28 tahun yang lalu, Jinhyeong saat itu masih menggunakan nama lahirnya, Lee Joon karena masih berumur 10 tahun, mengikuti Lee Jung yang menyelinap ke luar istana. Ia penasaran, hal menarik apa yang membuat kakak tirinya suka ke luar istana setiap akhir pekan. Ia melihat Lee Jung memasuki sebuah gubuk. Kemudian ia mendengar suara ranting terinjak. Ia menoleh, melihat seorang gadis yang tampak mengendap-endap ke arah gubuk.
"Siapa kau? Mengapa kau mengikuti Seja Jeoha?"
Gadis itu terkejut sampai jatuh terduduk karena kemunculan Lee Joon yang mendadak.
"Wangseje Jeoha?"
"Oh, sepertinya aku pernah melihatmu di istana. Bukankah kau adalah salah satu calon puteri mahkota? Kenapa kau..." Lee Joon terbelalak, "jangan bilang kau hendak merayu Seja Jeoha agar terpilih? Wah, curang!"
Gadis itu segera membungkam mulut Lee Joon ketika ada orang lain yang datang di gubuk itu, Tuan Im bersama seorang anak perempuan.
"Diamlah, atau kau akan mati," ancam gadis itu.
Perlahan keduanya mendekati gubuk dan mengintip. Mereka sangat terkejut menyaksikan apa yang terjadi di dalam sana. Lee Joon terlalu terkejut hingga terhuyung dan tak sengaja menyenggol garpu besar penggaruk tanah hingga terjatuh. Kedua pengintip itu panik karena ketahuan. Gadis itu melihat sebuah tong besar, lalu menyuruh Lee Joon untuk bersembunyi di dalamnya. Anak itu berhasil bersembunyi tepat saat Lee Jung muncul dan hendak membunuh gadis itu, tetapi sebuah kesepakatan menyelamatkan tak hanya nyawa sang gadis, tapi juga Lee Joon.
###
"Jinhyeong Daegun," sapa Ratu Hong, "lama tidak berjumpa."
"Benar, sangat lama, hingga aku tidak tahu bahwa kau memiliki seorang putera lagi," Jinhyeong melirik sang pangeran yang sedang menggandeng tangan ibunya.
"Ada keperluan apa kau datang ke istana?"
"Perjalanan ke negeri Qing bertahun-tahun membuatku rindu kepada istana ini, dan tentu saja kepada ibuku. Mengapa? Apa aku tidak boleh bertemu ibuku?"
"Ah, pertanyaanku salah. Ada keperluan apa kau di kediamanku?"
"Aku merindukanmu," jawaban Jinhyeong mengernyitkan sebelah alis Ratu Hong.
"Ketika aku menginjakkan kakiku di tanah Joseon, tiba-tiba saja aku teringat kepada pertemuan pertama kita... di sebuah gubuk--"
"Daegun," Ratu Hong segera menghentikan kalimat Jinhyeong yang bisa menimbulkan kesalahpahaman jika ada orang yang mendengarnya.
Jinhyeong terbahak, "aku hanya ingin melihat keadaan kakak iparku yang baik hati dan selalu menolongku dari pedang kakakku."
Ratu menyuruh pengasuh untuk membawa putera bungsunya kembali ke dalam rumah, sementara ia melangkah mendekati Jinhyeong.
"Apapun yang hendak kau rencanakan, kali ini aku tidak akan menolongmu lagi."
"Memangnya kau pikir aku sedang merencanakan apa?"
Ratu Hong mengangkat bahu, "selama kau masih hidup, tahta Jeonha dan puteraku masih terancam."
Jinhyeong memalingkan wajahnya sambil menyeringai, "lalu mengapa kau menyelamatkanku?"
"Itu kesalahan terbesarku. Seharusnya aku biarkan kau mati di tangan Jeonha malam itu."
Ratu Hong melangkah melewati Jinhyeong, "aku sedikit sibuk hari ini. Kapan-kapan datanglah lagi untuk minum teh di kediamanku."
"Apakah saat itu kau akan membunuhku? Apa aku perlu mengajak pelayanku untuk melakukan gimi?"
"Kau sudah tahu, racunku tidak membuatmu cepat mati, melainkan secara perlahan-lahan dan sangat menyakitkan hingga kau ingin segera mengakhiri hidupmu."
![](https://img.wattpad.com/cover/233027174-288-k342668.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Concubine (Complete)
Historical FictionAku ingin menjadi kupu-kupu, yang kini sedang hinggap di atas telapak tanganku, lalu kembali terbang menuju taman bunga untuk menghisap madu. Aku ingin menjadi burung pipit, yang sedang bernyanyi di atas pohon tempatku berdiri di bawah rimbunan daun...