam dekapannya. Lee Jung membuka sedikit selimut itu dan mengintip bayi lelakinya sedang tertidur di pelukan istri kecilnya.
"Kau sudah berusaha keras, terima kasih, Yeon Ae," Lee Jung mengecup kening Yeon Ae.
"Putera kita sangat mirip dengan anda, tidak ada jejak saya sama sekali, padahal saya yang mengandung dan susah payah melahirkannya," Yeon Ae cemberut kesal.
Lee Jung terkekeh, "baiklah, kapan-kapan kita buat bayi perempuan yang mirip denganmu."
Yeon Ae ternganga, belum reda rasa sakit pasca melahirkan, pria ini sudah ingin membuat bayi lagi?
"Ehm, permisi, saya akan membawa pangeran untuk diperiksa oleh Tabib," kata Perawat dengan kepala yang menunduk dalam, takut mengganggu kemesraan sang raja dengan selir mudanya.
*****
Merawat bayi prematur sangatlah sulit. Yeon Ae bersama tiga orang ibu susu memeras air susu mereka, yang kemudian diteteskan perlahan ke dalam mulut bayi Yeon Ae yang sudah diberi nama Lee Hyeon. Karena Hyeon memiliki masalah di paru-parunya, para inang pengasuh harus bergantian menjaganya agar bayi itu tidak berhenti bernapas mendadak.
"Apakah Hyeon akan menjadi seperti Geon yang sakit asma?" Tanya Lee Jung kepada Tabib.
"Hamba takut, akan lebih parah dari itu, Jeonha. Paru-parunya belum berkembang sempurna. Kemudian ia juga kesulitan minum sehingga fungsi hatinya terganggu. Tubuhnya mulai kuning. Tetapi kami akan berusaha semaksimal mungkin agar pangeran dapat melewati masa kritisnya."
****
Yeon Ae tertidur setelah lelah seharian menjaga Hyeon dan memeras air susunya. Dua orang inang menjaga Hyeon yang tertidur di boks bayi. Salah satunya permisi ke toilet, sementara satu inang menatap bayi itu dengan kelopak mata yang terbuka separuh. Semua orang lelah dan mengantuk.
Ketika inang yang ke toilet itu kembali, ia melihat temannya sudah tertidur di sisi boks. Ia mengecek pangeran yang masih lelap, namun tak ada gerakan dari dada kecilnya. Ia mengguncang pelan tubuh mungil Hyeon, menepuk-nepuk pipinya. Namun bayi itu masih tak bergerak.
"Hei, hei, bangun!" Inang itu mengguncang temannya yang segera terbangun gelagapan, "Kenapa kau tak menjaganya saat aku pergi sebentar saja? Lihatlah, dia tak bernapas!"
"Tabib... Tabib!!!" Jerit inang itu sambil berlarian keluar kamar.
Yeon Ae tersentak bangun dan segera menghampiri boks bayi.
"Apa yang terjadi?"
"Pangeran... pangeran..." tiba-tiba inang berlutut hingga keningnya menyentuh lantai, "ampun, Mama, hamba pantas mati."
Yeon Ae segera menggendong Hyeon, memasukkan bayi itu ke dalam pakaiannya, kulit menempel dengan kulit, agar tubuh bayi dapat menyerap kehangatan tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Concubine (Complete)
Historical FictionAku ingin menjadi kupu-kupu, yang kini sedang hinggap di atas telapak tanganku, lalu kembali terbang menuju taman bunga untuk menghisap madu. Aku ingin menjadi burung pipit, yang sedang bernyanyi di atas pohon tempatku berdiri di bawah rimbunan daun...